Lockheed Martin dan Raytheon Diganjar Sanksi ‘Tanpa Makna’ oleh Beijing

Selama ini publik kenyang dengan berita beragam sanksi yang dikenakan Amerika Serikat kepada negara yang secara politik berseberangan dengan kepentingannya. Terkhusus kepada Cina, hujan sanksi dan pembatasan kepada perusahaan swasta Cina terkait isu spionase sudah lazim kita dengar. Namun, rupanya Cina tak tinggal diam, Beijing kini menyerang balik dengan memberikan sanksi kepada perusahaan (pertahanan) AS, kok bisa?

Baca juga: Washington Kecolongan, Laboratorium Senjata Nuklir Cina Ternyata Gunakan Chip Komputer Buatan AS 

Dilansir dari CNN.com (16/2/2023), disebutkan Cina memberikan sanksi kepada Lockheed Martin dan Raytheon, kedua manufaktur pertahanan kelas dunia itu diberikan sanksi terkait dengan penjualan senjata ke Taiwan. Tindakan Beijing ini disebut-sebut sebagai upaya ‘balasan’ atas aksi penembakan balon mata-mata Cina pada 4 Februari lalu.

Lockheed (LMT) Martin Corporation dan Raytheon (RTN) Missiles & Defense, anak perusahaan Raytheon (RTN) Technologies Corp, akan ditambahkan ke daftar sanksi Cina, kata Kementerian Perdagangan Cina dalam pernyataan pada Kamis kemarin. Mereka dilarang mengimpor, mengekspor, dan berinvestasi di Cina.

(F-35C)

Kedua perusahaan juga dikenakan denda “dua kali lipat” dari penjualan senjata mereka ke Taiwan sejak September 2020, dan eksekutif senior mereka akan dilarang masuk dan bekerja di Cina.

Sejatinya sanksi yang dikenakan oleh Beijing terbilang ‘aneh’ dan belum jelas bagaimana Beijing akan memberlakukan denda dan pembatasan atas sanksi tersebut. Pasalnya, Amerika Serikat sendiri melarang kerja sama dan penjualan senjata ke Cina. Pun Beijing secara faktual tak punya kuasa untuk mengatur perdagangan atas Taiwan.

Beijing sebelumnya telah menjatuhkan sanksi pada kedua perusahaan sehubungan dengan penjualan senjata mereka ke Taiwan, tanpa merinci hukuman apa yang akan dikenakan dan bagaimana penerapannya. Partai Komunis Cina yang berkuasa memandang Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya, meskipun tidak pernah menguasainya.

Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Departemen Perdagangan AS melarang enam perusahaan Cina yang dituding terkait aksi spionase untuk memperoleh teknologi kedirgantaraan di AS. Langkah itu dilakukan setelah militer AS menjatuhkan apa yang disebutnya balon mata-mata Cina yang memasuki wilayah udaranya.

Baca juga: Setelah Isu Spionase dan Ganggu Radar Altimeter Pesawat, Teknologi 5G Kembali Tersandung Masalah, Interferensi Satelit Pentagon!

Washington sejak itu menuduh China mengawasi program pengawasan udara internasional. Beijing telah membantah klaim tersebut dan, pada gilirannya, minggu ini menuduh Amerika Serikat “secara ilegal” menerbangkan balon ketinggian tinggi ke wilayah udaranya lebih dari 10 kali sejak awal tahun 2022, termasuk di wilayah barat Xinjiang dan Tibet. (Gilang Perdana)

5 Comments