Lindungi Basis Militer di Arab Saudi, Inggris Gelar Radar Giraffe dan Self Propelled Stormer HVM
|Selama ini kebanyakan publik lebih mengetahui bahwa di Arab Saudi ada situs pangkalan militer Amerika Serikat, tapi faktanya bukan hanya AS yang menempatkan kekuatan militernya di Negeri Raja Salman. Persisnya kekuatan militer Inggris juga telah hadir cukup lama di Arab Saudi, bahkan Inggris setidaknya mempunyai 15 basis militer di Arab Saudi.
Baca juga: Giraffe AMB – Generasi Penerus Radar Giraffe 40 Arhanud TNI AD
Lantaran punya kepentingan strategis di Negeri Kaya Minyak tersebut, belum lama ini ada kabar bahwa Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, akan memperpanjang operasional sistem radar intai Giraffe Agile Multi Beam (AMB). Dikutip dari Janes.com (17/6/2022), bahwa sejak Februari 2020 Inggris telah menempatkan dua unit radar Giraffe untuk mengurangi ancaman lanjutan yang dihadapi aset militer Inggris di Arab Saudi. “Seharusnya radar-radar ini dipulangkan pada Desember 2021, tetapi ancaman yang dihadapi Arab Saudi belum mereda,” ujar Wallace.
Alih-alih menarik radar Giraffe, Kementerian Pertahanan Inggris justru dikabarkan akan memperkuat sistem hanudnya di Arab Saudi. Masih dari sumber yang sama, disebut kekuatan hanud Inggris di Arab Saudi akan ditingkatkan secara bertahap, yaitu dengan penempatan sejumlah rudal hanud SHORAD (Short Range Air Defence) Starstreak.
Yang akan dikirim Inggris adalah Self Propelled Stormer HVM (High Velocity Missile). Rudal Starsreak pada Stormer HVM ditempatkan dalam kubah peluncur pada bagian belakang. Dalam satu kubah terdiri dari delapan peluncur Starstreak, serta membawa bekal 12 rudal cadangan.
Mengingat potensi ancaman udara yang dihadapi di Arab Saudi adalah serangan drone kamikaze dari milisi Houthi, maka ada kemungkinan Inggris akan menggelar rudal hanud Lightweight Multirole Missile (LMM) Martlet dalam konfigurasi Self Propelled Stormer HVM.
Dengan kecepatan luncur di bawah Starstreak, yakni ‘hanya’ Mach 1.5, Martlet yang punya jarak tembak maksimum 6 km dan jarak tembak minimum 400 meter, dipandang lebih efektif dan efisien untuk melibas sasaran berupa drone, seperti halnya pada kasus yang terjadi di medan perang Ukraina. (Bayu Pamungkas)