Lindungi Israel dari Ancaman Rudal Balistik, AS Kerahkan Satu Baterai Sistem Hanud THAAD Berikut 100 Personel
|Tak rela sekutunya dibuat babak belur akibat serangan rudal balistik Iran, Pentagon pada hari Minggu (13/10/2024) telah mengonfirmasi bakal mengirim satu baterai (kompi) sistem pertahanan udara (hanud) THAAD (Terminal High Altitude Area Defense). Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi atas reaksi pembalasan Iran, khususnya bila Israel jadi melakukan ke serangan instalasi vital Iran.
Baca juga: Inilah Spesifikasi “Emad” – Rudal Balistik Jarak Menengah Iran yang Jatuh di Laut Mati
Dikutip dari Times of Israel, penggelaran satu baterai THAAD juga akan melibatkan 100 personel militer AS. Secara umum, setiap baterai THAAD terdiri dari enam peluncur yang dipasang di truk, 48 rudal pencegat, peralatan radio dan radar, dan memerlukan 90-100 prajurit untuk mengoperasikannya.
Menurut laporan pada bulan April oleh Congressional Research Service, Angkatan Darat AS saat ini memiliki tujuh baterai THAAD. Sistem tersebut dianggap sebagai pelengkap Patriot, tetapi dapat mempertahankan wilayah yang lebih luas, mengenai target pada jarak 150-200 kilometer (93-124 mil).
Pada prinsipnya, THAAD adalah sistem pertahanan udara yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek hingga menengah pada tahap terminal atau akhir dari lintasannya, yaitu ketika rudal mendekati targetnya di atmosfer bagian atas atau di luar atmosfer.
THAAD dirancang oleh Lockheed Martin di bawah naungan Badan Pertahanan Rudal Amerika Serikat (Missile Defense Agency) untuk melindungi wilayah, pangkalan militer, dan infrastruktur penting dari serangan rudal balistik. Sistem ini sangat efektif melawan rudal balistik jarak pendek dan menengah, yang dapat memiliki kecepatan tinggi dan jalur terbang yang sulit diprediksi.
THAAD menggunakan metode hit-to-kill, di mana rudal pencegat (interceptor) menghancurkan ancaman rudal balistik dengan energi kinetik tanpa membawa bahan peledak. Ini dikenal sebagai “energy kill” karena rudal penghancur menghantam target langsung dan melepaskan sejumlah besar energi kinetik yang cukup untuk menghancurkan rudal tersebut.
THAAD memiliki jangkauan yang sangat besar, dan mampu beroperasi di ketinggian lebih dari 150 km (90 mil), memungkinkan intersepsi rudal sebelum mereka mencapai wilayah yang dilindungi. Radius operasional THAAD berkisar sekitar 200 km (124 mil).
THAAD dirancang untuk bekerja sebagai bagian dari sistem pertahanan rudal berlapis. Ia dapat beroperasi bersama sistem lain seperti Patriot PAC-3, Aegis BMD (Ballistic Missile Defense), dan sistem radar yang lebih luas. Ini memungkinkan THAAD untuk memberikan perlindungan multi-tier terhadap ancaman rudal balistik.
Sistem THAAD telah dikerahkan di berbagai lokasi di seluruh dunia, termasuk di Korea Selatan, Guam, dan Uni Emirat Arab. Penyebaran ini sering kali menjadi sumber ketegangan geopolitik, khususnya dengan negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia yang menentang pemasangan THAAD di wilayah tetangga mereka, karena radar kuat yang digunakan dalam sistem ini juga dapat memantau wilayah mereka.
Tidak Ideal untuk Cegat Rudal Balistik Hipersonik
THAAD tidak dirancang secara khusus untuk mencegat rudal balistik hipersonik, meskipun memiliki kemampuan yang kuat dalam menangani rudal balistik jarak pendek hingga menengah. Ada beberapa alasan mengapa THAAD kurang ideal untuk menghadapi rudal hipersonik, di antaranya adalah:
Rudal balistik hipersonik, terutama rudal hipersonik glide vehicles (HGVs), bergerak pada kecepatan yang sangat tinggi, sering kali di atas Mach 5 dan memiliki kemampuan manuver yang ekstrem. THAAD, meskipun efektif melawan rudal balistik tradisional, tidak dirancang untuk menghadapi tingkat manuverabilitas seperti ini. Rudal balistik konvensional memiliki jalur terbang prediktif, sedangkan rudal hipersonik bisa mengubah arah dan jalur dengan cepat untuk menghindari sistem pertahanan seperti THAAD.
Angkatan Darat AS Gelar “GhostEye” di Guam – Radar Pendeteksi Serangan Rudal Balistik Hipersonik
THAAD difokuskan pada rudal balistik yang mendekati target pada tahap akhir lintasannya (fase terminal). Rudal hipersonik bisa beroperasi di ketinggian yang jauh lebih rendah dibandingkan rudal balistik tradisional, terutama jika mereka diluncurkan sebagai glide vehicles, dan bisa tetap di atmosfer dalam waktu yang lebih lama. Ini membuatnya sulit untuk dideteksi dan dilacak oleh radar yang digunakan THAAD, seperti AN/TPY-2.
Sebaliknya, ancaman rudal hipersonik memerlukan sistem pertahanan yang dapat merespons dengan lebih cepat dan menangani manuver di atmosfer. Sistem seperti Next Generation Interceptor (NGI) atau pengembangan lebih lanjut dari rudal Aegis BMD SM-3 digadang lebih cocok untuk melawan ancaman hipersonik. (Bayu Pamungkas)
Setelah tahu spek Thaad, kang Fattah cuma nyengir2 di pojokan sambil ngopi😁
Gimana sih kinerja rudal Arrow , David Sling & Barak series kok sampai wak sam sampai turun langsung ke gelanggang ?