Momen Penting Bagi Lockheed Martin, F-16 Viper Pesanan Bahrain Sukses Terbang Perdana
|Setelah keluar dari Final Assembly and Checkout (FACO) and Painting pada 22 November 2022 lalu, Lockheed Martin di Greenville, South Carolina, kemudian meluncurkan produksi perdana F-16 Viper Block 70/72 pesanan Angkatan Udara Kerajaan Bahrain. Dan melanjutkan tahapan berikutnya, F-16 D Viper (tandem seat) tersebut sukses melakukan uji terbang perdana pada 24 Januari lalu.
Terbang perdananya F-16 D pesanan Bahrain, sekaligus mencatatkan poin penting bagi Lockheed Martin, dimana untuk pertama kalinya F-16 Viper produksi baru (bukan upgrade) terbang perdana.
Dikutip dari siaran pers Lockheed Martin, penerbangan tersebut terjadi pada 24 Januari 2023 pukul 09:17, dengan pilot uji Dwayne “Pro” Opella dan Monessa “Siren” Balzhiser di kursi belakang. Total waktu penerbangan kira-kira 50 menit dan termasuk pemeriksaan kelaikan udara, seperti pemeriksaan mesin, kontrol penerbangan dan sistem bahan bakar, serta penanganan dasar pesawat.
“Kesuksesan penerbangan hari ini merupakan bukti dari kerja keras, dedikasi dan komitmen kepada pelanggan kami dan misi mereka,” kata OJ Sanchez, wakil presiden, Integrated Fighter Group, yang mencakup program F-16.
F-16 D Viper Block 70 yang terbang pada 24 Januari lalu adalah yang pertama dari 16 unit yang akan dikirim ke Bahrain. Enam negara telah memilih pesawat Blok 70/72. Selain backlog resmi saat ini yang terdiri dari 128 unit yang akan dibangun di Greenville, Yordania tahun lalu menandatangani Letter of Offer and Acceptance (LOA) untuk delapan unit F-16 Viper dan minggu lalu menandatangani LOA tambahan untuk empat unit lagi.
Selain memproduksi F-16 Viper baru, Lockheed Martin juga menangani upgrade F-16 versi lama untuk diubah ke standar konfigurasi F-16 Viper. Lockheed Martin menyebut ada sekitar 405 unit F-16 lama yang akan di-upgrade menjadi F-16 Viper.
Lockheed Martin memindahkan lini produksi F-16 ke South Carolina dari Fort Worth, Texas, pada 2019 untuk mengosongkan ruang produksi di sana untuk meningkatkan aktivitas produksi F-35. Selain memproduksi F-16 baru, pabrik Greenville melakukan modifikasi dan reparasi pada model F-16 yang lebih tua. F-16 Maroko, misalnya, akan mendapatkan upgrade ke konfigurasi Blok 70/72 di pabrik Greenville.
Baca juga: Duh, Paket Penjualan dan Upgrade F-16 Viper ke Turki Terancam Deadlock
F-16 Viper Blok 70/72 dilengkapi radar APG-83 active electronically-scanned array (AESA), suite peperangan elektronik baru yang disebut Viper Shield, komputer misi yang lebih kuat, kokpit yang diperbarui dengan lebih besar tampilan warna—termasuk zoom dan kemampuan untuk mengatur ulang informasi yang ditampilkan, kemampuan untuk meluncurkan sebagian besar senjata modern, datalink yang ditingkatkan, navigasi GPS presisi tinggi, serta sistem anti tabrakan – automatic ground collision avoidance system (GCAS). (Gilang Perdana)
Padahal daripada beli Rafale dan F15 yg harganya SUPER MAHAL mending beli F 16 V dengan opsi hibah/tambahan F 16 yg di eMLU didalam negeri..bisa dapat bnyk yg bisa disebar diseluruh Indonesia, penyediaan pesawat lebih cepat, tidak menambah variasi pesawat tempur yg ada artinya memudahkan pemeliharaan dan dapat ilmu dari ToT sy bisa mensupport program F 21 Boramae (IFX)..
yoi dgn dana 8,1 milyar $ bisa dapet 5-6 skadron F16 cukup untuk nutup celah kosong udara di wilayah timur,selatan dan utara indo plus bisa jadi daya tawar untuk minta TOT IFX…
Beli Rafale & Boramae Karena resiko tempatkan telur dalam 1 kranjang, jadi harus beli dari banyak negara, ingat kasus embargo F16, jadi beli Shukoy deh😁
Dengan dana usd 8,1 miliar bisa dapat :
96 unit F16 gurun AMARG direfurbish body dan mesin dan upgrade radarnya pake SABR AESA radar
96 harpoon block 2
384 AIM 9X side winder
384 AIM-120 C7 AMRAAM
6 skuadron tambahan dengan daya pukul yang cukup kuat.
Yes mumpung LCS lagi panas2nya tinggal lobby uncle sam untuk produksi komponen sucad,beli dari byk jenis pespur mesti investasi sdm dan perlat.nya mampu ga perawatan dan operasionalnya, masalahnya di indonesia ganti pimpinan ganti kebijakan ga ada yg konsisten atau komit untuk perkuat pertahanan