Meski Populer Digunakan Rusia dan Ukraina, Ini Alasan NATO (Jerman) Belum ‘Minat’ pada Drone Kamikaze FPV
|Peran drone kamikaze dengan kemampuan FPV (First Person View) tak bisa dipandang sebelah mata, laga perang Ukraina telah membuktikan peran drone kamikaze tersebut dalam serangan ke sasaran terpilih, dan drone FPV menjadi alat propaganda yang efektif, lantaran mampu menghadirkan rekaman video serangan dari sudut pandang ‘pilot’. Nah, dengan gemilangnya drone kamikaze FPV, yang menjadi pertanyaan mengapa justru adopsi alutsista berharga ‘murah’ ini justru kurang mendapat perhatian dari kalangan NATO.
Baca juga: Perdana Menteri Ukraina: “Kami Sangat Bergantung Pada Drone DJI Mavic Buatan Cina”
Drone kamikaze debutnya naik pamor setelah serangan milisi Houthi ke instalasi minyak milik Arab Saudi pada tahun 2019. Namun yang digunakan Houthi bukan drone kamikaze jarak jauh yang tidak dikengkali kamera, sehingga tidak ada kemampuan FPV. Baru pada perang Ukraina, pamor drone kamikaze FPV baik dari jenis fixed wing dan rotary wing, pamor jenis senjata ini naik daun, yang salah satunya ditunjang dari landskap peperangan yang mendukung.
Lantaran punya andil besar dalam pertempuran, baik Rusia dan Ukraina menginvestasikan sumber daya yang besar dalam produksi dan aktivasi penggunaannya. Sebaliknya ada kesan bahwa negara-negara NATO mengabaikan kehadiran drone kamikaze, khususnya yang punya kemampuan FPV.
Dikutip Defense Express, kesan di atas tidak hanya dibenarkan, tetapi juga dijelaskan oleh Letnan Jenderal Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman) Andreas Marlow. Ia adalah komandan misi pelatihan dan pendidikan Uni Eropa untuk Angkatan Pertahanan Ukraina, oleh karena itu Marlow adalah anggota aliansi militer yang berhubungan langsung dengan pihak Ukraina. Selain itu, ia mengelola seluruh proses pelatihan dan berkomunikasi langsung dengan militer Ukraina yang berbagi pengalaman tempur sebenarnya. Artinya, tingkat kesadarannya terhadap realitas perang di Ukraina secara obyektif cukup tinggi.
Namun dalam wawancaranya dengan NZZ , ketika ditanya langsung mengapa Bundeswehr tidak memiliki jenis drone kecil sama sekali, selain drone FPV, Andreas Marlow menyatakan, “bagi kami pengadaan drone seperti itu tidak bisa seperti pergi berbelanja toko elektronik”.
“Sebagian besar drone yang ada di Jerman berasal dari Cina atau mengandung komponen dari sana. Kami tidak bisa menggunakannya karena ada masalah keamanan. Kita tidak boleh naif bahwa Cina juga menyadap datanya,” kata Andreas Marlow.
Pada saat yang sama, Ia tidak menampik kebutuhan nyata akan drone semacam itu, namun ini hanya berarti memasuki lingkaran masalah baru. “Pada intinya kami membutuhkan drone yang diproduksi di Jerman atau negara-negara yang memenuhi standar keamanan militer dan parameter kinerja yang kami perlukan,” tegas Marlow.
Seperti pada kasus di Ukraina, mayoritas yang digunakan drone tipe Mavic buatan manufaktur Cina DJI Technology. Drone quad copter Mavic bisa dengan mudah didapatkan di pasar komersial dengan harga sekitar US$2.400. Sementara drone sejenis jika dibuat oleh perusahaan pertahanan Barat akan menelan biaya sepuluh kali lipat.
Oleh karena itu, drone FPV tidak dapat dipertimbangkan sama sekali dalam paradigma ini karena harganya tidak lagi seharga konvensional, tetapi harganya akan mendekati harga rudal anti tank presisi tinggi. Pada saat yang sama, secara obyektif, efisiensinya jauh lebih rendah.
“Drone Bawa Drone”, Tingkatkan Jangkauan Jelajah Drone Quadcopter FPV di Medan Perang
Di satu sisi, bagi negara-negara NATO, khususnya Jerman, segala sesuatunya tampak selogis mungkin dan dalam paradigma biasa, ketika ada peralatan militer yang diproduksi di perusahaan pertahanan lokal, telah lulus semua pengujian dan dipasok serta dapat diperbaiki secara terpusat.
Namun pendekatan di atas menunjukkan ketidaksiapan NATO terhadap perlunya perubahan yang disebabkan oleh realitas perang. Tidak ada solusi yang cepat, masif, dan murah. Pada saat yang sama, hampir tidak ada upaya yang dilakukan untuk memperluas produksi komponen elektronik murah di negara-negara Eropa. (Gilang Perdana)
Tidak tertarik karena harganya ga bisa dimainin hahaha..