Manuver Nekat, Helikopter Angkatan Laut Cina Harbin Z-9 Terbang Hanya 3 Meter dari Pesawat Patroli Filipina
|Laut Cina Selatan kembali mendidih, kali ini bukan tentang kapal patroli yang saling bersenggolan, melainkan kabar sebuah pesawat patroli Filipina yang dicegat (intercept) oleh helikopter Angkatan Laut Cina. Dengan nekat, awak helikopter Cina terbang dengan jarak hanya 3 meter dari pesawat Filipina, yang disebut dari jenis Cessna 208B Grand Caravan milik Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan Filipina.
Baca juga: Pasang ‘Floating Barrier’, Cara Baru Beijing Klaim Wilayah Sengketa di Laut Cina Selatan
Insiden tersebut terjadi di atas wilayah sengketa Scarborough Shoal, Laut Cina Selatan. sebuah helikopter Angkatan Laut Cina dari jenis Harbin Z-9 terbang dalam jarak 10 kaki (3 meter) dari Cessna 208B Grand Caravan Filipina pada hari Selasa lalu, yang mendorong pilot Filipina untuk memperingatkan melalui radio: “Anda terbang terlalu dekat, Anda sangat berbahaya.”
Helikopter Cina berusaha memaksa Cessna 208B Grand Caravan Filipina keluar dari apa yang diklaim Cina sebagai wilayah udaranya di atas Perairan Scarborough yang disengketakan di lepas pantai barat laut Filipina.
Seorang jurnalis Associated Press dan media asing lain yang diundang di pesawat menyaksikan kebuntuan yang menegangkan selama 30 menit saat pesawat Filipina terus melakukan patroli di ketinggian rendah di sekitar Scarborough dengan helikopter angkatan laut Cina yang melayang dekat di atasnya atau terbang ke kiri dalam cuaca berawan.
“Anda terbang terlalu dekat, Anda sangat berbahaya dan membahayakan nyawa awak dan penumpang kami,” kata Filipina Pilot memberi tahu helikopter angkatan laut China melalui radio pada satu titik. “Jauhi dan jauhkan pesawat Anda dari kami, Anda melanggar standar keselamatan yang ditetapkan oleh FAA dan ICAO.”
Tidak ada tanda-tanda bahwa pesawat Filipina harus mengubah jalur dan ketinggian yang direncanakan untuk menghindari tabrakan.
Komando Teater Selatan Cina yang mengorganisasi angkatan laut dan udara melacak dan memperingatkan pesawat itu agar menjauh, kata Kolonel Senior Tian Junli, juru bicara komando tersebut, dalam pernyataan tertulis yang diunggah daring. Filipina “mencampuradukkan yang benar dan yang salah dan menyebarkan narasi palsu,” kata pernyataan itu.

Scarborough Shoal (dikenal sebagai Bajo de Masinloc di Filipina dan Huangyan Dao di Cina) adalah atol berbentuk cincin yang terletak di Laut Cina Selatan, sekitar 220 km (119 mil laut) barat Pulau Luzon, Filipina. Atol ini memiliki laguna dangkal yang dikelilingi oleh terumbu karang, menjadi area yang kaya akan sumber daya laut dan strategis secara militer.
Terlepas dari insiden yang nyaris mengundang maut, menarik perhatian adalah sosok helikopter Harbin Z-9, yang identik dengan helikopter Dauphin dan Panther besutan Airbus Helicopters.
Masih Tetap Berada di Filipina, AS Pindahkan Posisi Peluncur Typhon Weapon System, Beijing Meradang
Harbin Z-9 tampilannya tidak asing bagi netizen di Indonesia, pasalnya helikpoter produksi Harbin Aircraft Manufacturing Corporation ini, memang ‘sepupu’ dari helikopter produksi Perancis, AS565 MBe Panther, jenis helikopter anti kapal selam yang juga dioperasikan oleh Puspenerbal TNI AL.
Harbin Z-9 merupakan produk lisensi dari Eurocopter (sekarang – Airbus Helicopters) AS365 Dauphin buatan Perancis. Pada tahun 1980-an, Cina memperoleh lisensi produksi untuk membangun versi modifikasi dari Eurocopter AS365 Dauphin, yang kemudian dijadikan dasar untuk pengembangan Helikopter Harbin Z-9. Kemudian Cina juga telah memproduksi versi lain dari helikopter yang mirip dengan Harbin Z-9, seperti Z-9A, Z-9B, dan Z-9C, yang memiliki beberapa perbedaan dalam spesifikasi dan kemampuan.
Meskipun awalnya berdasarkan lisensi dari Eurocopter AS365 Dauphin, namun saat ini helikopter Harbin Z-9 telah diubah secara signifikan oleh Cina dengan peralatan dan sistem yang dikembangkan secara mandiri oleh industri pertahanan dalam negeri.
Polemik Terkait Pelanggaran Lisensi
Rupanya ada isu terkait lisensi Harbin Z-9 yang berbasis dari Eurocopter AS365 Dauphin. Awalnya, produksi Z-9 dilakukan dengan lisensi resmi dari Eurocopter, tetapi kemudian Cina membuat modifikasi signifikan dan mengembangkan versi yang lebih lanjut, yakni Harbin Z-19 (varian serang) dan Z-9W/Z-9WA (varian militer).
Versi awal Z-9 diproduksi dengan lisensi yang sah dari Eurocopter. Namun, Cina melakukan modifikasi ekstensif pada helikopter ini, terutama dalam pengembangan varian militer seperti Z-9W/Z-9WA dan Z-19, yang tidak berada dalam cakupan lisensi.
Sementara dalam perjanjian awal, Airbus Helicopters hanya memberikan izin untuk produksi Z-9 dalam versi sipil dan transportasi umum. Namun, Cina mengadaptasi desain ini untuk keperluan militer, termasuk penambahan sistem persenjataan dan avionik yang lebih canggih.
Karena perubahan ini, Airbus dan beberapa negara Barat mulai membatasi ekspor komponen yang berkaitan dengan AS365/Z-9 ke Cina. Akibatnya, Cina kemudian beralih ke produksi komponen lokal, termasuk turbin WZ-8A yang menggantikan mesin buatan Prancis Turbomeca Arriel.
Airbus tidak secara resmi menggugat Cina, tetapi hubungan antara Airbus Helicopters dan Harbin Aviation Industry Group menjadi tegang setelah Cina mengembangkan Z-19 tanpa keterlibatan Airbus. Helikopter hasil pengembangan Cina kini tidak lagi bergantung pada teknologi Prancis, membuat Beijing lebih mandiri dalam produksi helikopter militernya. (Bayu Pamungkas)
Cina Punya Harbin Z-20 “CopyHawk,” Tiruan Sikorsky Black Hawk dengan Mesin Lebih Kuat
Pinoy harus segera borong Brahmos & Akash lebih banyak, karena pespur pencegat mehong & lama bikinnya, sekalian juga borong ranjau laut buat bertahan, karena bertempur di laut dengan PLA adalah sia2😁