Meski Jadi ‘Anak Kesayangan’, Nasib Taiwan Jadi Penunggu Terlama dalam Pembelian Alutsista dari AS
Berstatus sebagai ‘anak kesayangan’ yang tidak diakui, Taiwan rupanya punya kesan tersendiri dalam pengadaan persenjataan utama yang dipasok oleh Amerika Serikat. Berbeda dengan negara-negara pembeli alutsista dari AS, maka kecenderungan yang diterima oleh Taipei lebih lama ketimbang pesanan negara lain, meski dalam beberapa kasus Taiwan memesan jenis senjata yang dimaksud lebih dahulu. Sebut saja Taiwan memiliki waktu tunggu terlama kedua untuk pesanan jet tempur F-16 Block 70 Viper dari Lockheed Martin.
Baca juga: Gegara ‘Delay’ Pengiriman F-16 Viper, Jadi Satu Alasan Taiwan Upgrade Mirage 2000-5
Buntut lamanya pengiriman F-16 Viper yang diproduksi baru, mendorong Kementerian Pertananan Taiwan untuk menjalankan program upgrade dan repowering pada armada jet tempur Mirage 2000-5. Melansir dari Taiwan News (25/1/2024), seorang analis di sebuah lembaga think tank AS telah menghitung bahwa Taiwan merupakan salah satu penerima sistem persenjataan utama dari AS yang paling buruk.
Eric Gomez, peneliti senior di Cato Institute, mengatakan ada sekitar US$19 miliar (NT$594,8 miliar) sistem persenjataan yang telah dibeli Taiwan dari AS tetapi belum diterima.
Gomez menemukan bahwa Taiwan memiliki waktu jeda rata-rata terlama untuk sistem artileri M142 HIMARS dan MBT (Main Battle Tank) M1 Abrams, sekaligus memiliki waktu tunggu terlama kedua untuk F-16 Viper. Taiwan harus menunggu rata-rata 4,5 tahun untuk menerima HIMARS, dibandingkan dengan tiga tahun untuk negara di Timur Tengah, 3,6 tahun di Eropa, dan empat tahun di Indo-Pasifik.
Defense Security Cooperation Agency (DSCA) pertama kali mengumumkan potensi penjualan 11 unit HIMARS ke Taiwan pada tahun 2020 dan pada tahun 2022 ada tambahan 18 unit HIMARS ke dalam daftar pesanan. Pesanan pertama dijadwalkan akan dipenuhi pada tahun 2025, sedangkan pesanan kedua akan jatuh tempo pada tahun 2026.
Dalam jangka waktu tujuh tahun, Taiwan memiliki waktu tunggu yang jauh lebih lama untuk mendapatkan MBT Abrams dibandingkan pesanan oleh kustomer di Eropa dan Timur Tengah, yang memiliki jangka waktu penantian selama empat tahun. Pada bulan Juli 2019, DCSA mengumumkan penjualan 108 unit MBT Abrams ke Taiwan dan pesanan tersebut tidak akan selesai sepenuhnya hingga tahun 2026.
Kemudian Taiwan harus menunggu tujuh tahun untuk menyelesaikan pesanan F-16 Viper, kedua terlama setelah pesanan dari negara di Timur Tengah, yang telah menunggu delapan tahun, sementara Eropa menerima pesawat tempur tersebut dalam waktu enam tahun saja. DSCA pertama kali mengumumkan penjualan 66 unit F-16 Block 70 Viper ke Taiwan pada Agustus 2019 dan pesanan tersebut dijadwalkan akan selesai hingga tahun 2026.
Untuk menentukan waktu tunggu pesanan Taiwan, Gomez memeriksa daftar penjualan senjata utama dari DSCA untuk peluncur roket HIMARS, jet tempur F‑16 Block 70, serta MBT Abrams.
Gomez kemudian menyaring pengumuman mengenai jadwal pengiriman senjata berdasarkan pengumuman pemerintah, artikel berita, dan kontrak penjualan. Dia menghapus item dari daftar jika pengiriman belum selesai, jadwalnya belum dirilis, atau transaksinya berupa peningkatan ke sistem yang ada.
Setelah melakukan penyesuaian, Ia dapat memperoleh jangka waktu pengiriman antara pengumuman asli DSCA tentang penjualan senjata dan pengiriman akhir. Gomez kemudian membandingkan jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan senjata ke Taiwan dengan waktu yang dibutuhkan negara lain yang dikelompokkan berdasarkan wilayah.
Baca juga: Jadi Operator Terbesar di Asia Pasifik, Taiwan Bangun Pusat Pemeliharaan F-16
Dalam beberapa kasus, pesanan alutsista yang digarap oleh manufaktur persenjataan AS, atas arahan Washington diminta untuk memprioritaskan pesanan ‘ekspres’ dalam mendukung pasokan persenjataan ke Ukraina. (Gilang Perdana)
Jika membicarakan Taiwan berperang sendirian dg China jelas Taiwan akan kalah tapi USA jelas takkan membiarkan Taiwan bergerak sendiri karena apa yg sudah dibangun bersama dg Taiwan telah menempatkan Taiwan pada rantai pasok teknologi khususnya Chip di Dunia saat ini walopun USA juga bisa mengambil alih sendiri, setidaknya masih ada kepentingan lain yg dibutuhkan dari Taiwan untuk menjaga Indo-Pasifik yg damai dan mengekang ambisi China keluar dari wilayahnya.
Omong kosong, Amerika cuma menjadikan Taiwan sapi perah saja, Amerika tahu bjla terjadi perang dengan China, dipastikan Taiwan kalah. Amerika jg sekarang LG sibuk membagi konsentrasinya, perang Ukraina dan konflik ditimur tengah
Lama karena China, itu juga dg jaminan bahwa China harus mematuhi Status Quo. Semakin cepat China menggertak semakin cepat pula pesanan datang. Jika pesanan belum datang, USA sudah siap untuk memberikan ToT pembuatan rudal dan senjata defense lainnya kepada Taiwan.