Update Drone KamikazeKlik di Atas

Meski Banjir Order Rafale, Dassault Aviation Mengaku Ada Masalah Pada Rantai Pasokan

(Dassault Aviation)

Meski mendapat berkah banjir order atas pesanan jet tempur Rafale, namun, Dassault Aviation juga mempunyai tantangan tersendiri untuk menggarap pesanan tersebut. Manufaktur dirgantara asal Perancis itu mengatakan masalah rantai pasokan komponen berpotensi membebani produksi. Dassault Aviation menyebut masalah rantai pasokan semakin memburuk sejak tahun lalu.

Baca juga: Banjir Order, Dassault Aviation Akan Tingkatkan Kapasitas Produksi Jet Tempur Rafale

Dikutip dari Reuters.com (20/7/2023), Dassault Aviation pada hari Kamis mengatakan masalah rantai pasokan komponen semakin memburuk sejak tahun lalu dan membut mereka lebih sulit untuk memproses pesanannya. “Situasi ini berdampak pada pengembangan dan produksi pesawat kami, sementara kami perlu meningkatkan untuk memenuhi komitmen kepada para pelanggan,” ujar juru bicara Dassault dalam sebuah pernyataan.

Walau mengaku ada masalah pada rantai pasokan komponen, namun Dassault Aviation tidak menjelaskan jenis komponen apa yang mengalami masalah tersebut.

Dassault Aviation menyebut pihaknya tidak menerima pesanan baru untuk jet tempur Rafale dalam semester pertama tahun ini. Kontrak terbaru terkait Rafale adalah persetujuan awal untuk pembelian 26 unit Rafale M untuk Angkatan Laut India.

Total pesanan Dassault mencapai 34,42 miliar euro (US$38,31 miliar) per akhir Juni, sudah termasuk order 160 pesawat tempur Rafale dan 90 jet bisnis Falcon. Pesanan baru pada semester pertama mencapai 1,68 miliar euro ($1,87 miliar) untuk dua belas jet bisnis Falcon. Tahun lalu, jumlah itu mencapai 16,29 miliar euro, termasuk 80 unit Rafale.

Rafale B di Lanud Halim Perdanakusuma.

Dassault Aviation tak pelak menjadi manufaktur dirgantara yang ketiban rejeki di sepanjang tahun 2021 sampai awal 2022, betapa tidak, jet tempur Rafale terbilang laku keras di pasar ekspor, termasuk Indonesia yang terakhir memesan 42 unit Rafale, dengan 6 unit kontrak perdana.

Chief Executive Dassault Aviation Éric Trappier mengatakan kesuksesan Rafale terus menghasilkan prospek baru dari luar negeri. Dassault mengatakan pendapatan operasional yang disesuaikan untuk periode Januari-Juni turun 24,5% menjadi 151 juta euro dan penjualan bersih yang disesuaikan turun 25,8% menjadi 2,30 miliar euro.

Baca juga: Dassault Aviation dan PT DI Lakukan MoU untuk Offset dan ToT Atas Pembelian Rafale

“Dengan kondisi pesanan yang cukup banyak, maka kami harus meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi tenggat waktu kontrak di tahun-tahun mendatang,” kata Trappier. Sementara pengiriman pesawat ke UEA tidak akan dimulai sebelum 2026. Meski tidak disebutkan kapan, Ia menyebut pengiriman untuk Mesir dan Indonesia akan dilakukan “dalam jangka pendek”, yang mengarah ke “puncak produksi” Dassault. Indonesia akan menerima batch pertama Rafale mulai tahun 2026. (Margana)

11 Comments