Masih Tetap Berada di Filipina, AS Pindahkan Posisi Peluncur Typhon Weapon System, Beijing Meradang
|Intelijen Cina boleh jadi kena ‘prank’, pasalnya Typhon Weapon System memang telah diangkut menggunakan pesawat angkut berat C-17 Globemaster III dari Bandara Internasional Laoag, di Laoag, Filipina. Namun, bukannya dibawa ke luar wilayah Filipina, namun Typhon Weapon System yang mampu menyerang wilayah Cina, hanya dipindahkan ke lokasi yang masih berada di Pulau Luzon, Filpina.
Seperti dikutip Reuters.com (23/1/2025), militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah memindahkan peluncur Typhon Weapon System – yang dapat menembakkan rudal multiguna hingga ribuan kilometer – dari lapangan terbang Laoag di Filipina ke lokasi lain di Pulau Luzon, kata sumber senior pemerintah Filipina.
Typhon Weapon System yang di dalamnya terdapat rudal jelajah Tomahawk dapat mengenai target di Cina dan Rusia dari Filipina; Rudal hanud jarak jauh Standard Missile-6 (SM-6) yang dibawa Typhon juga dapat menyerang target udara atau laut yang berjarak lebih dari 200 kilometer.
Dari tengah Luzon Utara, Typhon Weapon System dengan rudal jelajah Tomahawk memiliki jangkauan yang lebih dari cukup (1.600 km) untuk mencapai sudut tenggara daratan Cina, termasuk Pulau Hainan yang menjadi basis pangkalan angkatan laut dan pangkalan utama militer Cina.
Pos terdepan buatan Cina di Laut Cina Selatan juga berada dalam jangkauan. Poin terakhir ini mempunyai arti penting tambahan mengingat ketegangan yang terjadi saat ini antara Beijing dan Manila mengenai kendali atas Scarborough Shoal, yang terletak di sebelah barat Luzon.
Sumber senior pemerintah Filipina mengatakan penempatan ulang tersebut akan membantu menentukan di mana dan seberapa cepat baterai rudal Typhon dapat dipindahkan ke posisi penembakan baru. Mobilitas tersebut dipandang sebagai cara untuk membuat rudal lebih mampu bertahan selama konflik.
Gambar satelit menunjukkan baterai dan perlengkapan terkaitnya dimuat ke pesawat angkut C-17 di Bandara Internasional Laoag dalam beberapa minggu terakhir, kata Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies. Kanopi hujan putih yang menutupi peralatan Typhon juga telah disingkirkan, menurut gambar yang dilihat oleh Reuters dan tidak dilaporkan sebelumnya.
Indo-Pacific Command (INDOPACOM) yang mengawasi pasukan AS di kawasan tersebut, mengatakan bahwa Typhon Weapon System telah “dipindahkan ke Filipina”. Baik INDOPACOM maupun pemerintah Filipina menolak untuk memberikan lokasi spesifik tempat baterai rudal tersebut dipindahkan.
Namun, INDOPACOM menyatakan bahwa pemindahan lokasi peluncur Typhon bukan merupakan indikasi bahwa baterai tersebut akan ditempatkan secara permanen di Filipina.
Senjata tersebut menuai kritik tajam dari Cina ketika pertama kali ditempatkan pada April 2024 selama latihan bersama. Pada September 2024, ketika Amerika Serikat mengatakan tidak memiliki rencana segera untuk menarik Typhon dari Filipina, Cina dan Rusia mengecam penempatan tersebut karena dianggap memicu perlombaan senjata.
Meskipun militer AS menolak untuk mengatakan berapa banyak rudal pada Typhon Weapon System yang akan dikerahkan di kawasan Indo Pasifik, namun lebih dari 800 rudal SM-6 akan dibeli dalam lima tahun ke depan, menurut dokumen pemerintah yang menguraikan pembelian militer. Beberapa ribu Tomahawk sudah ada dalam inventaris AS. (Bayu Pamungkas)
“Dari tengah Luzon Utara, Typhon Weapon System dengan rudal jelajah Tomahawk memiliki jangkauan yang lebih dari cukup (1.600 km) untuk mencapai sudut tenggara daratan Cina, termasuk Pulau Hainan yang menjadi basis pangkalan angkatan laut dan pangkalan utama militer Cina.”
Apabila pecah perang terbuka dalam skenario perang berskala di Indo-Pasifik, apakah Typhon akan menjadi target potensial untuk di serang terlebih dahulu oleh militer Tiongkok atau justru target-target di Tiongkok dan juga Rusia yang masuk jangkauannya akan dibabat habis duluan oleh baterai rudal tersebut dari Indopacom dalam taktik pre-emptive?