Menelusuri Jejak Sejarah KRI Thamrin, Kapal Tender Kapal Selam TNI AL
|Bila merujuk ke sejarah, dahulu TNI AL pernah memiliki jenis kapal tender kapal selam (submarine tender). Jenis kapal ini difungsikan untuk melayani segala kebutuhan logistik, perawatan dan perbaikan kapal selam. Saat Republik Indonesia ‘mesra’ dengan Uni Soviet, maka melengkapi hadirnya 12 unit kapal selam Whiskey Class, turut hadir submarine tender. Dan yang namanya tersohor dalam catatan sejarah adalah KRI (d/h RI) Ratulangi (RLI). Kapal yang dalam kondisi muatan penuh berbobot 9.00 ton.
Baca juga: KRI Ratulangi – Induk Semang Kapal Selam TNI AL
Kedatangan KRI Ratulangi (Don Class) merupakan bagian dari paket pembelian 12 kapal selam dalam misi Nasution I, dalam paket pembelian disebutkan Indonesia akan menerima 2 kapal tender kapal selam. Ini artinya KRI Ratulangi punya ‘saudara’ dalam penugasannya, yakni KRI Thamrin (THR). Baik KRI Ratulangi dan KRI Thamrin tiba di Indonesia ketika konflik Irian Barat hampir rampung, sehingga belum sempat unjuk gigi kepada Belanda.
Kedua kapal tender dari Uni Soviet ini nyatanya baru berperan penuh saat Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Bahkan KRI Ratulangi dikabarkan masih beroperasi dan aktif hingga tahun 1980-an, meskipun fungsinya telah berubah dari kapal tender menjadi kapal tempur/kapal markas. Ini tak lain berkat merian-meriam kaliber 100 mm di geladaknya.
Baca juga: KRI Pasopati – Kapal Selam Pemburu Tanpa MCK
Saat memasuki order baru, Indonesia terkena embargo militer dari Uni Soviet, kiprah KRI Ratulangi terbukti tetap berkibar. Dengan pola kanibalisasi suku cadang dari jenis kapal perang lain, Ratulangi masih dapat mengemban beberapa misi tempur, terutama pada operasi Seroja di tahun 70-an. Di Uni Soviet sendiri, kapal tender kelas Don ini masih digunakan sampai tahun 1998.
Bila KRI Ratulangi punya catatan sejarah yang cukup lengkap, maka lain hal dengan KRI Thamrin. Jejak KRI Thamrin agak sulit ditelusuri, antara KRI Ratulangi dan Thamrin meski sama-sama kapal tender, tapi berangkat dari kelas yang berbeda. KRI Thamrin berasal dari kelas Atrek dan berpenggerak mesin turbin uap.
Baca juga: KRI Irian – Monster Laut Kebanggaan Indonesia
Dan lewat penelururan ke beberapa situs, maka mulai terkuak tentang KRI Thamrin, meski tidak terungkap sepak terjangnya selama memperkuat TNI AL. Faktanya adalah KRI Thamrin masuk kualifikasi sebagai generasi awal submarine tender Uni Soviet, debut kapal tender ini dimulai pada tahun 1954. Di AL Soviet, jenis kapal tender bermesin uap ini diberi label Project 233K (Atrek Class). Dasar rancang bangunnya berasal dari platform kapal kargo, Project 233.
Atrek Class sendiri diambil dari nama kapal pertama dari jenis Project 233K, Atrek sendiri diluncurkan pada 20 Juni 1955, dan diserahkan ke AL Soviet pada 30 Desember 1955. Total ada delapan unit Atrek Class yang berhasil dibangun. Nah, KRI Thamrin sendiri dibeli bukan dalam kondisi baru, kapal ini adalah bekas pakai AL Soviet, dengan identitas ketika digunakan AL Soviet adalah BRN-75 (Ayakhta 946) yang merupakan kapal produksi ketiga. Dan sejak 28 Juni 1962 kapal ini sudah diserahkan ke pihak TNI AL.
Baca juga: Riga Class – Eksistensi Frigat TNI AL, dari Operasi Trikora ke Operasi Seroja
Dari kedelapan Atrek Class, ada satu lagi yang dijual Uni Soviet ke sekutunya, yakni BRN-40 (kapal produksi ketujuh) yang dijual ke Albania pada tahun 1961. Sejak 1968 Albania mengalihfungsi kapal ini sebagai kapal kargo dan resmi di scrap pada bulan April 1997. Sangat disayangkan, jejak KRI Thamrin seolah hilang dari pusaran sejarah kekuatan laut Indonesia. Tidak ada informasi mengenai nasib akhir kapal berbobot 3.540 ton ini.
Basis tenaga pendorongnya yang masih berupa mesin uap ditaksir menjadi tak awetnya kapal ini digunakan di Indonesia, maklum mesin jenis ini sangat rakus bakan bakar. Sebagai perbandingan KRI Ratulangi yang masih berkibar dalam Operasi Seroja (1975) menggunakan mesin diesel listrik yang jauh lebih hemat dan efisien. (Haryo Adjie)
Baca juga: T-43 Class – Generasi Perdana Kapal Penyapu Ranjau TNI AL
Spesifikasi KRI Thamrin
– Bobot standar: 3.540 ton
– Bobot full load: 5.270 ton
– Panjang: 102,4 meter
– Lebar: 14,4 meter
– Draft: 5,4 meter
– Kecepatan: 13,6 knots
– Range: 6.900 nmi (13 knots)
– Propulsion: 1×2450 hp steam engine, 1 fixed pitch propeller
– Armament: 3×2 37 mm V-11M
– Jumlah awak: 43 orang
RI irian ( ikut republik Indonesia anti Netherlands) top bgt soekarno
kenapa kurang pas om admin? bisa di jelaskan? 🙂
Submarine tender dahulu dihadirkan utk mendorong/mendukung operasi armada kapal selam dalam rangka operasi ofensif berskala besar di wilayah yang jauh. Lain hal dengan kondisi saat ini, pengoperasian jenis kapal ini justru akan menambah beban biaya operasional tersendiri, karena berpulang lagi, sifat operasi yang digelar TNI AL saat ini berbeda dengan periode konfrontasi (operasi Trikora).
apa sih yg ngga ilang di jaman soeharto, nyawa orang aja ilang apalagi alutsista dari matra lain yg loyalis Bung Karno, ckckck harto harto…
Kalo semisal kasel TNI Al saat ini lengkap 12 unit,apakah era sekarang msh diperlukan kapal tender/induk semang kasel???
Barangkali bisa diberi pencerahan…
Melihat pola operasi yang ada saat ini, jenis kapal ini kurang pas lagi.
bisa di jelaskan om admin?
saat ini, tni lebih memilih membangun pangkalan terpadu, termasuk pangkalan kapal selam di pulau-pulau terdepan. karenanya kita tidak butuh kapal induk atau kapal tender seperti ini
Lalu bagaimanabdgn preemptive attacknya? Apa bisa dari pulauterluar?