Lira (Alfa) Class – Kapal Selam Nuklir Tercepat di Dunia dengan Lambung Berbahan Titanium
Dari beberapa poin yang menjadi lomba senjata antara Amerika Serikat dan Soviet adalah pada kemampuan kapal selam. Meski masing-masing kubu punya klaim tersendiri atas keunggulannya, namun faktanya kapal selam tercepat yang pernah dibuat adalah hasil dari ‘kemengan’ Soviet, yakni lewat kapal selam bertenaga nuklir Alfa class (Lira class) yang mampu mengarung 41 knot (76 km per jam) saat menyelam.
Baca juga: K-278 Komsomolets – Kapal Selam dengan Bodi Titanium Pemecah Rekor Penyelaman Terdalam
Tidak seperti biasanya, AS rupanya tidak maledeni Soviet dalam produksi kapal selam dengan kecepatan tinggi. Kilas balik ke dekade 60-an saat perang dingin bergelora, Uni Soviet berupaya mendapatkan keunggulan dalam peperangan bawah laut dengan merancang kapal selam Lira class, yaitu kapal selam dengan lambung berbahan titanium, yang memungkinkan operasi yang lebih cepat, lebih dalam, dan lebih senyap
Lira class (Project 705) dengan lambung titanium memungkinkan kapal selam memiliki tenaga pendorong yang lebih baik dan menyelam lebih cepat, lebih dalam, dan lebih senyap. Bahkan Lira class sangat mungkin untuk mengecoh torpedo buatan AS dan NATO, lantaran Lira class punya kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan torpedo saat itu.
Dengan enam tabung torpedo kaliber 533 mm, Lira class merupakan kapal selam tercanggih pada tahun 1960-an. Kapal selam ini akan mencapai kecepatan yang sebelumnya tidak dapat dicapai dan menjadi kapal selam paling senyap di Angkatan Laut Soviet. Titanium akan digunakan untuk lambung Lira dan reaktor berpendingin timbal baru akan memberi daya pada kapal agar dapat menyelam dan berputar dengan cepat.
Paduan titanium lebih kuat dari baja namun beratnya setengah lebih ringan. Titanium dapat menahan lebih banyak tekanan selama penyelaman yang lebih dalam – hingga kedalaman 2.200 kaki. Namun, membentuk titanium untuk membuat lambung kapal bukanlah hal yang mudah. Pengelasan sulit dan kesalahan sekecil apa pun selama fase pengelasan dapat membuat titanium menjadi rapuh dan kurang kuat. Tukang las melakukan pekerjaan mereka di fasilitas mahal yang memiliki gas argon, sehingga pekerjaan menjadi berbahaya.
Gas argon sering digunakan dalam proses pengelasan titanium karena sifatnya yang inert (tidak reaktif), yang penting untuk mencegah oksidasi dan kontaminasi titanium pada suhu tinggi. Pengelasan titanium membutuhkan perlindungan dari udara karena material ini sangat sensitif terhadap oksigen, nitrogen, dan hidrogen pada suhu tinggi, yang bisa menyebabkan retak atau penurunan kekuatan logam jika terpapar.
AS Tidak Ikut-ikutan
Meskipun titanium memiliki keunggulan, termasuk kekuatannya, bobot yang lebih ringan, dan ketahanan terhadap korosi, Angkatan Laut AS memilih untuk tidak mengikutinya karena biayanya yang tinggi dan tantangan manufaktur yang rumit. Sebaliknya, AS berfokus pada pengembangan torpedo dan senjata antikapal selam yang unggul, seperti torpedo MK 48 dan rudal anti kapal selam Sea Lance.
Torpedo MK48 Mod 7 – Andalan Kapal Selam AS dan Australia dalam Menghadapi Armada Laut Sang Naga
Angkatan Laut AS tidak pernah mengikuti langkah tersebut karena lambung titanium lebih mahal dan lebih sulit dibuat. Angkatan Laut AS mengembangkan torpedo MK 48 yang akan menghadapi Lira class dengan kecepatan 63 knot. Inggris membuat torpedo berkecepatan tinggi yang disebut Spearfish. Amerika juga mulai mengerjakan rudal anti-kapal selam Sea Lance yang dapat membawa torpedo atau muatan kedalaman untuk menghancurkan Lira class.
Ada tujuh unit kapal selam Lira class yang berhasil dibuat oleh Uni Soviet. Dari tujuh unit ini, enam beroperasi di Armada Utara Uni Soviet, sementara satu unit diuji dan digunakan secara terbatas karena peran utamanya dalam pengembangan dan pengujian teknologi kapal selam cepat dengan lambung titanium.
Ketujuh unit ini aktif di periode 1970-an hingga awal 1990-an, tetapi akhirnya semua dipensiunkan pada 1996 karena alasan biaya tinggi, masalah keandalan teknologi, dan perubahan kebutuhan militer.
Kapal selam Lira classs sangat mahal untuk dioperasikan dan dirawat. Penggunaan lambung titanium dan reaktor nuklir berpendingin cair memerlukan anggaran besar dan teknologi pemeliharaan yang kompleks, yang semakin sulit dipertahankan setelah keruntuhan Uni Soviet.
Reaktor nuklir berpendingin cair yang digunakan pada Lira class sangat rumit dan memerlukan sistem pemeliharaan khusus untuk menjaga stabilitas dan keamanan. Teknologi ini sering kali menyebabkan masalah keandalan operasional yang mempengaruhi kesiapan kapal selam. (Gilang Perdana)
Piranha Class – Kapal Selam Khusus Spetsnaz dengan Lambung Berbahan Titanium
Spesifikasi Teknis Lira class:
– Panjang: 81,4 meter
– Lebar: 9,5 meter
– Bobot: Sekitar 3.200 ton (terendam)
– Kecepatan Maksimum: 41 knot
– Kedalaman Operasional: 300 meter
– Propulsi: Menggunakan reaktor nuklir berpendingin logam cair (liquid-metal-cooled reactor) OK-550 atau BM-40A.
rusia merupakan surganya titanium jadi tak masalah jika bikin proyek seperti ini, amerika pun jika ngga nyolong titaniumnya rusia ya ngga ada itu pesawat u2 dkk
Rusia selalu menggunakan bahan titanium, selalu diperbanyak kebutuhan militer karena kekayaan alam titanium ada di soviet yang memng tidak ada di amerika dan eropa. jadi biaya titanium jauh lbh murah di bawah diktator.
“Ketujuh unit ini aktif di periode 1970-an hingga awal 1990-an, tetapi akhirnya semua dipensiunkan pada 1996.”
Lira class aktif hingga awal 1990-an disaat Uni Soviet “sakaratul maut” kemudian baru dipensiunkan 6-5 tahun kemudian yaitu 1996, pertanyaannya selama durasi waktu tersebut apakah ketujuh unit kapal selam nuklir tercepat di dunia itu hanya digunakan amat terbatas misalnya dari 6 unit yang masuk layanan Armada Utara hanya 1-2 unit saja yang dipakai ngeronda di laut Arktik, laut Barents dan laut Kara termasuk laut Norwegia dan Samudra Atlantik?