LY-80: Sistem Hanud Andalan Cina dan Pakistan dengan Cita Rasa Rusia
Meski punya birokrasi dan pengawasan yang serba ketat, sektor industri pertahanan di Cina mendapat sokongan penuh dari pemerintah. Ambil contoh dalam pengembangan rudal hanud (pertahanan udara) jarak sedang, ketika Norinco (North Industries Corporation) menawarkan sistem Sky Dragon 50, maka China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) juga menawarkan sistem hanud dengan fungsi serupa, yakni LY-80 (varian ekspor dari HQ-16 Medium Air to Surface Missile). Dan yang menarik ternyata LY-80 juga menjadi alutsista yang dipertimbangkan Detasemen Hanud (Denhanud) Paskhas untuk mengisi medium air defence (Menad).
Baca juga: Norinco Sky Dragon 50 – “Kuda Hitam” Sistem Rudal Hanud Jarak Sedang Untuk Indonesia
Bila Sky Dragon 50 telah berhasil di ekspor ke Rwanda, maka LY-80 juga dipercaya sebagai perisai ruang udara bagi AD Pakistan. Tiga baterai LY-80 dengan nilai kontrak US$226 juta diketahui telah diserahkan ke Pakitan. Selain itu masih ada tambahan delapan unit unit radar surveillance IBIS-150 sebagai pendukung pertahanan pada baterai LY-80 Pakistan.
Baca juga: Rudal Hanud S-300 – Setelah Dilirik Kini Mulai Dijajaki Untuk Indonesia
Walau resminya produksi Cina, tapi harus diakui bahwa sistem senjata ini lumayan ‘berbau’ Rusia. Varian domeksi LY-80, yakni HQ-16 menyandarkan pada basis platform rudal hanud Rusia. HQ-16A mengambil desain dan inspirasi dari rudal Buk-M1 (kode NATO – SA-11 Gadfly) dan Buk-2M (SA-17 Grizzly). Selain dirancang untuk diluncurkan dari platform di darat, jenis rudal yang mampu melesat dengan kecepatan Mach 3 dapat di setting untuk diluncurkan dari kapal perang. Selain itu cita rasa Rusia juga kental terlihat dari model sistem peluncur VLS (Vertical Launch System) yang telah jamak digelar Uni Soviet di era Perang Dingin.
Baca juga: MBDA Mica Naval – Generasi SAM VLS Pertama Untuk TNI AL
LY-80 terbilang rudal yang gambot, bobot rudal ini total mencapai 690 kg, yang didalamnya terdapat hulu ledak seberat 70 kg. Bobot rudal yang cukup berat nampaknya guna mendapatkan kapasitas ruang untuk power rudal yang bisa melesat Mach 3. LY-80 secara teori dapat melesat sampai jarak jangkau 42 km, sementara jarak tembak minimumnya 3 km. Sistem pemandu rudal ini mengandalkan teknologi Inertial guidance and intermittent illumination. Dalam gelar tempur, satu unit kendaraan launcher unit LY-80 dapat membawa enam tabung rudal. Untuk tugas memburu sasaran, LY-80 dapat melakukan intercept sasaran mulai dari ketinggian 15 meter sampai 18.000 meter.
Baca juga: SA-2 – Rudal Darat Ke Udara Legendaris AURI
Dalam satu sistem gelar tempur, LY-80 terdiri dari komponen searching radar vehicle, command vehicle, radar tracking and guidance vehicle, launcher unit vehicle, dan missiles canister. Karena bobot rudal yang ekstra, dan tabung peluncur dalam kondisi tersegel, maka dibutuhkan penanganan khusus dari technical support equipment yang melengkapi logistik dengan transportation and loading vehicle, power supply vehicle, maintenance vehicle, dan missile test equipment. Satu unit radar tracking and guidance vehicle dapat mengendalikan dua sampai empat unit peluncur rudal. Sementara peran command vehicle bertanggungjawab untuk mendapatkan informasi sasaran dan eksekusi akhir pada proses penembakkan.
Baca juga: NASAMS – Sistem Hanud Jarak Medium Impian Arhanud Indonesia
Yang patut diacungi jempol, meski beda pabrikan, LY-80 menggunakan sistem radar intai yang sama dengan Sky Dragon 12/50 lansiran Norinco, yakni menggunakan IBIS 150 3D Target Designation Radar. Jangkauan deteksi radar ini mencapai 130 km. Fitur pada sistem radar pengintai mencakup IFF (Identification Friend or Foe), threat judgment, flight path processing dan target engagement information for the tracking and guidance radar. IBIS 150 3D berjalan di frekuensi S band dan mampu mendeteksi sasaran di ketinggian 20.000 meter. (Bayu Pamungkas)
banyak juga yah tipe SAM jarak menengah yg Bagus bagus, macam NASAMS,Buk,S300,400, Ly80,BAMSE dll.
jadi bingung mau pilih yg mana.
Saya sih lebih pilih ini dibanding nassams karena harganya lebih murah dan juga udah udah di pake pla jadi battle propen kalo nassams terlalu mahal kkalo ini bisa buat cover beberapa daerah
Kayak nya masih jauh harapan untuk memiliki arhanud yang sejenis ini, pasrah wes sama mistral,Qw-3,Rbs-70,dkk.
@dboys
sky dragon dipake oleh pla. jlhnx sky dragon 50l bh sdkt karena
1. barang baru
2. lbh mahal krn performa lbh baik drpd ly-80
sky dragon lbh cepat 4,5 mach, range lbh jauh 50 km & lbh lincah 60 g krn sdh mengadopsi tvc. makanya sky dragon dipilih oleh prajurit elit & kelas satu pls
rwanda bisa beli skydragon krn negara kaya dgn penghasilan utama tambang berlian
justru utk al cina (plan) sky dragon bkl menggantikan ly-80/hq-16 untuk fregat type 54. bhk sky dragon 50 sbg pendamping hq-9/22 pd destroyer tercsnggih plan type 052d & 055
kl anda menyimpulkan sky dragon sbg sam kelas dua krn tdk dipake pakistan. jelas salah besar justru pakistan sarang alutsisa kelas dua cina macam qw-3, mbt-2000/vt3, jf-17
Bung, knpa sih kita gak beli ini aja atau sky dragon? Malah beli pespur bekas US. Efek gentar juga lebih gahar ini kan dari pada f16 bekas
dari mana aja asal jangan cina, jangan sampe misal ada anggaran 2 triliun buat nasams tapi karna cina lebih murah cuma 1 triliun beli sama cina, sisanya kantoxxxxn.
admin
bisa dibahas juga rudal thaad. kalau tidak salah komandan paskhas juga bilang long range sam yang paling diincar adalah thaad
apa sih kelebihannx ly-80 dibandingkan buk
@ariel
kelebihan ly-80 dibanding buk sdh fire & forget, guidance yg lbh kompleks serta platform radar pendukung lbh banyak yg artinya lbh akurat, mampu mendukung jenis & jumlah target yg lbh banyak serta lbh tahan jamming
kelemahan ly-80 dibandingkan buk trutama buk m3 : jangkauan kurang (buk m3 sdh 72km) kalah cepat (buk m3 4mach), kurang lincah (ly-80 mewarisi buk m1/2 yg mentok 30g sdgkan buk m3 sdh 45g) & operasionalnx ribet
artinya apa gak ada kemungkinan jika TNI lebih baik memilih buk m3? kalau bamse apakah sekelas dengan buk m3?
@fnk
kopaskhas & kohanudnas sedari awal untuk merad sam mencari rudal dgn kapabilitas fire & forget krn alasan:
1. lbh akurat
2. mampu mengunci sasaran lbh banyak
3. user friendly yg artinx bisa dioperasikan oleh prajurit pemula
4. lbh tahan jamming
buk m3 sdh gugur dlm proses kualifikasi krn msh semi active radar homing. yg masuk proses tender kini nassams vs trio tiongkok.
yg sekelas buk m3 jk patokannx jarak 70-80 km ada 2 yaitu barak 8 & hq-12. tp jika bicara performa yg setara dgn buk m3 cukup banyak yaitu km-sam, nassams er, sky dragon 50. khusus nassams & skydragon mlh lbh lincah & lbh cepat dibandingkan buk m3
bamse setara dgn pantsyr. bhk bamse sukses menyingkirkan pantsyr sbg kandidat tunggal arhanud tni untuk sam 15-25km w/t c-ram capability
Om admin! Tlng dbhs jg dong s300!! Krna lbh menjnjikan dbnding buatn cina! Nasam sih klihatnnya agak brt!! Ditambh si trump jd presiden!! Jgn harp mau mlpas snjata strtegis amram!!
@repost
http://www.indomiliter.com/rudal-hanud-s-300-setelah-dilirik-kini-mulai-dijajaki-untuk-indonesia/
hanya menyampaikan skl lagi apa yg dikatakan teman saya sang sales rosoboron bhe peluang s-300, buk & pantsir masuk arsenal tni adalah nol!!
trump itu pengusaha & partai republik. agenda utama partai republik jelas keamanan dalam negeri macam urusan ham & lgbt sprt partainx obama
Udah beli mercon janghwe aja murah tuh 1 baterai bisa 150 biji isinya.
Klo suruh head to head dgn sky dragon,. Saya si mending milih ini, Karena LY 80 ini Sdh d gunakan Oleh PLA, sementara sky dragon hanya sebagai prod ekspor & tdk d gunakan PLA. Selain itu penggunaan VLS membuat wktu reaksi rudal Lebih baik Dari peluncur konvensional
Untuk program Mef 2 kayaknya TNI mulai berburu untuk Medium range air defense. Banyak tawaran nih. kira-kira mau pesan yang mana..
@Rio ,Kalau saya mengusulkan kerjasama sistemnya sama seperti dengan Medium tank Pindad,ifx ,cn235. Artinya bangun sistem baru sesuai dengan spec yang kita butuhkan. Artinya bukan yang sudah ada di pasaran. Kerjasama fifty-fifty ,baik modal maupun kepemilikan patent .
Kelebihannya adalah sesuai dengan spec yang kita butuhkan ,misal gampang di pindah dengan udara bisa masuk herky dan kontainer . Bisa shaRe link data dengan alutsista lain . Proses TOT sempurna karena kita ikut merancang dari awal . Kita bisa menjaga agar produk yang di hasilkan tetap ready to use tanpa mengenak expired karena bisa melakukan penggantian part sendiri,bahkan bisa melakukan improvisasi untuk menyempurnaan di kemudian hari . Kelemahan satu satunya adalah biaya yang pasti lebih besar dari sekedar membeli .
Tinggal pilih mau mandiri atau terus tergantung dengan luar ?