Update Drone KamikazeKlik di Atas

Menelusuri Jejak Sejarah KRI Tanjung Oisina 972, Kapal Perang yang Dulunya Kapal Angkut Haji

Bagi Anda para pemerhati dunia kemiliteran di Indonesia, tentunya mengetahui bahwa nama kapal perang TNI AL (KRI) dengan awalan “Tanjung” disematkan untuk segmen kapal angkut personel, persisnya armada kapal angkut ini berada di bawah naungan Satuan Kapal Bantu (Satban), umumnya label KRI Tanjung xxx, menggunakan nomer lambung 9xx. Dan setelah sebelumnya kami pernah mengupas tentang KRI Tanjung Kambani 971, KRI Karang Pilang 981 dan KRI Tanjung Nusanive 973, kini giliran tersebut nama KRI Tanjung Oisina 972.

Baca juga: KRI Tanjung Kambani 971 – Ini Dia! Kapal Feri Yang Dipersenjatai

Sebagai kapal angkut personel, keluarga KRI Tanjung umumnya berasal dari kapal angkut sipil yang kemudian dikonversi untuk angkut militer. Terbagi menjadi asal dari kapal ferry seperti KRI Tanjung Kambani 971, dan kapal angkut lintas perairan nusantara seperti KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung Fatagar 974 yang dulunya adalah Kapal milik PT Pelni. Kebutuhan TNI untuk menggeser pasukan dan material dalam jumlah besar, terutama pada saat operasi, menjadikan armada kapal angkut cukup berperan penting.

Dan kilas balik ke era 70-an, TNI AL mendapatkan hibah kapal angkut yang dikenal sebagai kapal angkut jamaah Haji, yaitu KRI Tanjung Oisina 972, yang sebelumnya punya identitas sebagai KM Tjut Njak Dhien. Merujuk sumber dari Kompas.com, KM Tjut Njak Dhien merupakan salah satu kapal haji pada masanya dioperasikan oleh PT Arafat. Harian Kompas, 12 Januari 1966, menyebuyt KM Tjut Njak Dhienbertolak dari Tanjung Priok dengan mengangkut 558 jemaah calon Haji. Selanjutnya, kapal menuju Dumai, Riau, untuk mengangkut 230 jemaah calon Haji dan terakhir berlabuh di Sabang membawa 100 jemaah calon Haji.

KM Tjut Njak Dhien dan KM Gunung Jati dalam pelayaran Haji. (Foto: Kompas.com)

Namun seiring pengguaan transportasi yang lebih efisien dan cepat menuju Tanah Suci, pengabdian KM Tjut Njak Dhien diakhiri pada tahun 1979. Persinya per 15 Januari 1979 berganti kepemilikan dengan dinobatkannya kapal ini sebagai bagian dari kapal perang TNI AL dengan menyandang nama KRI Tanjung Oisina 972. Tanjung Oisina sendiri merupakan nama suatu wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: KRI Tanjung Nusanive 973 – eks Kapal Pelni dengan Kanon PSU Rheinmetall 20mm

Dalam catatan, disebut salah satu misi KRI Tanjung Oisina 972 adalah mengangkut 4.000 orang eks tahanan politik dari Pulau Buru ke Pulau Jawa dalam beberapa gelombang. Peran kapal ini juga acap kali digunakan dalam pengangkutan pasukan dalam jumlah besar saat Operasi Seroja. Umumnya, setelah dikonversi ke kapal militer, TNI AL memasang senjata ringan untuk pertahanan terbatas, seperti senapan mesin berat 12,7 mm atau kanon 25/30 mm. Namun sejauh tidak ditemukan informasi adanya adopsi senjata di  KRI Tanjung Oisina 972.

MV Prinses Irene

Merujuk dari sejarah KRI Tanjung Oisina 972, sebelum bernama KM Tjut Njak Dhien, kapal ini merupakan kapal angkut berbedera Belanda, dengan nama MV Prinses Irene. Berdasarkan informasi dari shipspotting.com, MV Prinses Irene diluncurkan oleh galangan Scheepswerf & Machinefabriek di Rotterdam, Belanda pada 12 Juli 1958. Sebagai operator perdana kapal ini adalah Oranje Lijn (Maats. Zeetransport NV) yang resmi mengoperasikan pada 9 April 1959.

Baru kemudian pada 1964 MV Prinses Irene dijual ke Indonesia lewat PT Arafat. Dengan menyandang nama KM Tjut Njak Dhien, kapal ini aktif melayani transportasi Haji di periode 1964 sampai 1978. Dirunut dari spesifikasinya, kapal dengan bobot mati 8.456 ton ini punya panjang 140 meter dan lebar 18,67 meter. Sebagai dapur pacu adalah mesin diesel MAN dengan 10 silinder, yang mampu membawa kapal berlayar dengan kecepatan 16,5 knots.

Baca juga: KRI Karang Pilang 981 – Nasib Kapal Angkut Sipil yang Terkena “Wajib Militer”

KRI Tanjung Oisina di Perairan Jakarta (Foto: Ralf Gierke/shipspotting.com)

Kapan berakhirnya masa tugas KRI Tanjung Oisina 972 belum diketahui pasti, namun foto yang diambil oleh Ralf Gierke pada 22 November 2000 menjadi pertanda yang menarik, pasalnya terlihat KRI Tanjung Oisina 972 yang sudah dalam kondisi karam di Perairan Jakarta. (Haryo Adjie)

4 Comments