MK12 “Restu Ibu,” Bom Udara Andalan F-16 Fighting Falcon TNI AU
|
Bila bom udara paling populer saat ini adalah MK82, maka untuk bom dengan bobot terberat yang saat ini operasional digunakan TNI AU, ternyata adalah MK12. Meski namanya jarang terdengar, general-purpose bombs (GP) ini sudah malang melintang digunakan sejak era Perang Korea, Perang Vietnam, bahkan dalam laga Perang Teluk, bom dengan berat 360 kg ini masif diseburkan dari pesawat pembom jarak jauh B-52 Stratofortress. Nah di Indonesia, MK12 ternyata menjadi salah satu senjata udara ke permukaan yang digunakan pada jet tempur F-16 Fighting Falcon.
Baca juga: MK82 High Drag Bomb Parachute – Bom Spesialis Penghancur Sasaran Tertutup dan Sulit
Mengutip sumber dari laman Instagram Skaron Udara 16, disebutkan MK12 digunakan sebagai bagian dari latihan SA (Surface Attack) Live. Sumber yang sama juga menyebut bahwa MK12 punya daya ledak yang lebih besar dari bom MK82, lantaran secara visual dimensi MK12 yang jauh lebih bongsor daripada MK82. Yang menarik, diinformasikan bahwa MK12 terakhir digunakan TNI AU pada tahun 2005.
Dengan tulisan tangan “Restu Ibu,” sosok bom MK12 dengan cat hijau menjadi menarik perhatian netizen pemerhati alutsista. Meski jelas disebut identitasnya adalah Mk12, tapi tak mudah untuk mendapatkan informasi teknis seputar bom ini. Ada komentar di Instagram yang menjelaskan bahwa bom yang dimaksud sebenarnya masuk ke kelas MK1 yang dikembangkan sampai 12x, dan kemudian dinamakan MK12. Sejak Amerika Serikat beralih ke segmen MK80 series sebagai basis dumb bomb, MK12 tak lagi diproduksi. Sumber lain menyebut, selain F-16, di Indonesia bom ini juga pernah digotong oleh A-4E Skyhawk.


Walau tak secara eksplisit disebut sebagai MK12, bom MK117 General Purpose Bomb punya kemiripan karakter dan desain yang paling dekat dengan MK12. M117 punya bobot 340 kg, dengan panjang di rentang 2,06 – 2,16 meter. Dari keseluruhan bobot, maka berat hulu ledaknya sendiri mencapai 171 – 183 kg. Antara MK12 dan MK117 menggunakan jenis hulu ledak yang serupa, yaitu Tritonal bersenyawa peledak tinggi. Saat digunakan, ujung bom dapat dilengkapi fuse dan pada bagian bekakang dipasangkan tail fin.

Baca juga: Untuk Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU, Kemhan Teken Kontrak Pengadaan Bom ‘Tajam’ P-250L
Bom dengan tipe free-fall demolition bomb ini dapat dikonfigurasi untuk dilepaskan dari ketinggian rendah (low drag), ketiggian sedangkan sampai ketinggian maksimum (high drag). Penyesuaian untuk pelepasan bom berdasarkan ketinggian akan membawa pengaruh pada penggunaan jenis sirip pada ekor bom. Seperti low-drag tail fin dikhususkan saat bom akan dilepaskan pada ketinggian menengah dan tinggi, sementara high-drag tail fin digunakan untuk ketinggian rendah. (Gilang Perdana)
Polemik smart bomb kita sudahi dulu
Intinya mengapa TNI AU terkesan lambat mengadopsi smart bomb dibandingkan negara lain di kawasan
1. Pesawat tempur TNI AU memang belum advance karena ketiadaan targeting pod
2. Smart bomb buat precision bombing. Precision bombing juga tidak harus pakai smart bomb. Kalo untuk kondisi perang sayangnya platform pendukung seperti pesawat ISR kita memang belum punya.
3. Sedari awal wacananya smart bomb lebih baik produksi sendiri sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk impor smart bomb dari negara lain
selalu ketinggalan dari sebelah…sukhoi sebelah aja sejak lama sdh pakai targeting pod knirti
pengadaan SU 35….KFX….. bye bye…. 😁
Knirti bukan targeting pod tapi jamming pod
Gue denger dulu Indonesia lagi kembangin bom pintar, bener gak main?
Program Smartbomb ada. Bahkan ada 2 negara ikut menawarkan diri membantu pengembangan yaitu Belgia & USA
Masalahnya mengapa programnya berjalan lambat karena kita belum punya pendukung seperti
1. Belum ada satu pun pespur TNI AU dilengkapi targeting pod
2. Kita belum punya tactical datalink resmi. Itupun Link 16 baru saja dipilih
3. TNI AU belum punya pesawat buat platform ISR
bukannya ketiga tersebut sudah dipake ya bang distanata :v
Ternyata ribet juga pendukung yang diperlukan demi pesawat tempur TNI AU bisa menggunakan smart bomb.
Ada yang bisa menjelaskan? Terima kasih!
Korea juga menawarkan hal yang sama tapi ya itu?
Bomnya masih disekolahin biar pinter, ntar kalo kuliahnya di bsi aja biar makin ajib.
Duuhhh gusti, seadvanced apapun fighter TNI-AU tetep aja cuma ngandalin dumb bomb. Ga kepikirankah terbang dengan menggotong smart bomb?
Bener bung mau seberapa cangginh pesawat nya kalo equiptment nya nggk setara sama pesawat nya apa gunanya, kayak Stealth fighter hanya punya short range IR missile doang lols
yaelah dumb bomb doang gak usah lebay kali lah, JDAM kit yg penting udah ada tinggal pasang doang ke dumb bombnya
Pesawat tempur TNI AU tidak ada satupun yang memiliki kapabilitas menggunakan smartbomb karena ketiadaan targeting pod. Tanpa targeting pod smart bomb tak ubahnya sama dengan dumb bomb
Da make granat aja d jatuhin dr ketinggian 5000m. Bisanya kritik aja apapun alusista kita harus d hargai itu beli mahal dan pake duit rakyat kl rakyat na males bayar pajak nunggak pajak jangan d tanya kapan make smart bomb.