Mengenal Lebih Dekat Fire Control Unit Oerlikon Skyshield
Arsenal Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) milik TNI banyak ragamnya, tapi tak semua mendapat mandat untuk melindungi area ring satu, yakni wilayah Istana Negara. Seperti pada HUT RI ke-71 bulan Agustus lalu, Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas TNI AU mendapat kepercayaan untuk menempatkan baterai kanon CIWS (Close In Weapon System) Oerlikon Skyshield 35 mm di Lapangan Tugu Monas. Baterai Skyshield disiapkan dalam posisi siaga penuh, berikut sistem Skyshield Fire Control Unit yang di dalamnya terdapat unit sensor dan radar.
Baca juga: Oerlikon Skyshield 35mm – Perisai Reaksi Cepat Pangkalan Udara TNI AU
Selain aspek kehandalan kanon dalam memberi tembakkan, harus diakui sensor dan radar pada unit baterai Skyshield menjadi peranan kunci, pasalnya Skyshield buatan Rheinmetall Defence berbeda dengan kanon twin gun Type 90/35 mm yang dioperasikan Arhanud Korps Marinir, bila Type 90/35 mm bisa dioperasikan otomatis dan manual, maka Oerlikon Skyshield hanya dapat dioperasikan secara full otomatis. Meski begitu, kemampuan deteksi dan reaksi Skyshield terbilang memukau, selain mampu menetralisir laju rudal udara ke permukaan, kanon laras tunggal ini sanggup menghancurkan lontaran peluru mortir.
Baca juga: Merespon Memanasnya Laut Cina Selatan, TNI AU Gelar Kanon Oerlikon Skyshield di Natuna
Unit sensor Skyshield terdiri dari platform, tracker mount and drives, search radar, tracking radar, IFF (Identification Friend or Foe), data processing group, power supply unit, dan electro optical group. Yang disebut terakhir terdiri dari perangkat TV camera, IR (Infra Red) camera – thermal imager, video tracker module, laser range finder, dan distance measuring device.
Radar pencari berbentuk kotak dan beroperasi pada i-band di frekuensi 8,6 – 9,5 Ghz, berputar dengan kecepatan 40 kali per menit dan memiliki moda gelombang penjejak 2D atau 3D sesuai kebutuhan.
Sistem radar pencari dihubungkan dengan modul IFF untuk dapat mengenali target di udara. Kemampuan menjejak sasaran dibagi dalam dua radius: 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20 kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Pemancaran gelombang radar dilengkapi moda burst untuk mencegah jamming, plus modul ECCM (electronic counter measure) untuk menghadapi situasi perang elektronik.
Kemampuan deteksi pada sasaran dengan RCS (radar cross section) sekelas jet tempur F-16 yakni 20 -25 kilometer tergantung kondisi cuaca. Sementara untuk deteksi jenis rudal dimulai pada jarak 10 kilometer. Berdasarkan sistem kerjanya, pasokan data dari sistem radar pencari dikirim ke radar penjejak tipe circular cassegrain yang kemudian akan memancarkan gelombang radar sempit selebar 2,4 derajat untuk menyinari sasaran. Dengan kemampuan jangkauan pada azimuth 360 derajat dan elevasi -10 sampai 85 derajat serta fitur peredam gangguan, maka lawan yang sudah terkunci akan sulit untuk lepas.
Baca juga: PMRobotics JT-240 – Drone Penantang Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU
Segala output dari sensor unit kemudian disalurkan ke Command Post yang berbentuk shelter (kontainer). Di dalam CP tersedia konsol untuk operator dan komandan SFCU. Konsol terdiri dari dua LCD besar yang menampilkan sasaran di layar kiri berikut berbagai macam data terkait seperti vector, kecepatan, dan perkiraan tipe sasaran. Sementara disisi kanan yang merupakan konsol komandan menampilkan layar radar.
Baca juga: Tiga Lanud TNI AU Resmi Naik Kelas, Kanon Oerlikon Skyshield Siap Beraksi
Selain melayani kendali penembakkan kanon, Command Post juga memberi arahan dan informasi sasaran pada Satbak (Satuan Tembak) rudal MANPADS Chiron, rudal hanud jarak dekat buatan Korea Selatan yang diintegrasikan dengan sistem baterai Oerlikon Skyshield. (Haryo Adjie)
Baca juga: Chiron – “Paket” Rudal VSHORAD Pada Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU
Related Posts
-
Thales dan Kongsberg Luncurkan StrikeMaster Coastal Defence System, Berharap Menang Tender dari Departemen Pertahanan Australia
2 Comments | Oct 6, 2022
-
BRIsat: Akankah Jadi Satelit Komunikasi Utama TNI?
5 Comments | Dec 13, 2015
-
Black Hornet 3 – Drone Mikro Copter dengan Bekal Kamera Thermal
6 Comments | Jul 4, 2018
-
Cina Tolak Tuduhan Provokasi Atas 200 Lebih Kapal “Milisi Maritim” di ZEE Laut Filipina Barat
22 Comments | Mar 26, 2021
Yee trnyata udh ada artikelnya bung admin (A4 Skyhawk) maaf mata ane gk teliti
hehehe… 🙂