Mortir Latih Berpendorong Air, Solusi Latihan Tembak dengan Cara Aman

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Serka Sukamdani, seorang pelatih mortir di Rindam XVII Cenderawasih, tewas akibat terkena ledakan peluru mortir. Insiden itu terjadi dalam latihan menembak mortir 81 tampela menggunakan amunisi sabot. Peristiwa itu terjadi di belakang rumah tembak simulasi Rindam XVII/Cendrawasih, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura.

Baca juga: Litbang TNI AD Perkenalkan Prototipe Kedua Mortir Mekatronik 81mm

Musibah terjadi saat mortir yang digunakan Serka Sukamdani macet. Ia sempat menunggu selama 30 detik, tetapi tidak terjadi lontaran peluru mortir, sehingga dia mencoba menutup laras dan memegang bahu kuda-kuda dari bawah laras, serta menggoyangkan ke arah ke kiri dan kanan dengan posisi laras yang diarahkan ke tanah. Namun cara itu belum juga berhasil.

Serka Sukamdani kemudian melakukan cara lain. Yakni melepas alat bidik dari kedudukannya, dengan meletakkan laras ke bawah tanah. Setelah itu laras di angkat sambil digoyang-goyangkan dengan posisi sambil melihat ke arah laras atau lubang laras. Tiba-tiba, ujung fius sabot keluar dan meletus mengenai muka Serka Sukamdani.

Peristiwa di atas terjadi pada 13 April 2016, sudah lama memang, namun berita tentang kecelakaan yang diakibatkan saat latihan senjata bantu infanteri (Senbanif) ini kerap saja terjadi. Tak hanya dari dalam negeri, kecelakaan dalam penggunaan mortir juga sering terdengar di luar negeri. Seperti pada Maret 2013, tujuh Marinir AS dilaporkan tewas dalam latihan penembakkan mortir di Nevada.

Sekilas ‘terlihat’ mudah menembakkan mortir, lantaran proyetil mortir diisi dari depan. Namun, prosedur ketat mutlak dilakukan untuk bisa mengoperasikan mortir dengan aman, senjata tak macet dan sasaran dapat dihancurkan.

Berangkat dari kebutuhan, pengenalan mortir dalam masa latihan. Politeknik Kodiklatad TNI AD merilis mortir latih 81 mm dengan pendorong air. Tidal seperti mortir asli, mortir latih ini menggunakan pendorong air yang dikombinasikan dengan kompresi (tekanan gas CO2).

Mortir latih yang masuk sebagai hasil Litbanghan 2016 ini digunakan untuk latihan drill dan teknis
Mortir bagi infanteri dan lembaga pendidikan. Dengan mortir latih, para siswa mendapatkan realisme dalam latihan drill dan teknik serangan.

Mortir latih 81 mm

Karena bukan mortir betulan, mortir latih ini aman dan terbilang mudah digunakan. Mekanisme penembakan dibuat mendekati sebenarnya, dan yang terpenting menggunakan laras asli (sebenarnya). Dalam gelarnya, mortir latih tidak membutuhkan area yang luas, pasalnya radius sebaran hanya kurang lebih 5 meter. Sebagai pelengkap, mortir latih yang irit biaya ini dilengkapi konversi table tembak.

Baca juga: Type W87 – Ternyata Norinco Juga Pasok Mortir 81mm ke Indonesia

Dari spesifikasi, mortir latih 81 mm ini dapat mencapai jarak lontaran antara 50 sampai 150 meter. Panjang mortir 58,5 cm dan berat 0,75 kg. Volume air yang digunakan 150 ml dan volume gas 750 ml. Jenis gas yang dipakai adalah CO2 dengan kompresi maksimal 25 bar. (Gilang Perdana)