Licorne Pocket C2: Upgrade Satuan Tembak Rudal Mistral dengan Kemampuan Anti Drone
|Mistral Coordination Post (MCP) dikenal sebagai sistem mobile radar bagi satuan tembak (satbak) rudal Mistral. MCP punya peran sebagai wahana surveillance, command dan control dari baterai Mistral yang tersebar di sekitaran obyek pengamanan. Meski wujudnya hanya berupa kontainer kecil dalam platform truk Unimog, namun MCP dilengkapi radar X band yang mampu melakukan target detection, identification dan tracking pada sasaran sejauh 30.000 meter dengan ketinggian 4.000 meter.
Nah, unit MCP yang juga dimiliki Batalyon Arhanudri Kostrad, kedepannya dapat ditingkatkan kemampuannya, tak hanya berperan sebagai elemen Ground Based Air Defence konvensional. Agar adaptif terhadap tantangan operasi yang dinamis, MCP dapat ditambahkan kemampuannya untuk mendeteksi dan mengeliminasi (jamming) sasaran berupa drone. Dengan keberadaan radar eksisting, MCP dapat mengendalikan Satbak Mistral yang dilengkapi perangkat khusus untuk menaklukan drone liar di suatu area. Dengan melakukan jamming frekuensi, sosok drone dapat dipaksa turun secara utuh, dan secara prinsip juga memang jauh dari ekonomis untuk menetralisir mini drone menggunakan rudal hanud sekelas Mistral.
Solusi yang baru saja dirilis MBDA di Eurosatory 2018 ini diberi label Licorne Pocket C2 (Control and Command). Pada prinsipnya MBDA menggadang Licorne untuk mengintegrasikan sistem anti drone dengan sistem hanud konvensional. Dan oleh MBDA, Licorne dirancang untuk bisa harmonis dengan pakem VSHORAD (Very Short Air Defence) ‘keluarga’ rudal Mistral. Antara Licorne dengan sistem Mistral eksisting mengadopsi komponen arsitektur software yang sama, begitu pun dengan human machine interfaces (HMI).
Dengan meningkatnya ancaman asimetris dan aksi terorisme, potensi munculnya mini drone sebagai gangguan keamanan bisa merebak bila tak diantisipasi sedari dini. Dalam sudut gelar operasi, ketimbang harus menciptakan unit baru untuk menangkal ulah drone, maka akan lebih efektif dan efisien bila menambahkan kemampuan satuan Arhanud dengan tugas anti drone. Dan Licorne hadir untuk mengintegrasikan upaya anti drone yang terkoordinasi dengan aset arhanud yang ada, baik dari satbak kanon/rudal dan unit radar.
Baca juga: DroneSentry – Lindungi Obyek Vital Strategis, Inilah Permanent Drone Jammer
Untuk mencapai tujuan di atas, MBDA melengkapi Licorne dengan satu set data link detectors and jammers. Dalam pendeteksian, Licorne secara khusus menggunakan mobile radio frequency detection unit besutan Cerbair. Frekuensi tersebut diperankan untuk mencegat (intercept) koneksi data (transmisi) antara mini drone dengan pusat kendalinya. Pada tahapan selanjutnya, memungkinkan bagi operator untuk mengaktifkan tindakan balasan menggunakan activate countermeasures yang dikembangkan oleh KEAS. (Gilang Perdana)
Kalau jakarta di serang rudal tomahowk, bisa dak pake mistral.jawab ya panjang lebar. Dengan melihat kepadatan penduduk kita. Mistral kemampuan 4 km.
Artinya ttep bisa nembak drone kan? Ah nglantur komen lu
Itu kl d hajar agm maverick mah wasalam..
Sayangnya belom full auto..
Artinya unit ini bisa menurunkan paksa drone musuh dan mengambil alih drone musuh spt yg terjadi dng drone AS yg diturunkan paksa dng mulus oleh pasukan garda revolusi iran beberapa tahun lalu. Sehingga iran berkenan menyita drone tersebut utk kemudian dijadikan percontohan.
Ah, mosok seh ?
Sok tau lu, komentar ngelantur sampai bawa drone segala.
Lha kalo drone-nya lebih tinggi dari 4000 meter ya kagak bisa ditembak atuh, si mbah ini ngelantur aja.
Juga kalo dronenya sekecil drone hornet punya brimob walau ketinggiannya kurang dari 4000 meter juga nggak bisa ditembak tuh.
Pinjem palunya palugada ah, buat mentung mbah ruskye.
🔨🔨🔨🔨
Masih mending sok tau dari pada sok ngitung tp mbual tok. Ini artikel kan tentang senjata penangkal drone….hehehe
yah cuman 4000 meter, belum bisa ngendus predator dong???
Ya kan ini lagi bahas SHORAD..
Masnya pasti ngerti dong shorad buat apa.. 😁
Kalo gak ngerti yo belajar ya mas’e..
Bukan shorad ini V+shorad.