Meski Punya Kinerja Bagus dengan Reputasi Gemilang, Ini Alasan Boeing Hentikan Produksi C-17 Globemaster III
|Punya reputasi yang memukau dalam banyak operasi militer perang dan operasi militer selain perang, membuat nama pesawat angkut berat C-17 Globemaster III cukup bersinar. Bahkan, pesawat angkut berat bermesin jet ini punya andil yang sangat besar dalam evakuasi besar-besaran saat Amerika Serikat dan sekutunya menutup operasinya di Kabul, Afghanistan pada Agustus 2021.
Baca juga: Kabul Has Fallen, C-17 Globemaster Cetak Rekor Angkut 800 Penumpang dalam Sekali Terbang
Dengan reputasi gemilang di banyak palagan, dan menjadi andalkan oleh banyak negara sampai saat ini, lantas menjadi pertanyaan, mengapa Boeing justru menghentikan produksi C-17 Globemaster III yang 275 unit kini masih beroperasi di seluruh dunia.
Setelah lebih dari dua dekade produksi, kebutuhan pasar untuk pesawat angkut militer berat seperti C-17 telah menurun. Banyak negara yang membutuhkan pesawat ini sudah memilikinya dalam jumlah yang cukup, dan pesanan baru tidak cukup untuk mempertahankan jalur produksi. Produksi terakhir C-17 selesai pada tahun 2015, dan sejak itu Boeing telah berfokus pada dukungan dan pemeliharaan pesawat yang sudah ada di layanan serta mengembangkan teknologi dan pesawat baru untuk memenuhi kebutuhan militer di masa depan.
Pengurangan anggaran pertahanan di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, juga mempengaruhi pembelian peralatan militer baru. Dengan anggaran yang ketat, prioritas diberikan pada proyek lain yang dianggap lebih mendesak atau penting. Sementara untuk menjaga jalur produksi pesawat militer seperti C-17 memerlukan biaya yang sangat tinggi. Jika pesanan baru tidak cukup untuk menutupi biaya ini, maka secara ekonomis tidak masuk akal untuk terus memproduksi pesawat tersebut.
Boeing mungkin juga memilih untuk mengalokasikan sumber daya dan fokus mereka pada proyek-proyek baru dan pengembangan pesawat lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa depan.
C-17 Globemaster III pertama kali terbang pada tanggal 15 September 1991. Pesawat ini kemudian diserahkan kepada Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Juli 1993. Dari 275 unit yang kini beroperasi, 80 persen digunakan oleh Angkatan Udara AS.
Punya kapasitas angkut di atas A400M Atlas, C-17 Globemaster III punya volume kargo 77,5 ton. Spesifikasi ruang kargo – panjang 26,82 meter, lebar 5,49 meter, dan tinggi 3,76 meter tinggi. C-17 dapat membawa hingga 18 palet militer standar 463L. Dalam sekali terbang, Globemaster III dapat mengangkut satu unit MBT M1 Abrams atau membawa dua helikopter serang AH-64 Apache.
Yang unik dari C-17 Globemaster pesawatt ini punya kemampuan STOL (Short Takeoff and Landing). C-17 dapat lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang pendek (kurang dari 3,500 kaki) dan kasar, membuatnya ideal untuk operasi di lokasi terpencil atau di medan perang. C-17 dapat terbang dengan kecepatan jelajah Mach 0.74 (sekitar 450 knot atau 830 km/jam) dan memiliki jarak jangkau sekitar 4,482 km (2,417 mil laut) tanpa pengisian bahan bakar udara. Dengan pengisian bahan bakar udara, jarak jangkau pesawat ini dapat ditingkatkan lebih jauh lagi.
C-17 dilengkapi dengan avionik dan sistem kontrol penerbangan modern, termasuk fly-by-wire, yang meningkatkan performa dan keselamatan penerbangan. Selain Amerika Serikat, beberapa negara lain yang mengoperasikan pesawat C-17 Globemaster III, seperti Australia, Kanada, India, Qatar, Uni Emirat Arab, Inggris dan NATO Airlift Management Programme (beroperasi di bawah Heavy Airlift Wing yang berbasis di Hungaria). (Gilang Perdana)
Xian Y-20 Kunpeng, ‘Jiplakan’ C-17 Globemaster Bisa Angkut Dua Tank Ringan