Meski Belum Konkrit, PT DI dan Havelsan (Turki) Sepakati Kerja sama Pengembangan Pesawat AWACS
|Meski konkritnya belum begitu jelas, lawatan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ikut membawa angin segar bagi perkembangan industri pertahanan di Indonesia. Terkait tawaran dari Havelsan, perusahaan teknologi pertahanan Turki untuk kerja sama airborne early warning and control system (AWACS) bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI), maka ada update terbaru yang dapat disampaikan.
Pada kesempatan Indonesia-Türkiye Business Forum sore hari ini (12/02) di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEİK), Direktur Utama PT DI, Gita Amperiawan menyepakati Framework Agreement (FA) dengan CEO Havelsan, Mehmet Akif Nacar terkait pengembangan pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C)/AWACS.
Dalam kerja sama strategis ini, PT DI akan bertindak sebagai prime contractor dan menyediakan tenaga ahli yang bekerja sama dengan Havelsan dalam proses desain, perakitan, produksi, pengujian, serta pemeliharaan pesawat AWACS.

Pesawat AWACS memiliki peran krusial dalam sistem pertahanan modern terutama di era perang elektronik seperti sekarang ini. Pesawat AWACS sangat dibutuhkan Indonesia karena kemampuannya dalam deteksi dini, pengawasan udara, serta manajemen pertempuran berbasis udara yang terintegrasi.
Dengan pengalaman yang dimiliki dalam industri penerbangan, PT DI akan memastikan bahwa pengembangan pesawat ini sesuai dengan kebutuhan operasional pengguna, baik di tingkat nasional maupun global. Havelsan, yang telah berpartisipasi dalam proyek AWACS Turki dan mengembangkan hingga 90% perangkat lunak sistemnya, akan berkontribusi dalam integrasi teknologi canggih untuk meningkatkan kapabilitas pesawat AWACS Indonesia kelak.

Selain kerja sama dalam pengembangan AWACS, pada momentum ini PT DI dan Havelsan juga menyepakati Strategic Collaboration Agreement (SCA) untuk berkolaborasi secara eksklusif dalam pengembangan bersama Full Flight Simulator pesawat CN235-220.
Dalam perjanjian ini, PT DI juga akan bertindak sebagai prime contractor dan melakukan joint technology development bersama Havelsan. Sejak tahun 1994, PT DI telah memiliki kemampuan dan pengalaman di bidang pengembangan simulator penerbangan, khususnya untuk pesawat yang diproduksi, seperti N250 Engineering Flight Simulator dan CN235-220 Operational Flight Trainer, termasuk untuk produk terbarunya pesawat N219, yaitu N219 Engineering Full Flight Simulator, serta untuk produk helikopter Super Puma, yaitu NAS332 Full Flight Simulator dan H225M Full Flight Simulator.
[Polling] Airbus C-295 AEW Jadi Pilihan AEW&C Terpopuler, Tapi Ada Poin yang Kurang Menguntungkan
Dengan kombinasi keahlian PTDI dalam manufaktur pesawat dan teknologi canggih Havelsan dalam sistem simulasi dan peringatan dini, kami optimis dapat menghadirkan solusi yang tidak hanya mendukung kemandirian pertahanan Indonesia, tetapi juga berkontribusi bagi pasar global. Kemitraan ini adalah langkah besar dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara di sektor teknologi dan industri pertahanan,” ujarnya.
Dengan dukungan kemampuan dan infrastruktur yang dimiliki PT DI, Havelsan optimis mengembangkan simulator level D yang unggul untuk mendukung kebutuhan pertahanan Indonesia maupun pasar global. (Bayu Pamungkas)
Kalau lihat pengalaman Havelsan dalam proyke E-7T, ada juga kemungkinan ini upaya kita supaya data link dan sistem AWACS kita kompatibel dengan semua peralatan kita seperti Rafale, FLanker, Falcon, KRI dan lain2.
Jadi kalau akhirnya beli E-7, bisa jalan dengan semua peralatan kita. Kalau Brahmos dan Yakhont bisa dipandu sama E-7 kan lumayan. Pengalman integrasi bagi Havelsan juga bagus. Win-win.
Turkifikasi yang melelahkan 😞 hanya memikirkan tot tanpa memikirkan kualitas produk kalau udh terbukti tidak handal TNI sendiri yang merasakan. Kebijakan pemerintah pusat sangat tidak sejalan dengan apa yang TNI inginkan dibanyak kasus terutama AL dan AU
Kebanyakan seremoni tanda tangan ujungnya ga mau keluar duit
dikutip “Havelsan, yang telah berpartisipasi dalam proyek AWACS Turki dan mengembangkan hingga 90% perangkat lunak sistemnya, akan berkontribusi dalam integrasi teknologi canggih untuk meningkatkan kapabilitas pesawat AWACS Indonesia kelak”
dikutip “Dalam proyek E-7T Peace Eagle, Havelsan bertanggung jawab untuk mengembangkan perangkat lunak misi utama yang digunakan di pesawat E-7T. Perangkat lunak ini mencakup sistem komando dan kontrol, integrasi sensor, pengolahan data radar, dan antarmuka pengguna yang memungkinkan operator untuk melaksanakan tugas pengawasan dan kontrol udara.”
berdasarkan kutipan , tidak disebutkan turki sudah punya pengalaman bangun radar khusus untuk pesawat awacs, sensor, dan sistem yang lebih kompleks.
kerjasama pengembangan pesawat awacs ? kalo ini disetujui udah pasti akan butuh biaya buat pengembangan yang artinya turki dapet duit gratis dari kita buat penelitian mereka dan turki dapet pelanggan gratis buat uji coba produk mereka?
pesawat awacs kebutuhannya vital bgt knp ga beli aja yg udh proven ,malah maksa buat pengembangan bersama, emang nya mau make platform apa? pesawat yg bakal diajukan milik indo kemungkinan besar hanya cn 235.. dan pesawat ini secara dimensi aja kecil ? malah maksa dijadiin awacs apa jarang jangkau gak kependekan?
duit buat beli awacs buatan saab aja ogah ogah an eh malah maksa pengembangan bersama turki? bisa habis brp ituu buat R&D
mending beli dulu,punya dulu ga akan habis duit banyak dan kemungkinan besar duitnya cukup jika ditambah duit R&D untuk beli awacs mesin jet dri boeing E-7 jauh lebih oke
maaf hanya mengutarakan pikiran
salam
Kabarnya untuk pengembangan pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C)/AWACS ini memakai platform CN-235, boleh usul sebaiknya memakai C-295 saja karena body-nya panjangan dikit yaitu lebih panjang sekitar tiga meter