Lockheed Martin Condor UAS: Drone Intai Taktis dengan Desain Modular untuk Pasukan Khusus

Drone intai sudah jamak dirilis, termasuk dari dalam negeri, produksi drone intai sudah jamak dilakukan oleh pabrikan swasta sekalipun. Meski begitu akan tetap jadi pusat perhatian, apabila pabrikan sekelas Lockheed Martin merilis sosok drone intai terbarunya. Yang dimaksud adalah Condor UAS (Unmanned Aircraft System) yang untuk pertama kali diperlihatkan ke publik dalam ajang Special Operations Forces Industry Conference (SOFIC) 2019 di Tampa, Floria, 20 – 23 Mei lalu.

Baca juga: DSEI 2017 – Lockheed Martin Tawarkan Outrider, Micro Drone Untuk Kapal Selam

Condor UAS persisnya adalah drone intai sayap tetap (fixed wing). Dikutip dari Janes.com (27/5), Condor UAS masuk sebagai golongan drone mini dengan misi intai taktis. Disebut taktis lantaran peran drone ini lebih dikedepankan untuk mendukung pergerakan unit kecil dari pasukan elite. Condor UAS digadang untuk menjalan peran tactical intelligence, surveillance, reconnaissance (ISR) and targeting support.

Steven Fortson selaku Solutions Business Development Manager Lockheed Martin menjelaskan, bahwa keunggulan dari Condor UAS yaitu pada fleksibilitas misi dan pilihan konfigurasi baterai, dimana pada settingan standar, drone ini dapat terbang selama 4,5 jam.”Endurance Condor UAS dapat ditingkatkan sampai 6,5 jam, yaitu dengan penggunaan sepasang baterai,” ujar Fortson. Sudah barang tentu penambahan baterai akan mengurangi kapasitas payload. Bahkan jika diperkukan endurance bisa ditingkatkan sampai 7 – 10 jam, caranya dengan menambah suplai tenaga dari fuel-cell technology atau expendable batteries.

Penciptaaan Condor UAS sendiri merupakan buah kolaborasi antara Lockheed Martin dan US Air Force (USAF) Research Laboratory. Pengujian Condor UAS rencananya baru akan dimulai pada akhir tahun ini, titik perhatian penting dari drone ini adalah pengembangan fuel-cell technology.

Baca juga: Airbus Defence and Space Perkenalkan Teknologi Counter Drone (UAV)

Payload yang modular dan tersedianya power bay, menjadikan operator Condor UAS dapat menyesuaikan misi drone ini di lapangan. “Pilihan yang mengemuka nantinya adalah kemampuan misi atau daya tahan misi,” ujar Fortson.

Khusus untuk payload dirancang dengan modul terpisah, menjadikan drone ini nantinya dapat memuat volume payload lebih besar. Sejauh ini Lockheed Martin belum merilis detail spesifikasi Condor UAS, namun drone ini dapat diurai dan dirakit ke dalam 12 bagian, dimana komponen knock down drone ini dapat dibawa oleh satu grup kecil pasukan elite. (Bayu Pamungkas)

5 Comments