Libatkan Peran Duta Besar Swedia, Saab Genjot Paket Kekuatan Udara Untuk Indonesia
|Ibarat menginguti langkah Eurofighter yang melibatkan peran Duta Besar empat negara pembuatnya dalam menggolkan pemasaran jet Typhoon di Indonesia. Saab, manufaktur persenjataan dari Swedia, hari ini menggelar jumpa media di kediaman resmi Duta Besar Swedia di Jakarta dalam paparan update paket kekuatan udara untuk militer Indonesia. Selain tetap mengusung tawaran jet tempur Gripen generasi terbaru, perwakilan Saab yang didampingi Dubes Swedia untuk Indonesia, Johanna Brismar Skoog juga memberi paket sistem senjata lain yang lebih menyeluruh.
Baca juga: Lewat Lobi Dubes, Denmark Tawarkan ToT dan Kerjasama Produksi Radar Intai
Paket kekuatan udara yang ditawarkan Saab untuk Indonesia terdiri dari jet tempur Gripen NG, sistem peringatan dini dan kendali udara Erieye, command and control untuk matra darat, tactical data link system, kerjasama industri termasuk program ToT (transfer of technology) dan produksi dalam negeri, serta peluang pembukaan lapangan kerja yang ekstensif. Paket kekuatan udara ini digadang akan membantu Indonesia dalam mengatasi berbagai permasalahan seputar bajak laut, illegal fishing, penyelundupan narkotika, dan beragam tantangan di daerah perbatasan. Kehadiran Dubes dalam acara ini sebagai wujud dukungan pemerintah Swedia atas misi yang dilakukan Saab di Indonesia.
Meski belum berhasil menggolkan penjualan jet tempur Gripen ke Indonesia, Saab di Indonesia tak lantas sepi dari aktivitas, pasalnya Saab telah dipercaya untuk melakukan upgrade pada paket rudal Bofors RBS-70 dan radar hanud Giraffe yang telah dioperasikan Arhanud TNI AD sejak era-80an. “Selain menawarkan upgrade rudal RBS-70, kami juga tengah menawarkan sistem radar yang lebih maju dari Giraffe,” ujar Lars Nielsen, Deputy Head of Saab Indonesia kepada Indomiliter. Di matra laut, Saab juga berpeluang untuk memasok sistem Sewaco dan rudal anti kapal RBS-15 pada KCR (Kapal Cepat Rudal) Klewang Class yang tengah digarap PT Lundin Industry Invest. Masih ada lagi peluang untuk memasok solusi Mine Countermeasures (MCM) bagi TNI AL.
Baca juga: PT Pindad dan Saab Perpanjang Usia Operasional Rudal RBS-70 Arhanud TNI AD
Baca juga: RBS-15 MK3 – Rudal Anti Kapal Untuk KCR Klewang Class TNI AL
Baca juga: Finally! TNI AL Resmi Pesan 4 Unit KCR Klewang Class
“Boleh dibilang klien terbesar kami di sektor pertahanan saat ini adalah Angkatan Darat, tapi kami juga tengah menawarkan solusi di sektor sipil, diantaranya ke PT Pelindo dan PT Angkasa Pura,” kata Lars Nielsen yang sangat fasil berbahasa Indonesia. Saab sampai saat ini juga telah menjalin kerjasama dengan industri di Indonesia, institusi riset dan pengembangan serta universitas terkemuka. Baru-baru ini Saab menandatangani surat perjanjian dengan Unhan, ITB dan BPPT. (Haryo Adjie)
pilih mana : mau diembargo rusia atau amerika?
pengalaman.
di embargo amerika : hanya sebagian saja dari amerika yg lumpuh
diembargo rusia : semua yg dibeli dari rusia lumpuh
ingat itu ketika G30SPKI
Perang masa depan pasti banyak mengandalkan fungsi satelit. Untuk mengalahkan persenjataan amerika cukup hancurkan satelit2nya. Indonesia perlu membuat loncantan ke depan untuk mengejar ketertinggalan teknologi pertahanan. Kerjasama dengan Korea, China dan Rusia dimungkinkan untuk membuat peluru kendali yang dibekali peta elektronik untuk langsung menuju sasaran satelit musuh. semoga kedepan pindat dan lapan bisa mewujudkannya. AAmiin. saya bangga dengan militer indonesia.
Min….swedia uda jelas lebih condong ke barat for sure,jadi takut nnti kita kena embargo lagi seperti yg dulu2,dan itu uda cukup pelajaran buat kita,trus gimana dgn su-35 bm rusia,karena itu yg selama ini kita tunggu dan lebih baik kita lebih focus dan condong ke timur
Yang sebaik-sebaiknya kita tidak terlalu condong ke Barat atau Timur 🙂 Karena kalau condong nanti jadi bergantung dengan mereka.
Saya senangnya kalau dengar “bisa/serba/langsung ter Integtasi” antara matra darat, laut, udara dan radar2 kita…itu baru makknyossss…..Kayaknya Gripeen cucok buat teman SU 35. Tp itu masalahnya kelamaan dpt pespurnya …coba kalau oesan gripen NG baru tahun kapan tuh bakal datang ????
Nah terjawab Sudah…memang gripen cocokna untuk patroli keamanan…pasti paketannya murah…sekali Pasang
g..terintegrasi semua…udara-darat…
Min apakah langkah saab ini untuk menggantikan pespur F-5 E/F TNI AU? bukannya menhan kita sdh deal dengan pespur SU-35 untuk menggantikan F-5 E/F TNI AU ?
Sudah diputuskan untuk beli Su-35, tapi belum ada deal secara masih menunggu adanya akad pembelian. Jadi kalau dibilang final ya belum 100%, mungkin Kemhan dan pihak Sukhoi Rusia masih merumuskan detail2 dan syarat transaksi. Untuk Saab mereka menawarkan solusi lain, di luar jet tempur.
Walau pun “kalah kelas” tapi tawaran ini tidak bisa dipandang sebelah mata juga karena paket TOT yang mereka tawarkan hampir se”obral” korea selatan.
masalahnya; apa jaminan tidak ada embargo dimasa depan? toh walaupun netral tapi agak condong kebarat. dan sama2 punya musuh tradisional bernama Russia
Pertanyaan ke admin; Apakah ada riwayat embargo untuk produk2 swedia semisal bofors dll?
@Fuhrer: Kalo riwayat embargo mungkin tidak ada ya, karena secara politik Swedia netral dan bukan bagian dari NATO. Namun yang jadi tantangan, senjata yang dibangun berdasarkan standar NATO dan beberapa sub komponen yang digunakan juga masih ada yang berasal dari negara2 NATO/ AS. Jadi potensi embargo ya berasal dari negara pembuat sub komponen tersebut. Untuk menjaga kemandirian, Saab juga terus memperkuat komponen dari sumber internal. Setahu kami begitu.
Ok banget nih tawaran SAAB.
Sejauh ini baru Swedia yg tawarannya ‘out of the box’ dibanding kompetitor lainnya yg masih fokus sekedar pesawat tempurnya. Rusia skrg malah bisu. Padahal akhir September kemaren udah ditunggu-tunggu hasil pertemuan Menhan & pihak Rusia. Eh mereka malah bungkam (mungkin seelah tau Indonesia mau beli ngeteng tapi nuntut macem2).
Nah, masalahnya tawaran SAAB harganya pasti juga mahal. Nggak mungkin didapet dengan beli ngeteng-ngeteng. Tinggal skema pembiayaan. Kalo Swedia ngasih solusi skema pembiayaan yg cocok buat Indonesia yg duitnya cekak, pasti langsung dibeli tuh paket lengkapnya.
Kalo nggak, bisa2 AS menikung dgn nawarin hibah 10 viper plus senjata & chinook jika Indonesia ngeteng beli 6. Ato hibah 1 skuadron… tapi… Free…. pot……..
ah sudahlah…… XD
ass.wr.wb.
Bung werh bisa tolong dijelaskan sejarah tentang arah geopolitiknya swedia.
Serta bisa beri gambaran geopolitiknya swedia sekarang.
Apakah berkiblat kebarat total?
Atau ketimur?
Atau pilih bebas aktif seperti Indonesia.
serta bagaimana pandangan kedepannya.