Mimpi Buruk Pasukan Ukraina, Drone Kamikaze Rusia Bawa Roket Termobarik TBG-7V
Di musim dingin yang mencapai suhu di bawah nol derajat celcius, tak membuat konflik antara Ukraina dan Rusia mengendor. Sebaliknya perang semakin brutal dengan hadirnya improvisasi baru di lapangan, termasuk pada pengguaan drone kamikaze. Dengan dimensi yang relatif kecil, drone kamikaze unggul dalam kelincahan manuver, namun punya konsekuensi pada daya ledak yang terbatas.
Baca: Polandia Luncurkan Giez, Drone Kamikaze Berparasut dengan Hulu Ledak Termobarik
Akan tetapi stigma drone kamikaze yang berdaya ledak terbatas alias nanggung, sepertinya bakal pupus dengan inovasi yang digagas pasukan Rusia. Dilansir Armyrecognition.com, dikabarkan Rusia mempersenjatai armada drone kamikaze dengan roket termobarik (thermobaric rocket) TBG-7V untuk menyerang basis pasukan Ukraina.
Dalam konteks konflik di Ukraina saat ini, Rusia telah menambahkan dimensi baru pada strategi militernya dengan menggunakan drone kamikaze yang dipersenjatai dengan roket termobarik TBG-7V. Penggunaan drone sudah umum dalam perang Ukraina, namun sangat jarang melihat mereka dipersenjatai dengan potensi destruktif sedemikian besar.
Pada foto terlihat roket termobarik TBG-7V diikatkan ke drone. Meskipun penggunaan drone bukanlah hal baru, penggunaan amunisi semacam itu cukup mengejutkan dan khususnya memberikan tingkat kemampuan destruktif yang baru bagi drone kamikaze.
Roket termobarik, seperti TBG-7V, bekerja dengan menyebarkan awan partikel yang mudah terbakar sebelum memicunya, sehingga menciptakan ledakan besar. Ledakan ini tidak hanya menghasilkan gelombang kejut yang dahsyat tetapi juga menghabiskan oksigen di sekitarnya, sehingga menimbulkan efek sesak napas.
TBG-7V thermobaric warhead for RPG-7 in #Syria, 4-screws (Bulgarian?) via @Ahrar_lens h/t @Surveillance911 pic.twitter.com/ukC4fEhF8s
— Abraxas Spa (@AbraxasSpa) September 3, 2016
Keunikan senjata-senjata ini terletak pada kemampuannya untuk menyebabkan kerusakan besar di wilayah yang luas, sehingga penggunaannya sangat menakutkan di lingkungan perkotaan atau ruang terbatas. Rosoboronexport, agen ekspor persenjataan Rusia dalam situsnya menyebut TBG-7V dirancang untuk menimbulkan banyak korban pada pasukan musuh di tempat terbuka dan di dalam perkubuan.
Desain roket memungkinkan operator RPG untuk menyerang semua jenis kendaraan lapis baja ringan, pasukan lawan di dalam perkubuan dan parit pertahanan sambil mengenai target dari sudut mana pun dan meledak dalam jarak beberapa meter. Hulu ledak termobarik menimbulkan kerusakan akibat ledakan, fragmentasi, dan efek pembakar.
Russian Suicide FPV drones armed with thermobaric warheads from the TBG-7V rocket-propelled grenades.
The effectiveness of such a warhead is around 10 meters in open spaces and up to 300 m3 in enclosed spaces. pic.twitter.com/9tkxPB61tm
— Darth Intra (@darthintra) December 16, 2023
Dalam pengoperasian normal, TBG-7V adalah proyektil yang dirancang untuk digunakan pada granat berpeluncur roket RPG-7, yakni sistem senjata yang tersebar luas dan mudah digunakan.
Jangkauan efektif TBG-7V sekitar 200 – 300 meter, dengan kemampuan menembus target lapis baja sebelum memicu ledakan termobarik. Fleksibilitas ini membuat TBG-7V sangat cocok untuk dipasang pada drone, sehingga menambah dimensi baru pada aplikasi medan perangnya, dan secara signifikan meningkatkan jangkauannya.
Penggunaan drone kamikaze yang dilengkapi dengan amunisi semacam itu di Ukraina menawarkan beberapa keuntungan taktis. Khususnya, peningkatan ketepatan serangan memungkinkan untuk secara khusus menargetkan infrastruktur utama atau konsentrasi pasukan musuh.
Berat TBG-7V, yang diadaptasi untuk RPG-7 sekitar 4,5 kg. Amunisi ini dirancang relatif ringan dengan tetap mempertahankan daya ledak yang besar, sehingga kompatibel dengan berbagai platform peluncuran, termasuk drone.
Untuk membawa muatan (payload) seperti TBG-7V secara efektif, sebuah drone harus memiliki karakteristik utama tertentu. Pertama drone harus memiliki kapasitas angkat yang cukup. Dengan mempertimbangkan berat bom (4,5 kg), drone harus mampu mengangkat beban tersebut selain bobotnya dan peralatan lain di dalamnya, seperti sistem panduan dan kendali.
Umumnya untuk muatan 4,5 kg, diperlukan drone berukuran sedang atau besar, dengan sistem propulsi yang cukup kuat untuk memastikan stabilitas dan kemampuan manuver selama penerbangan. Tenaganya harus cukup tidak hanya untuk mengangkat beban tetapi juga untuk memastikan durasi penerbangan yang memadai, stabilitas dalam kondisi cuaca yang bervariasi, dan kemampuan untuk bernavigasi secara tepat ke sasaran.
Profil RAM II – Drone Kamikaze Produksi Ukraina yang Bersanding dengan Zala KYB (Rusia) di IDEX 2023
Selain kapasitas angkat, aspek teknis lainnya juga penting untuk efektivitas pengoperasian drone tersebut. Hal ini mencakup sistem panduan yang andal (seperti GPS atau sistem navigasi lainnya), tautan data yang aman untuk kendali jarak jauh, dan mungkin sistem deteksi dan penghindaran rintangan untuk beroperasi di lingkungan yang terpapar electronic warfare.
Integrasi drone kamikaze yang dilengkapi bom termobarik TBG-7V oleh Rusia di Ukraina menarik karena potensi kehancurannya. Meskipun teknologi ini menawarkan keunggulan taktis yang tidak dapat disangkal, namun efektivitas sebenarnya di medan perang masih harus dibuktikan. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Norinco PF-89: Roket Anti Tank/Bunker Disposable, Dikabarkan Dimiliki Indonesia
4 Comments | Feb 6, 2019
-
Alutsista Baru! Korps Marinir Lalukan Uji Fungsi Kanon Hanud Type 90/35mm dan AF902 Fire Control System
20 Comments | Aug 12, 2016
-
Delegasi Kemhan Intip Rafale di Saint-Dizier, Inilah Lanud Garis Depan Perancis yang Bersejarah
27 Comments | Oct 7, 2021
-
Buntut Perang Ukraina, Rusia dan Perancis Saling ‘Bajak’ Wahana Antariksa, Kok Bisa?
No Comments | Jan 16, 2023
Kenapa Indonesia tidak membeli lisensi pembuatan RPG? Ini senjata battle proven, mudah digunakan dan pasti bisa diproduksi oleh industri militer Indonesia? Sangat berperan pada misi anti gerilya atau hit n run
vietnam justru sudah memiliki ini buatan sendiri sejak tahun lalu, namanya ĐNA-7V “Thermobaric Rocket”.. indonesia harus punya seperti itu..