Update Drone KamikazeKlik di Atas

Misi Evakuasi WNI di Wuhan, Seandainya Indonesia Punya Multirole Tanker Transport

Konfigurasi angkut penumpang dan kargo pada Airbus A330 MRTT.

Lewat berbagai persiapan, akhirnya tengah hari tanggal 1 Februari 2020, pesawat yang digunakan untuk misi evakuasi WNI di Provinsi Hebei, Cina, telah diberangkatkan dari Bandara Soekarno-Hatta. Yang digunakan adalah pesawat berbadan lebar (widebody) Airbus A330-300 milik Batik Air (Lion Air Group). Pesawat tersebut disewa pemerintah untuk mengangkut sekitar 250 WNI dari Bandara Internasional Wuhan. Sebelum muncul opsi penggunaan Airbus A330, TNI AU telah menyiapkan dua pesawat Boeing 737-400 dan satu pesawat angkut C-130 Hercules untuk misi evakuasi.

Baca juga: Boeing 707 TNI AU – Legenda Jet Angkut Jarak Jauh, Dari Pesawat Kepresidenan Hingga Operasi Klandestin

Dan dari hasil rapat antara Kementerian Luar Negeri dengan Kedutaan Besar RI di Beijing (29/1/2020), maka ada perubahan dari pesawat yang digunakan, keputusannya adalah wahana evakuasi menggunakan Airbus A330 milik Lion Air. Dari informasi yang ada, penggunaan A330 dipandang lebih efisien dalam hal waktu dan kecepatan, pasalnya dengan A330, 250 penumpang dapat diangkut sekaligus dengan satu pesawat saja. Dengan kemampuan terbang jarak jauh, maka penerbangan dari Indonesia ke Wuhan dapat dilangsungkan secara direct flight, begitu juga sebaliknya.

Sementara bila awalnya menggunakan pesawat TNI AU, maka diperlukan sejumlah transit yang memiliki kerentanan. Kadispen TNI AU Marsma TNI Fajar Adrianto di berbagai media mengatakan, bahwa penerbangan ke Wuhan akan menempuh jarak 2.500 nautical mile (4.530 km). Rute yang ditempuh dari Bandar Halim Perdanakusuma – Natuna – Xianmen di Selatan Beijing – Wuhan. “Jarak Xianmen ke Wuhan sekitar 400 nautical mile (740 km),” ujar Fajar. Skema tersebut diasumsikan bila yang digunakan adalah Boeing 737-400, pesawat regional dengan kapasitas 100 penumpang ini tergolong pesawat narrow body.

Sejak era Boeing 707, secara fakta TNI AU kini tak mempunyai pesawat angkut penumpang untuk penerbangan jarak jauh. Boeing 707 dalam klasifikasi pesawat komersial masuk ke dalam segmen narrow body aircraft, atau pesawat penumpang dengan lorong tunggal. Prototipe pertamanya meluncur pada 1954, dan first flight komersial pada 1957.

TNI AU mengoperasikan jenis Boeing 707-3M1C, pesawat ini asalnya di dapat dari hibah pada Januari 1990. Namun sebelum proses hibah, TNI-AU sudah mengoperasikan pesawat ini melalui cara menyewa sejak 1980-an. Saat masih menjadi milik Pelita Air Service (PAS), identitas registrasi PK-PJQ Pelita. Di lingkungan TNI AU, Boeing 707 merupakan pesawat satu-satunya yang punya kemampuan terbang jauh serta antar negara dan benua.

Konfigurasi Medevac pada A330 MRTT.

Seandainya TNI AU kini telah mempunyai pesawat tanker multi platform – MRTT (Multirole Tanker Transport), maka untuk misi evakuasi WNI di Wuhan boleh jadi tak perlu harus menyewa dari Batik Air. Dari dua kontestan MRTT untuk Indonesia, yaitu Airbus A330 MRTT dan Boeing KC-46 Pegasus, dapat dikonfigurasi sebagai pesawat angkut. Seperti Airbus A330 MRTT (KC-30A) yang menggunakan basis pesawat komersial Airbus A330-200 dapat dikonfigurasi dengan 300 kursi penumpang, sementara KC-46 Pegasus yang berasal dari basis pesawat komersial Boeing 767 dapat dikonfigurasi dengan 114 penumpang.

Baca juga: TNI AU Dalami Kemampuan MRTT, Australia Siap Datangkan KC-30A Ke Indonesia

Bila Airbus dan Boeing hanya menawarkan konsep pesawat tanker semata, mungkin mereka akan kesulitan menjual produknya. Bagaimana dengan Indonesia? Meski belum berujung kontrak pembelian, pengadaan MRTT sudah digadang sejak tahun 2015 silam, bahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pernah menyebutkan lebih spesifik jumlah empat unit pesawat tanker yang akan diakuisisi Indonesia. (Haryo Adjie)

12 Comments