LRAC 89 TNI AD: Roket Anti Tank Penghancur Perkubuan Lawan

lrac-89-f1

Masih ada yang tersisa dari pembahasan seputar senjata anti tank perorangan (man portable) yang dimiliki TNI AD. Setelah di artikel terdahulu kami ulas Armbrust dan C90-CR yang berbasis roket, kemudian dilanjutkan NLAW (Next Generation Light Anti Tank Weapon) yang berbasis rudal, kini giliran sosok senjata anti tank buatan Perancis yang sudah lumayan lama dipakai satuan infanteri TNI AD, yaitu LRAC 89.

Baca juga: Norinco PF-89: Roket Anti Tank/Bunker Disposable, Dikabarkan Dimiliki Indonesia

LRAC (Lance Roquette Antichar/Peluncur Roket Anti Tank) menjadi bagian dari arsenal senjata anti tank perorangan yang melengkapi TNI. Tidak ada informasi persis sejak kapan LRAC yang berkaliber 89 mm ini resmi digunakan satuan infanteri TNI AD. Tapi dari penulusuran lewat foto, nampaknya LRAC 89 sudah mulai digunakan sejak awal tahun 80-an, saat Kopassus (Komando Pasukan Khusus) masih menyandang nama Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha). Meski sama-sama senjata anti tank berbasis roket, LRAC 89 berbeda dengan Armbrust dan C90-CR. Armbrust dan C90-CR desainnya lebih ringkas dan lebih ringan, tapi kedua senjata itu sifat pengoperasiannya hanya sekali pakai (disposable), peluncur menjadi satu paket dengan proyektil dan tidak bisa diisi ulang.

Bila dibandingkan dari segi fungsionalitas, LRAC 89 lebih mirip senjata anti tank lain yang juga berbasis roket, seperti Carl Gustav dan RPG. Ketiga senjata ini punya kesamaan dengan peluncur yang dapat digunakan berkali-kali. Sudah barang tentu, penggunaan laras yang berkali-kali membawa konsekuensi pada bobot yang besar dan ukuran laras yang lebih panjang.

Seperti halnya, senjata anti tank yang disebutkan diatas, fungsi LRAC 89 juga tak melulu untuk menggasak tank dan ranpur, pasalnya senjata hasil rancangan Luchaire Defense SA ini juga diproyeksikan untuk melumat basis perkubuan musuh. Ini artinya LRAC bisa menjadi momok yang menakutkan bagi infanteri lawan. Untuk misi anti personel, LRAC bisa menggunakan proyetil yang berisi 1.600 bola dengan efek HE, ribuan bola-bola penghantar maut ini punya radius mematikan hingga 20 meter. Selain ampuh untuk membubarkan konsentrasi infanteri lawan, bola-bola tadi dapat menembus baja dengan ketebalan 100 mm.

Prajurit Kopassus nampak menenteng LRAC 89.
Prajurit Kopassus nampak menenteng LRAC 89.

Old-Kopassandha-Soldiers-Holding-LRAC-89

LRAC 89 juga digunakan oleh satuan Kostrad TNI AD.
LRAC 89 juga digunakan oleh satuan Kostrad TNI AD.
Loading amunisi (proyektil).
Loading container proyektil.

Dirunut dari sejarahnya, LRAC 89 atau kerap disebut LRAC F1 mulai dikembangkan pada tahun 70-an. Desainnya dikembangkan oleh Luchaire Defense SA dan diproduksi massal oleh Manufacture Nationale of arms untuk kebutuhan AD Perancis, menggantikan peran M20A1 super Bazooka . Selain digunakan oleh militer Perancis, LRAC juga di ekspor, untuk misi jualan ke luar negeri dipasrahkan pada Hotchkiss-Brandt.

Meski punya panjang hingga 1,6 meter, namun LRAC dirancang ringan untuk dibawa-bawa. Material yang digunakan terdiri dari serat kaca, keramik komposit dan plastik, menjadikan bobot LRAC lebih ringan 2 kg dibandingkan M20A1. Lalu bagaimana dengan daya gebuk LRAC 89? Jarak tembak maksimum senjata ini mencapai 2.300 meter, tapi jangkauan maksimum ini dapat dicapai dengan syarat sudut tembak 45 derajat. Sementara untuk jarak tembak efektif ke target statis 300 – 500 meter, khusus target bergerak efektif hingga 300 meter. Kecepatan luncur proyektil mencapai 295 meter per detik. Hitungannya, untuk menghajar target sejauh 330 meter dibutuhkan waktu 1,25 detik dan target sejauh 360 meter hanya butuh waktu 1,36 detik. Dalam hitungan satu menit, secara teori dapat ditembakkan 3 – 4 proyektil.

lrac_f1

Pengoperasian LRAC 89 oleh personel TNI AD. Sumber: majalah Defender.
Pengoperasian LRAC 89 oleh personel TNI AD. Sumber: majalah Defender.
Aksi penembakkan LRAC 89 oleh prajurit TNI AD.
Aksi pemasangan container dan penembakkan LRAC 89 oleh prajurit TNI AD.
Proyektil dan cartridge.
Proyektil dan container.

Dalam operasionalnya, LRAC ditangani oleh dua personel, yakni seorang juru tembak dan loader amunisi. Secara keseluruhan bobot LRAC 89 hanya 5 kg, termasuk dengan perangkat bidik. Tipe pembidik digunakan jenis APX M290, bisa juga ditambahkan kemampuan night vision.

Bicara tentang proyektil, bobotnya 2,2 kg sudah termasuk hulu ledak HEAT (high exposive anti tank). Untuk urusan daya hancur, hulu ledak dirancang mampu menembus baja setebal 400 mm pada sudut tembak ideal. Atau beton setebal 1 meter pun dapat terkoyak oleh kedahsyatan senjata ini. Sementara untuk target anti personel, seperti disebutkan diatas, ada 1.600 bola-bola kecil dengan radius maut 20 meter.

Susunan bagian dalam proyektil.
Susunan bagian dalam proyektil.
Aksi pasukan Perancis dengan LRAC 89.
Aksi pasukan Perancis dengan LRAC 89.

Soal penugasan dalam operasi tempur, dipastikan LRAC sudah banyak malang melintas, maklum Perancis termasuk negara yang ‘rajin’ mengirim kekuatan militer dalam kancah pergolakan di belahan dunia. Selain digunakan militer Perancis dalam misi di Afrika, diketahui LRAC dipakai pasukan Perancis dalam misi militer di Lebanon antara tahun 1982 – 1983. Bagaimana dengan di Indonesia? Sayangnya tidak ada keterangan detail, tapi ditangan unit Kopassus dan Kostrad mestinya LRAC sudah kenyang dalam penugasan. Meski dapat digunakan berulang-ulang, usia laras ada batasnya, maksimum laras hanya bisa digunakan untuk 100 kali penembakkan. (Haryo Adjie)

Spesifikasi LRAC 89
Fungsi : Anti tank
Manufaktur : Luchaire Defense SA
Kaliber : 89 mm
Berat total : 5 kg
Berat proyektil : 2 kg
Jarak tembak max : 2.300 meter
Jarak tembak efektif : 300 – 500 meter
Kecepatan tembak : 3 – 4 proyetil per menit
Kecepatan luncur proyektil : 295 meter per detik

7 Comments