Lihat Dari Dekat Aligator CPV, Sang Pengendali Tembakkan RM70 Vampire Korps Marinir

Dalam skenario pertempuran, unit infanteri dan kavaleri dapat meminta bantuan tembakkan artileri medan dari baterai MLRS RM70 Vampire Korps Marinir. Mungkin jadi pertanyaan bagi sebagian orang, bagaimana jalur komunikasi yang dilakukan dalam ‘meminta’ bantuan tembakkan tersebut? RM70 Vampire yang bergerak dalam sistem baterai (kompi) dirancang untuk beroperasi secara terintegrasi dengan Command Post Vehicle (CPV), yakni berupa ransus (kendaraan khsusus) Aligator (bukan Alligator-red) 4×4 produksi Kerametal, manufaktur persenjataan dari Slovakia. Aligator CPV inilah yang menjadi hub komunikasi antara unit yang meminta bantuan tembakkan dan unit pucuk RM70 Vampire.

Baca juga: Intip Detail, MLRS RM70 Vampire Batalyon Roket 2 Korps Marinir

Meski berperan sebagai ransus, Aligator 4×4 Master pada dasarnya adalah rantis (kendaraan taktis) lapis baja. Desain dan fungsinya bisa disejajarkan dengan rantis Komodo produksi Pindad, atau rantis P2 Commando buatan PT Sentra Surya Ekajaya. Tapi jangan keburu ributkan tentang ToT dan sebagainya, pasalnya Aligator CPV ini didatangkan sebagai kesatuan sistem dalam pengadaan dua baterai MLRS RM70 Vampire. Karena satu baterai terdiri dari empat unit RM70 Vampire, maka jumlah Vampire yang dibeli Indonesia jumlahnya hanya delapan unit. Dalam integrasi sistem, satu unit Aligator CPV dapat meng-handle pengendalian tembakkan dari empat pucuk RM70 Vampire. Ini artinya populasi rantis/ransus Aligator hanya ada dua unit untuk melengkapi dua Resimen Artileri Korps Marinir. Dengan jumlah pengadaan yang minim, maka tak ideal untuk ‘meminta’ ToT (Transfer of Technology) secara optimal.

Bila serba serbi RM70 Vampire telah kami bahas di artikel sebelum ini, maka tentang Aligator CPV menjadi menarik untuk kita kenal. Sebagai Command Post Vehicle, kendaraan asli Eropa Timur dengan kemudi (setir) kanan ini dibekali dua unit radio, yang pertama radio untuk melakukan komunikasi ke tingkat atas (komandan batalyon). Dan kedua, radio komunikasi ke empat pucuk RM70 Vampire. Semua kendali dilakukan secara terkomputerisasi, namun bila jaringan komputer mengalami gangguan, bukan berarti show berakhir, ternyata jalur kendali dapat dilakukan secara manual. Awak Aligator CPV terdiri dari pengemudi, pengendali tembakkan, pembantu pengendali tembakkan, dan duduk di bagian belakang ada komandan baterai (Danrai).

Baca juga: Tatrapan 6×6 – Ini Dia! Keluarga Baru Heavy Truck Offroad Marinir TNI AL

Oleh Kerametal, Aligator disebut ideal untuk misi taktis seperti command, surveillance, reconnaissance, weapon station, dan dapat diaplikasikan bagi kepolisian. Sampai saat ini Kerametal telah merilis Aligator 4×4 Master dalam tujuh varian. Versi standar Aligator tidak dilengkapi senjata, namun di bagian atas dapat dipasang senapan mesin 12,7 mm dengan remote control weapon system (RCWS). Sebagai kendaraan lapis baja ringan, seluruh bagian Aligator dilengkapi high level ballistic protection.

Mengantisipasi efek ledakan ranjau dan IED, desain kolong Aligator sudah dirancang dengan model unique modular detachable v-shape, sehingga efek ledakan dapat diredam untuk keselamatan awaknya. Untuk misi kombatan tingkat tinggi, Aligator juga bisa ditambahkan lapisan proteksi add on dengan standar proteksi level III STANAG 4569. Untuk roda ban, menggunakan jenis run flat system yang tahan peluru. Awak dan penumpang Aligator juga dibekali proteksi nubika (nuklir, biologi dan kimia).

Penempatan perangkat radio.

Baca juga: P2 Commando Perkuat Armada Rantis Paskhas TNI AU

Tentang dapur pacu, Aligator 4×4 Master ditenagai mesin diesel Cummins turbo cooled dengan empat silinder. Transmisi mengadopsi jenis otomatis dengan enam kecepatan. Rantis dengan ground clearance 400 mm ini punya kecepatan maksimum 130 km per jam, sementara saat melaju di air, kecepatannnya menjadi 5,5 km per jam. Konsumsi bahan bakarnya saat di darat adalah 25 liter per 100 jarak tempuh 100 km. Aligator 4×4 punya dimensi panjang 4,34 meter, lebar 2,39 meter, dan tinggi 2,02 meter. Bobot kosong ‘buaya’ asli Slovakia ini mencapai 6 ton. (Haryo Adjie)

12 Comments