Merespon Memanasnya Laut Cina Selatan, TNI AU Gelar Kanon Oerlikon Skyshield di Natuna
Bakal ada yang berbeda dari Pangkalan Udara (Lanud) Ranai di Pulau Natuna, sebab dalam waktu dekat Lanud kelas B ini akan dilengkapi senjata kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) paling mutakhir, Oerlikon Skyshield 35 mm Air Defence System. Karena memang masih terbilang baru, kanon buatan Rheinmetall Defence ini baru sebatas ditempatkan di Lanud Hasanuddin, Lanud Halim Perdanakusuma, dan Lanud Supadio. Yang ketiga lanud diatas masuk kategori Lanud kelas A.
Baca juga: Laut Cina Selatan Memanas, TNI AU Gelar Garnisun Udara dari Natuna
Baca juga: Pulau Natuna Akan Dipersiapkan Sebagai Basis Drone UAV
Naiknya status Lanud Ranai dari kelas C ke kelas B sudah berlangsung sejak awal Januari lalu, naiknya status ini ditandai peningkatan peran lanud, seperti pembangunan fasilitas shelter bagi pesawat tempur yang singgah untuk patroli, dan fasilitas pendukung operasi lainnya. Dari sisi fasilitas keamanan, juga disebutkan akan ditingkatkan kelengkapannya. Namun, menyusul ketegangan di Laut Cina Selatan, khususnya dipicu aksi masuknya Kapal Patroli Penjaga Pantai Cina ke teritorial NKRI, plus klaim sepihak Cina atas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia di Natuna, menjadikan pemerintah harus mempercepat langkah pengamanan obvit (obyek vital) di Natuna, yang notabene garis terdepan RI dalam merespon dampak konflik di Laut Cina Selatan.
Baca juga: Tiga Lanud TNI AU Resmi Naik Kelas, Kanon Oerlikon Skyshield Siap Beraksi
Seperti dikutip dari Janes.com (5/4/2016), dalam pertemuan antara Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan perwakilan Komisi I DPR RI terkait pendanaan alutsista TNI AU, tersebut rencana untuk menggelar 4 unit kanon Oerlikon Skyshield di Natuna. Lebih detailnya, unit kanon reaksi cepat yang dilengkapi radar ini akan ditempatkan di Pulau Natuna Besar, rencana penempatannnya di bagian utara pulan dan sepanjang pantai timur yang menjadi lokasi Lanud Ranai. Selain lanud, obvit lain di pulau tersebut adalah Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ranai. Bahkan peran Lanal Ranai kedepan akan bertambah strategis, setelah ada rencana pembangunan pangkalan kapal selam di Natuna.
Baca juga: Oerlikon Skyshield 35mm – Perisai Reaksi Cepat Pangkalan Udara TNI AU
Oerlikon Skyshield 35 mm dioperasikan oleh Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas TNI AU. Untuk memboyong kanon ini menuju pangkalan aju di Natuna, kanon dapat dibawa lewat udara dengan pesawat angkut C-130 Hercules. Atau jika mau dibawa lengkap dengan platform truk carrier, kanon dapat dibawa melalui jalur laut. Besar kemungkinan, bila Denhanud membawa Oerlikon Skyshield maka rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System) QW-3 berikut radar Smart Hunter juga akan dibawa ke wilayah operasi.
Baca juga: QW-3 : Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU
Baca juga: TH-5711 Smart Hunter – Radar Pemandu Rudal Paskhas TNI AU
Dirunut dari teknologinya, Rheinmetall Skyshield merupakan sistem yang memiliki kemampuan deteksi dengan sarana radar dan mampu dihubungkan antar unit untuk membentuk satu sistem jaringan pertahanan titik yang mumpuni.
Dalam hal desain, sistem Skyshield mengusung jenis kanon Oerlikon Contraves 35/1000 kaliber 35 mm L79 GDF-007 dengan mekanisme gas serta pendingin berupa air. Kanon ini digadang mampu melibas sasaran berupa helikopter, jet tempur yang terbang rendah, sampai rudal jelajah. Meski kanon Skyshield menggunakan jenis laras tunggal, kanon ini nyatanya dapat melontarkan 1.000 proyektil dalam satu menit. Dalam hal kecepatan tembak, proyektil Skyshield dapat melesat hingga 1.440 meter per detik dengan jangakaun tembak efektif hingga 4 kilometer. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Yuan Wang 6 – Kapal Pelacak Satelit dan Rudal Balistik yang Melintasi Selat Sunda
20 Comments | Apr 16, 2021
-
Optimalkan “Buddy to Buddy” Air Refueling, Jet Tempur Rafale Gunakan NARANG Pod
16 Comments | Jan 23, 2021
-
Hadapi Potensi Serangan dari Cina, Guam Akan Dilengkapi Sistem Rudal Hanud Jarak Jauh
7 Comments | Mar 20, 2021
-
“Rita” Hadir di MiG-35, Berikan Rekomendasi untuk Pilot Saat dalam Kesulitan
18 Comments | Jun 13, 2020
Pasang aja dukun” sakti biar bisa menebar santet atau menangkis rudal lawan
makanyaa bikin sendiriii,.. ajak anak2 mahasiswa … dari dulu kok bisanya hny bela- beli muluu.. ga bodoh2nya yg jualan
Jangan bicara hanya cangih dan lain lain2 tapi yang pertama dan utama …klo terjadi penggaran kedaulatan apakah kota berani menembak? Ataukah lapor sana sini dulu? Keburu penjahatnya kabur
Kenapa ga mencoba vls mica yg land based aja.. secara TNI AL kn juga make, tentunya akan mempersimpel logistik, perawatan dan tentunya offset dari MBDA yg dalam hal ini yg diharapkan adalah teknologinya. Apa lg system ini pasti sdh bisa langsung terintegrasi dgn battle network TNI yg based on NATO.
@d’boys
Tanggung gan,,,kenapa gak pake barak-8 sekalian? Yang versi Naval, footprintnya ringkas lho,,,
Kalau MICA mungkin kemahalan bagi kantong Indonesia
Kalau Barak-8 ada Unsur ISRAEL nya, agak sulit dan terlalu lamban karena kecepatannya hanya Mach 2
Mending si BUK saja, hampir semua pecahan Uni Soviet bisa membuatnya, sehingga sangat mudah urusan Logistiknya, sekalian minta ToT, sehingga bisa diotak atik sendiri
BUK-M2E sudah cukup canggih dan sangat murah
Pilih produk Amerika atau NATO boleh boleh saja, tapi dikasih gak sama yg punya barang? F-16 hibah aja belom dateng semua.
Jelas tidak sama
AS menerapkan yang diekspor berada 1 tingkat dibawah punya AS sendiri
Misal : Sudah ada Windows 10, yang di Ekspor adalah Windows 8.1
Rusia tambah mengerikan
Mereka mengeluarkan 2 Produk
Untuk Mereka sendiri dan yang untuk Ekspor
Rudal R-77 untuk mereka, yang untuk Ekspor RVV-AE, jelas beda
Demikian juga Su-35, beberapa Disain dibuat Beda
Dengan Tujuan untuk mengecoh Musuh bila Su-35 Ekspor mereka jatuh ke tangan AS/NATO
F-16C/D 52ID adalah Produk Bekas yang sudah lama, jadi jelas beberapa komponen sudah langka dan tidak diproduksi lagi
Terutama Mesin, proses Upgrade jelas membutuhkan waktu yang lebih lama dari membuat baru
Jadi salah siapakah itu ? kenapa ngak beli baru F-16 Viper, yang tidak ada Antriannya ?