Meski Ditentang Oposisi, Swiss Telah Jatuhkan Pilihan Pada Jet Tempur F-35A

Airbus Defence, Dassault Aviation dan Boeing, rupanya harus mengakui kemenangan Lockheed Martin di Swiss, pasalnya negara di Eropa yang bukan anggota NATO tersebut telah menjatuhkan pilihan pada F-35A untuk program pengadaan jet tempur masa depan. Sejak beberapa tahun lalu, Airbus dengan Eurofighter Typhoon, Dassault dengan Rafale dan Boeing dengan F/A-18E/F Super Hornet, telah berkompetisi untuk tender di Swiss.

Baca juga: Sengkarut Antara Jet Tempur F-35, Huawei dan Teknologi 5G

Sebelumnya pada 30 September 2020, Departemen Pertahanan Amerika Serikat lewat Defense Security Cooperation Agency (DSCA) telah menyetujui potensi penjualan untuk dua jenis jet tempur kepada Swiss, yaitu F/A-18E/F Super Hornet dan penempur stealth F-35A Lightning II.

Persisnya 36 unit F/A-18E Super Hornet dan 4 unit F/A-18F Super Hornet, berikut mesin dan persenjataan ditawarkan senilai US$7,5 miliar. Sementara tawaran paket F-35A ke Swiss terdiri dari 40 unit jet tempur, 46 mesin dan persenjataan yang menyertai, yang kesemuanya ditaksir mencapai US$6,58 miliar.

Dan keputusan pun akhirnya telah diambil, dikutip dari AFP (30/6/2021), disebutkan Dewan Federal Swiss menyatakan F-35A adalah yang paling ideal untuk melindungi rakyat Swiss dari ancaman udara di masa depan. Keputusan itu sekarang akan diajukan ke parlemen Swiss. Selanjutnya bola ada di Parlemen apakah akan melanjutkan pembelian alat tempur tersebut atau sebaliknya.

Sedikit berbeda dari yang ditawarkan oleh DSCA, keputusan Swiss atas F-35A adalah untuk 36 unit pesawat dengan nilai US$5,5 miliar. Keputusan Swiss tersebut juga berbarengan dengan terpilihnya sistem hanud Patriot buatan Raytheon yang diakuisisi sebanyak lima baterai dengan nilai US$2,1 miliar.

Keputusan Swiss atas pembelian F-35A langsung menuai kritik dari juru kampanye anti persenjataan dan partai-partai sayap kiri yang akan meluncurkan kampanye untuk referendum tentang masalah pengadaan ini. Pihak oposisi menyebut Swiss tidak membutuhkan pesawat tempur mutakhir untuk mempertahankan wilayah Alpine-nya, yang notabene bisa dilintasi jet supersonik dalam waktu 10 menit.

Baca juga: Bukan Soal Politis, Ini Alasan AS Tidak Menawarkan F-35 Lightning II ke Indonesia

“Keputusan itu benar-benar tidak dapat dipahami,” kata Priska Seiler Graf, anggota Parlemen dari Partai Sosial Demokrat yang berhaluan kiri, yang telah menyuarakan keprihatinan tentang biayanya. “Ini bukan hanya tentang membeli pesawat tempur semata, tetapi harus diperhitungkan aspek pemeliharaan dan biaya operasional,” tambahnya. “Kita harus mencari solusi Eropa … kita tidak ingin bergantung pada Amerika Serikat.” (Bayu Pamungkas)

57 Comments