MK82: Bom Paling “Lethal” Milik TNI AU

AY 2013Bagi TNI AU, ada beragam pilihan senjata yang bisa digelar untuk menghadapi sasaran di permukaan. ‘Racikan’ senjata yang umum disajikan adalah kombinasi proyektil dari kanon, roket, bom, dan jika sasaran berkulifikasi ‘tinggi,’ bisa saja pesawat tempur TNI AU melepaskan rudal udara ke permukaan, seperti AGM-65 Maverick. Namun faktanya, selama operasi udara yang digelar TNI AU hingga saat ini, jenis senjata yang digunakan masih sebatas kanon, roket, dan bom. Boleh jadi, memang karena sasaran yang dihadapi masih cukup ditangani oleh jenis senjata tersebut.

Baca juga: MK82 High Drag Bomb Parachute – Bom Spesialis Penghancur Sasaran Tertutup dan Sulit

Ketimbang potensi ancaman duel di udara, konflik dalam konteks misi air to ground jauh lebih dominan di Tanah Air. Ambil contoh dalam beberapa kali operasi militer di dalam negeri , misi serangan air to ground lumrah dilakukan pesawat tempur TNI AU untuk melakukan BTU (bantuan tembakan udara) guna penghancuran perkubuan lawan, dan membantu pergerakan pasukan di permukaan. Guna melibas lawan selevel GPK GAM (Gerakan Aceh Merdeka), paduan roket dan kanon dilepaskan dari pesawat tempur dan helikopter. Sementara Fretilin saat operasi Seroja di Timor Timur lebih kenyang melahap serangan dari udara, mulai dari kanon, roket, dan bom sudah begitu banyak dilepaskan oleh pesawat jenis OV-10F Bronco, T-33 Bird, dan A-4 Skyhawk.

Untuk roket, favorit yang digunakan adalah jenis FFAR 2,75 inchi yang popular dilepaskan pesawat tempur TNI AU dan helikopter NBO-105 Penerbad TNI AD. Nah, bicara soal bom, TNI AU pun terbilang kaya jenis, maklum militer Indonesia sempat punya dua haluan dalam pengadaan alutsista, yakni dari Uni Soviet untuk persiapan operasi Trikora dan standar NATO yang digunakan hingga saat ini.

Karena bom dan roket lumayan laris digunakan untuk operasi militer dan latihan tempur, maka kedua jenis sista ini sudah diproduksi di dalam negeri, seperti bom P-100L yang dipercaya sebagai bagian dari sista di jet tempur Sukhoi Su-27/30 Flanker TNI AU. Tapi dari berbagai tipe bom yang dimiliki TNI AU, jenis yang paling popular adalah Mark (MK) 82. Mengapa bom MK82 disebut terpopuler? Tidak lain karena MK82 hampir selalu digunakan dalam tiap ajang latihan tempur sebagai kekuatan pemukul pada target utama. Dari segi bobot, MK82 kini menjadi bom terberat yang operasional digunakan TNI AU dengan berat 227 kg. MK82 pun dapat dilepaskan di hampir semua pesawat tempur TNI AU, mulai dari A-4 Skyhawk, OV-10F Bronco, F-5 E/F Tiger II, Hawk 100/200, Super Tucano, T/A-50 Golden Eagle dan F-16 Fighting Falcon.

Instalasi MK82 pada jet tempur TNI AU
Instalasi MK82 pada jet tempur TNI AU

211

Mark 82
Bom Mark 82 (MK82) masuk dalam keluarga MK80 Family Bombs. Selain MK82, ada jenis MK81, MK83, dan MK84. Bila M82 punya berat 227 kg, maka berat bom MK81 adalah 113 kg, MK83 dengan berat 460 kg, dan bom MK84 yang paling berat, yakni 925 kg. Keluarga bom MK80 punya desain yang serupa. Dari spesifikasnya, bom ini dirancang untuk dilepaskan pada ketinggian rendah (low drag). TNI AU sendiri menggunakan jenis MK81 dan MK82.

Campuran bahan peledaknya terdiri dari TNT 80% dan bubuk alumunium 20%. Dengan kombinasi bahan peledak (tritonal), efek daya hancur yang diperoleh bisa mencapai 18% lebih dahsyat ketimbang peledak dengan bahan TNT saja. Sebagai bom udara, MK82 diberi lapisan pelindung streamlined steel casing dengan bobot 89 kg. Dalam desainnya, MK82 sudah dilengkapi dengan sumbu dan empat buah sirip.

mk80-family

Kiprah MK82 di Indonesia
Mk82 produksi General Dynamics mulai diperkenalkan pada awal tahun 1960. Karena punya daya hancur besar dengan bobot yang sedang, bom ini menjadi yang terlaris di pasaran dunia. Selain digunakan pada perang Vietnam, MK82 ternyata sudah cukup lama digunakan oleh TNI AU. Adopsi bom ini hadir bersamaan dengan hadirnya pesawat tempur turbo propeller OV-10F Bronco pada tahun 1975 -1976.

Konfigurasi persenjetaan pada OV-10 Bronco, termasuk MK82
Konfigurasi persenjetaan pada OV-10 Bronco, termasuk bom MK81/82
MK82 pada jet tempur Hawk 200 TNI AU
MK82 pada jet tempur Hawk 200 TNI AU

Pada bulan Oktober 1976, OV-10F Bronco mulai dioperasikan di Timor Timur. Dalam perjanjian pembelian pesawat, terdapat ketentuan bahwa bom MK82 500lbs buatan Amerika Serikat baru dapat dibeli dalam waktu tiga tahun setelah pembelian pesawat OV-10. Disebabkan kebutuhan yang mendesak, maka kebutuhan bom untuk pesawat OV-10 diatasi dengan menggunakan bom FAB 250 kg, ZAB 250 kg, RBK 250 kg, dan bom bakar buatan Uni Soviet sisa persiapan operasi Trikora, caranya dengan dilakukan modifikasi pada salah satu dari dua mounting bom. Baru menjelang tahun 1980, armada OV-10F Bronco mulai dilengkapi dengan bom MK82.

Selain membawa bom maut MK82, OV-10F Bronco dibekali senjata internal berupa senapam mesin ringan M-60 kaliber 7,62mm, dimana tiap laras dibekali dengan 500 amunisi. Di kemudian hari, Dinas Penelitan dan Pengembangan TNI AU melakukan modifikasi pada jenis senjata internal, yaitu mengganti M-60 dengan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm. Keempat senapan mesin berat itu dipasok dengan 800 amunisi pada short body sponsors. Penggantian senapan mesin ditujukan untuk meningkatkan daya gempur, meski untuk misi anti personel M-60 dinilai lebih ampuh. Dalam mengganyang Fretilin, OV-10 juga dipersenjatai dua pods LAU-68 yang berisi 14 roket FFAR (Folding Fins Air Rocket).

Bom MK82 juga menjadi andalan jet tempur A-4 Skyhawk dalam operasi Seroja. Sejak datangnya gelombang A-4 Skyhawk di Indonesia, jet ini sudah dipersiapkan untuk mendukung operasi udara di Timor Timur. A-4 Skyhawk memang langsung menggunakan bom Mk82, karena seluruh stock bom buatan Uni Soviet sudah dihabiskan oleh penerbang OV-10F Bronco.

Konfigurasi senjata yang dibawa A-4 Skyhawk TNI AU dalam operasi udara di Timor-Timur tergolong garang. Dalam salah satu serangan jarak jauh di tahun 1987, satu flight yang terdiri dari empat pesawat melakukan serangan langsung dari lanud Iswahjudi, Madiun ke suatu sasaran di sector timur Baucau dengan didukung oleh 1 unit tanker KC-130B Hercules untuk pengisian bahan bakar di udara. Beban yang dibawa per pesawat lumayan berat, yakni terdiri dari enam bom MK82, 14 roket FFAR dalam dua peluncur LAU-68, dan 150 peluru kaliber 30mm untuk kanon DEFA A55A, ditambah lagi dua tanki bahan bakar yang masing-masing berisi 2.250lbs avtur.

Hujan bom MK82 saat operasi udara di Vietnam

Hingga saat ini, MK82 terus digunakan oleh TNI AU, bahkan bom ini selalu menjadi andalan dalam kegiatan Latgab TNI dan latihan puncak TNI AU Angkasa Yudha. Seperti pada Latgab TNI 2013 pada bulan Mei silam, MK82 dilepaskan oleh Hawk 100/200 dari skadron udara 12 di AWR (air weapon range) Siabu, dan juga penembakkan di atas air yang dilaksanakan di selat Rupat, bagian utara kota Dumai, Riau. Pada Angkasa Yudha 2013 di akhir Oktober lalu, giliran EMB-314 Super Tucano yang melepaskan MK82.

Menjadi Bom Pintar
MK82 juga dikenal sebagai general purpose bomb, artinya dengan basis struktur yang ada, bom ini dapat digunakan dalam platform yang lebih maju. Salah satunya dengan menjadikan MK.82 sebagai bom pintar (smart bomb). Lewat modifikasi pada sisi mounting, bom ini dapat dibekali pemandu berbasis laser, sehingga sudut perkenaan ke target bisa lebih presisi. Penandaan target bisa dilakukan dari pesawat langsung, atau bisa juga dari pesawat/helikopter lain yang berperan sebagai spotter. Dalam beberapa misi tempur, penandaan target (marking) juga dapat dilakukan oleh unit pasukan tempur yang ada di darat.

Bomb,GeneralPurpose,500lbs,Mk82

Snake Eyes, the smart bomb
Snake Eyes, the smart bomb

Sebagai bom pintar, pada bagian belakang bom dilengkapi semacan sirip lipat yang akan mengembang saat bom dilepaskan. Mekanismenya mirip dengan roket FFAR, dimana sirip mengembang saat meluncur ke sasaran. Sebagai manufaktur bom pintar berbasis MK.82 adalah Texas Instruments, setelah menyandang gelar ‘smart bomb,’ MK.82 berubah label menjadi Paveway LGBs KMU-388 227kg. Bom pintar ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971, setelah dilakukan uji coba sejak tahun 1965. Bom ini dipersiapkan untuk dapat diluncurkan di hampir semua jet tempur keluaran NATO.

Untuk mendapat gelar sebagai bom pintar, MK.82 hanya ketambahan bobot 13,6 kg untuk modifikasi pada mounting. Secara keseluruhan, dimensi bom hanya bertambah antara 152 – 500 untuk penempatan komponen sirip. Karena termasuk senjata yang strategis, bom pintar ini hanya dijual terbatas, khusus untuk sabahat dekat AS, seperti Australia, Kanada, Yunani, Korea Selatan, Belanda, Arab Saudi, Taiwan, Turki, dan Inggris.

Baca juga: AU Rusia Operasikan Dua Bom Pintar Generasi Terbaru, K08BE dan K029E

Texas Instruments tidak hanya menyulap bom MK.82, tapi keluarga MK.80 lainnya juga diikutkan sebagai keluarga bom pintar, seperti LGBs KMU-421 454kg yang berasal dari basis bom MK.83, dan LGBs KMU-351 907kg yang berasal dari basis bom MK.84.

mk-82-snake-eyeSetelah menjelma sebagai bom pintar, MK82 dengan sirip lipatnya dapat dilepaskan dari ketinggian medium (15.000 – 25.000 kaki). Sebagai bom pintar, MK82 juga popular disebut sebagai Snake Eyes. AU Kanada dengan jet CF-18 Hornet telah menggunakan bom berpenuntun laser ini secara masif pada era Perang Teluk. Kemudian AU Kanada juga menggunakan bom yang sama pada pertempuran di Kosovo pada tahun 1999. Total 4.500 bom MK82 berpenuntun laser dimuntahkan ke daratan Irak selama Perang Teluk. Sayangnya, MK82 versi pintar ini belum dimiliki oleh TNI AU. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi MK82
Tipe : Low-drag general purpose bomb
Negara Asal : Amerika Serikat
Designer : General Dynamics
Manufaktur : General Dynamics
Berat : 500 pounds (227 kg)
Panjang : 87.4 inches (2,22 meter)
Diameter : 10.75 inches (273 mm)

8 Comments