Lindungi Guam Lawan Pengaruh Cina di Pasifik, AS Hidupkan Kembali Pangkalan Udara di Pulau Tinian

Pangkalan udara (lanud) di Pulau Tinian, yang dulu merupakan salah satu pangkalan udara terbesar dan tersibuk di dunia selama Perang Dunia II, tidak lagi digunakan untuk operasi militer sejak tahun 1947, padahal sejarah lanud ini sangat besar, pasalnya North Field di Tinian digunakan sebagai pangkalan utama bagi pesaawat pembom B-29 Superfortress untuk melakukan pengeboman strategis ke Jepang, termasuk serangan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki.
Mengutip The War Zone (19/3/2025), disebut AS berupaya untuk menghidupkan kembali pangkalan udara Pasifik era PD II tersebut untuk menghadapi Cina.
Citra satelit dari Planet Labs mengonfirmasi pemulihan ekstensif North Field di Pulau Tinian, yang terletak 193 kilometer timur laut Guam, The War Zone melaporkan lebih dari 20 juta kaki persegi landasan pacu dan infrastruktur telah direhabilitasi di lapangan terbang tersebut antara Desember 2023 dan Januari 2025.
Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS telah mempelopori proyek rehabilitasi tersebut, mengintegrasikan lokasi tersebut ke dalam strategi Agile Combat Employment (ACE) yang menekankan pangkalan yang tersebar dan fleksibel untuk melawan ancaman rudal Cina.

Desain seperti kisi-kisi Tinian North Field mempersulit penargetan musuh, atau membutuhkan sumber daya yang signifikan untuk menetralisir pangkalan udara ini.
Pekerjaan perluasan serentak di Bandara Internasional Tinian mencakup apron baru yang cukup besar dan fasilitas penyimpanan bahan bakar untuk memperkuat kemampuan operasional. Perombakan ini sejalan dengan strategi Indo-Pasifik Amerika yang lebih luas untuk melengkapi Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam dan lapangan udara Pasifik lainnya.
Selain itu, AS telah melakukan pekerjaan restorasi serupa di Peleliu, sebuah pulau di Palau, dan berencana melakukan hal yang sama untuk Yap, sebuah pulau di Mikronesia. Setelah selesai, infrastruktur militer di Peleliu dan Yap akan melengkapi infrastruktur di Tinian dan Guam untuk meningkatkan kemampuan bertahan terhadap serangan Tiongkok dan memperkuat posisi Amerika di Rantai Pulau Kedua.
Mengapa AS memperkuat kehadirannya di Rantai Pulau Kedua Pasifik yang telah 80 tahun ditinggalkan? Letnan Kolonel Grant Georgulis dari Angkatan Udara AS berpendapat dalam sebuah artikel tahun 2022 untuk Journal of Indo-Pacific Affairs, menyebut Rantai Pulau Pertama, yang membentang dari Jepang, Taiwan, dan Filipina, bukanlah lokasi yang aman, karena berada dalam jangkauan pembom jarak jauh, rudal jelajah, dan rudal balistik Cina.
Georgulis menyarankan agar AS fokus pada Rantai Pulau Kedua, termasuk Midway, Kepulauan Mariana, Palau, dan Kepulauan Marshall, untuk meningkatkan pertahanan Guam.
Namun, Cina memiliki strategi berpindah-pindah pulau sendiri di Pasifik. Dalam sebuah artikel Agustus 2023 untuk Foreign Policy Research Institute (FPRI), Andrew Weaver menyebutkan bahwa Cina telah menggunakan kebijakan ekonomi yang bersifat koersif dan penangkapan elit untuk mengkooptasi negara-negara kepulauan guna melayani kebijakan pertahanan Pasifiknya, yang bertujuan untuk mengusir AS dari pinggiran maritimnya.
Sebagai contoh, sebuah kasino yang terkait dengan Cina memperoleh izin untuk beroperasi di Pelabuhan Tinian, yang menjadi tempat pengiriman pasokan dan material militer AS. Kasino tersebut menyediakan pemandangan yang sangat bagus dari pendekatan maritimnya, yang menjadikannya pusat operasi yang ideal bagi intelijen Cina.
Timor Timur juga berpotensi menawarkan landasan pacu AS sepanjang 10.000 kaki yang belum selesai sebagai “hadiah” kepada Cina dengan imbalan bantuan ekonomi, dan ada rencana bagi Cina untuk memperluas Lapangan Udara Henderson di Kepulauan Solomon. Jika Cina membangun pijakan yang kuat di Pasifik, AS dan mitra-mitra Pasifiknya mungkin akhirnya harus mundur ke Rantai Pulau Ketiga.
Pulau Tinian
Pulau Tinian terletak di Samudra Pasifik dan merupakan bagian dari Kepulauan Mariana Utara, sebuah Commonwealth (wilayah persemakmuran) milik AS.
Secara administratif, Tinian berada di bawah otoritas pemerintah Kepulauan Mariana Utara, yang memiliki status wilayah AS dengan pemerintahan sendiri. Warga di wilayah ini adalah warga negara AS, tetapi mereka tidak memiliki hak suara dalam pemilihan presiden AS.
Meskipun tidak digunakan sebagai pangkalan udara operasional utama, Tinian masih digunakan oleh militer AS untuk latihan militer terbatas. AS dan Jepang telah merencanakan pengembangan fasilitas pelatihan militer di Tinian sebagai bagian dari upaya untuk memindahkan pasukan Marinir AS dari Okinawa ke Mariana. Latihan militer bersama AS-Jepang terkadang dilakukan di area tertentu di pulau ini. (Gilang Perdana)
Tekan Pengaruh Cina di Oseania, AS Perluas Fasilitas Pangkalan Angkatan Laut di Papua Nugini
Related Posts
-
Rayakan Ulang Tahun Ke-10, Kapal Induk Cina Liaoning Tampil dalam ‘Beast Mode’ untuk Pertama Kali
4 Comments | Sep 27, 2022 -
Gantikan Ultimax 100, Pasukan Infanteri Singapura Borong 1.885 Pucuk Colt IAR M4A1
1 Comment | Sep 22, 2023 -
Bungkam Sistem Radar Cina di Pesisir, Taiwan Siapkan Armada Drone Kamikaze Anti Radiasi
3 Comments | Jun 24, 2019 -
Perusahaan Satelit Asal Cina Dituding Pasok Data Penargetan Sasaran Kapal Dagang Kepada Milisi Houthi
2 Comments | Apr 20, 2025
“AS dan Jepang telah merencanakan pengembangan fasilitas pelatihan militer di Tinian sebagai bagian dari upaya untuk memindahkan pasukan Marinir AS dari Okinawa ke Mariana.”
USMC jadi direlokasi dari Okinawa berikut pangkalan udaranya juga ke Kepulauan Mariana Utara khususnya Pulau Tinian? Secara geografis justru lebih dekat ke Jepang daripada Tiongkok namun proyeksi kekuatan maritim dan gelar radar OTHR serta rudal balistik PLA bisa menjangkau hingga Guam dan Honolulu