Mil Mi-26: Kandidat Helikopter Angkut ‘Raksasa’ Untuk Puspenerbad TNI AD
|Kebutuhan helikopter angkut berat tentu tak bisa ditawar untuk menunjang operasional TNI. Setelah sebelumnya menggunakan Mil Mi-17 V5, Puspenerbad TNI AD sebagai elemen kavaleri udara nasional dikabarkan tengah dalam proses menerima helikopter angkut berat asal AS, Boeing CH-47 Chinook. Meski berita pengadaan CH-47 Chinook cukup santer, namun hingga ini toh belum juga dilangsungkan kontrak pembeliannya. Lepas dari itu, muncul kabar lain, bahwa TNI AD justru tertarik pada helikopter angkut raksasa Mil Mi-26 dari Rusia.
Baca juga: Boeing Akhirnya Berikan Offset Untuk Pengadaan Empat Unit CH-47 Chinook
Meski kabar pengadaan Mil Mi-26 belum bisa dikonfirmasi, tapi sinyal hadirnya helikopter yang sempat tampil dalam film Die Hard 5: A Good Day to Die Hard (2013), mendapat dukungan dari pihak internal user, terlebih Puspenerbad selama ini telah berpengalaman menggunakan helikopter asal Rusia, seperti Mil Mi-17 V5 dan heli serbu Mil Mi-35P Hind. Seperti halnya kabar jumlah CH-46 Chinook yang ditawarkan ke Indonesia, Mil Mi-26 yang rencananya akan didatangkan untuk TNI AD diproyeksikan sebanyak empat unit. Dan bila mengacu ke periode pengadaan, helikopter yang mampu membawa tank ini idealnya hadir pada periode tahun 2016 – 2019.
Baca juga: Mil Mi-17-V5 – Helikopter Angkut Multi Peran Andalan Puspenerbad

Baca juga: Mil Mi-6 – Legenda Heli Raksasa TNI-AU
Bila nantinya Mil Mi-26 jadi memperkuat arsenal Puspenerbad, rasanya kehadiran helikopter ini bakal mendapat sambutan hangat dan suka cita dari warga, khususnya penggemar alutsista asal Rusia. Pasalnya, Mi-26 bisa menjadi obat rindu saat di era 60-an, TNI AU pernah mengoperasikan helikopter angkut raksasa Mil Mi-6. Merujuk ke sejarahnya, hadirnya Mil Mi-26 tak lain sebagai pengganti dari Mil Mi-6, dan sayangnya tidak ada jejak Mi-6 yang bisa dilihat saat ini sebagai monumen atau museum di Indonesia.
Kembali ke Mil Mi-26, bisa dipastikan sampai saat ini Ia menjadi helikopter terbesar yang ada di muka Bumi. Fakta bahwa Mi-26 raksasa tak hanya bisa dilihat dari ukurannya yang super jumbo, tapi kapasitas cargo pun luar biasa hebat, yakni punya payload 20 ton. Bisa dipastikan tank amfibi andalan Marinir BMP-3F atau truk Ural 4320 mampu dibawa dengan mudah oleh Mi-26. Untuk urusan mobilitas pasukan misalnya, Mi-26 bahkan bisa menandingi daya tampung C-130 Hercules, sebanyak satu kompi pasukan infanteri dengan senjata lengkap dapat langsung diangkut oleh satu unit Mi-26.
Dari sejarahnya, Mil Mi-26 mulai dirancang pada awal 1970 oleh biro desain Mil Moscow Helicopter Plant. Dari bobotnya yang ekstra besar dan punya kemampuan mengangkut kargo lewat sling seberat 12 ton, Mi-26 awalnya diperuntukkan untuk mendukung pekerjaan konstruksi berat, pembangunan jembatan, dan pemasangan transmisi listrik. Saat memasuki tahap pembuatan, Mi-26 diproduksi oleh Rostvertol, yakni dengan terbang perdana pada 14 Desember 1977.

Baca juga: SA-330 Puma – Helikopter “Angkut Berat” TNI AU Era-80an

Mil Mi-26 juga dikenal sebagai helikopter pertama di dunia yang menggunakan rotor utama dengan delapan bilah baling-baling. Sumber tenaganya dipasok dari dua mesin turboshaft Lotarev D-136 yang masing-masing mesin mampu menghasilkan tenaga 8.500 kW (11.399 shp). Dalam spesifikasinya, helikopter ini tidak dilengkapi dengan persenjataan, dan sudah lumrah bila Mi-26 dalam operasinya mendapat kawalan dari helikopter gunship.


Kelebihan lain sebagai helikopter raksasa, pada fasilitas ruang kargo dilengkapi dua derek listrik, yang masing-masing punya kapasitas tarik 2,5 ton. Derek ini digunakan untuk memudahkan proses pemindahan muatan di dalam ruang kargo. Awak helikopter juga dapat memantau proses pemuatan dan kondisi ruang kargo lewat kamera CCTV. Untuk menjamin keamanan dalam penerbangan, bila terjadi masalah pada power, Mi-26 sanggup terbang meski hanya dengan satu mesin, pasalnya Mi-26 dirancang dengan sistem berbagi beban pada mesin, jika satu mesin mati, maka otomatis bisa tetap terbang hingga jarak tertentu.
Karena fungsinya asasinya tak melulu untuk kebutuhan militer, Mi-26 banyak juga digunakan oleh pihak sipil, terutama dalam bisnis penerbangan charter pemindahan alat berat. Dan Bila kelak helikopter ini jadi memperkuat TNI, maka Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara, setelah Kamboja yang mengoperasikan Mi-26. Dalam kode NATO, helikopter mendapat penamaan sebagai HALO. Sampai saat ini, Mi-26 telah hadir dalam belasan versi. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Mil Mi-26
– Crew: Five: 2 pilots, 1 navigator, 1 flight engineer, 1 flight technician
– Capacity: 90 troops or 60 stretchers/20.000 kg cargo
– Length: 40,025 meter (rotors turning)
– Rotor diameter: 32 meter
– Height: 8,145 meter
– Empty weight: 28.200 kg
– Loaded weight: 49.600 kg
– Max. takeoff weight: 56.000 kg
– Powerplant: 2 × Lotarev D-136 turboshafts, 8,500 kW (11,399 shp) each
– Maximum speed: 295 km/h
– Cruise speed: 255 km/h
– Range: 1.920 km (with auxiliary tanks)
– Service ceiling: 4.600 meter
Moga aja jadi di beli amiin
yang penting bisa diperbaiki di Indonesia
jangan sampai bentar bentar harus dibawa ke Rusia
duit tekooor
apaan tuuuuu
Bisa angkut gripen tuw ke dalem MI-26, praktis
@nakedangel
Pembelian mi-26 cuma seuprit cuma 4 unit jd wajar saja perbaikannx ke rusia sono
Bgmnpn porsi chinook tetap lbh gede yaitu 8 unit dan perbaikan & perawatan untuk produk Boeing baik sipil maupum militer bengkel resminx ada yaitu GMF milik Garuda Indonesia
Yakin gmf udah bisa perbailan chinok?
Sepegetahuan saya, GMF AeroAsia hanya melakukan perawatan fixed wing, baik narrow-body maupun wide-body aircraft. Perawatan rotary wing justru ada di PT Dirgantara Indonesia. cmiiw
Itu namanya maintenance, bodo kali kau ini bilang bentar2 dibawa kesana pasti ada jadwal rutin perawatan tiap alutsista, satu lagi komentar sampah di blog ini, ckckck
buktinya PT. DI dan GMF bisa tuh
karena si Rusia pelit, maunya kita bergantung melulu
Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Cintailah bahasamu sendiri
Sampah Jkgr landing dimari, kebiasaan orang2 Jkgr kalo komen kudu pake emosi + kata2 kasar. Hush hush hush.
Produk pesawat Rusia reliability-nya memang masih kalah dibanding buatan negara-negara Eropa atau Amerika Serikat. Pesawat sipil atau militer sama saja. Makanya Sukhoi Superjet 100 menggandeng mitra dari Eropa dan Amerika Serikat
Bandingkan misalnya dengan Hercules C-130, F-5 Tiger, OV-10 Bronco untuk pesawat2 militer
cmiiw
Hm….ya. kl menurut saya malah kebalikannya mas. Tapi yaa saya memang tidak seberapa objektif sih, saya penggemar alutsista Rusia soalnya, tapi ada beberapa data sekunder yg memang menyatakan kl pesawat rusia lebih bandel dan bisa diajak repot. Mungkin salah satu contoh diantaranya adalah tentara afghanistan yg lebih memilih helikopter Rusia dibanding Amerika Serikat utk urusan logistik. Cmiiw
Min…klo tni beli heli ini hanggar penerbad mana yg muat?
Pastinya begitu mas @Zhukov, harus dibangun hanggar baru, atau minimal dibuat shelter terlebih dahulu.
Well mich of cibubur
Seharusnya TNI dan Badan penanggulangan Bencana punya Heli Mi 26 TC, utk penggulangan bencana di pulau2 terluar dan daerah terisolir cocoknya memang heli
Gilee… segede gabaan..
tni au mau beli Agusta Westland AW-101 dikritik kata cinta produk dalam negeri yang ini kok diam aja
Simple. Karena dalam negeri belum bisa membuat produk serupa.
Kalau sekarang Pindad sudah bisa membuat Anoa lalu TNI ngotot membeli VAB dari Renault ya pasti dikritik
Super Puma kayak mainan aja kalo di sandingkan Mi-26. Kalo heli nya segede gt soal kecepatan gimana ya om admin ?kalo terlalu lambat apa gak malah jadi sasaran empuk buat pasukan yang di darat.. seperti black hawk down
Kecepatan sama saja kok, yang beda jelas konsumsi bahan bakar, heli gede maka mesinnya juga gede, konsumsi BBM nya juga gede
maka harus disesuaikan peruntukannya, yang diangkut kecil atau besar ?
Heli sejak dulu jadi sasaran empuk manpad macam SA-18 atau Stinger, untuk itu harus diproteksi, misal dengan flare atau jamming lainnya
@nakedangel
Pernah baca entah dimana…MI-17 Penerbad punya kelemahan (jika dibanding dg heli yang sekelas : puma/super puma), saat melakukan sekuel pendaratan, heli ini harus melakukan approach landing dg membuat putaran dg radius yang cukup besar, karena jika melakukan banking dg sudut yang besar, heli ini rawan terguling.
Bisa dibayangkan MI-26 yang bodinya jauh lebih tambun harus melakukan manuver pendaratan pd lokasi yang rumit…
Heli dg kapasitas angkut yang besar memang sgt diperlukan utk mobilitas logistik serta persenjataan berat spt howitzer. 155mm, amunisinya, menempatkan radar pd lokasi dipegunungan dll…tapi pilihan heli yang tepat dan sdh teruji dilapangan sangat menentukan efektitas pelaksanaan operasi, tidak sekedar mengandalkan keunggulan spesifikasi teknis, “spt kapasitas angkut terbesar…dsb, dsb”
Betul sekali bung @Lesus, hal ini dikatakan sendiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman, saat kecelakaan Mi-17 di kalimantan yang menewaskan 13 orang.
“”””Helikopter buatan Rusia ini tak boleh mendapat hantaman angin yang kencang saat hendak mendarat. “Khususnya angin besar dari arah belakang dan kanan sisi belakang””””
padahal hal ini tidak terjadi pada buatan barat seperti Super Puma, kecuali angin “Lesus”…hahahaha…sorry just bercanda…..
meskipun di Filipina ada badai dahsyat, namun menurut BMKG, angin di tempat kejadian hanya angin biasa, karena posisinya sangat jauh
semoga TNI dapat menjinakkan (terpaksa)…amin
nunggu sahur
Bagaimana dengan mesinnya ?
yang terbaru adalah made-in ukraina (Ivchenko-Progress/ Motor Sich)
sedang mesin yang lama Latorev made-in slovakia yang katanya pro barat
sama dengan Yak-130 yang katanya Ukraina men stop supply mesinnya
Wat deploy leo? Di forum sebelah pd rame soal bobot doi gara² Adnan guling.
sekali isi BBM, heli ini butuh 24.000 liter untuk terbang maksimal 800 km (sekitar surabaya-jakarta), sama dengan 3 truk pertamina ukuran sedang
Bandingkan dengan Mi-17 yang hanya butuh 4.000 liter (termasuk cadangan) untuk jangkauan yang sama
Pertanyaanya : mana ada didaerah bencana ada BBM 24.000 liter ? malah bikin repot saja
Bandingkan dengan CH-47D Chinook :
hanya butuh 1.100 US-Gallon BBM = 4.200 liter saja untuk terbang 800km
namun Chinook hanya 12,7 ton saja, sedang Mi-26 mampu 20 ton
tapi dengan selisih hanya 7,3 ton, saya rasa Mi-26 sangat terlalu boros BBM
@nakedangel
Nggak bisa dipake plesiran ke maldives dong….?
KOMEN OON ,,GAK NYAMBUNG BRUR..
Admin, bahas senjata-senjata buatan Komodo Armament dong, contohnya D5 dan D7 assault rifle
helikopter rusia beli cuma 4 biji bs dapet ToT apa? Udah bensin boros bgt trus nanti servis harus dibawa kesana lagi.. Harga barang memang lebih murah tapi perawatan dan operational costsnya kan mahal.. menurut saya sih mendingan banyakin chinook aja..
bisa menandingi daya tampung C-130 !!!! Jooosssss…