Leonardo Strales Sovraponte 76/62 – Meriam “Superfiring” di OPV/Frigat PPA Paolo Thaon di Revel Class TNI AL
Selain Leonardo (Otobreda) 127/64 pada haluan yang menjadi meriam utama, pada dua unit OPV (Offshore Patrol Vessel) rasa frigat Pattugliatore Polivante d’Altura (PPA) Paolo Thaon di Revel class, yang diakuisisi TNI AL, juga tedapat senjata di katergori meriam lainnya, yang dimaksud adalah satu unit Leonardo 76 mm/62 Strales Sovraponte anti-aircraft gun, yang ditempatkan pada posisi di atas hanggar helikopter menghadap buritan.
Seperti halnya adopsi Otobreda 127/64 pada haluan, maka hadirnya Leonardo 76 mm/62 Strales Sovraponte menjadi jenis senjata kapal baru di arsenal kapal perang TNI AL. Meriam kapal (naval gun) buatan Leonardo (Italia) ini Sovraponte dirancang sebagai senjata alternatif yang lebih fleksibel terhadap senjata di kaliber 76 mm yang lebih tua.
Sesuai dengan namanya Sovraponte (“di atas dek”), meriam ini tidak memiliki penetrasi dek, sehingga memungkinkannya ditempatkan di lebih banyak lokasi di kapal. Hal ini penting karena meriam ini juga dipasarkan sebagai sistem senjata jarak dekat, dengan amunisi berpemandu yang memberikan jangkauan serangan lebih jauh, jika dibandingkan kanon CIWS (Close In Weapon Systrem) yang punya kaliber lebih kecil, sebut saja CIWS kanon laras putar Goalkeeper (30 mm) atau Phalanx (20 mm).
Leonardo Sovraponte menggabungkan banyak teknologi yang terkait dengan dudukan senjata pada varian OTO Melara Super Rapid 76 mm. Hal ini termasuk laras meriam kaliber 76 mm 62, bagian dari feed mechanism (automatic loader) dan optional Strales radar beam guidance system.
Ciri khas Leonardo Sovraponte dirancang dengan kubah (turret) yang miring, sehingga menghasilkan tanda radar yang berkurang dan mendukung desain kapal stealth. Semua amunisi ditempatkan di atas dek, yang secara keseluruhan terdapat 76 amunisi yang terpasang pada turret.
Sebagai meriam modern, turret Leonardo Sovraponte tidak berawak dan bergantung pada masukan (input data) eksternal agar dapat berfungsi. Masukan ini didasarkan pada radar, data lokasi, atau direktur optronik yang kesemuanya dikendalikan dari Pusat Informasi Tempur.
Leonardo Sovraponte dapat menembakkan amunisi NATO 76 mm dengan jangkauan reguler (16 km), ditambah amunisi Vulcano 76 mm jarak jauh dan amunisi DART berpemandu. Amunisi Vulcano 76 mm hadir dalam beberapa varian dengan jangkauan 30 hingga 40 km dan mungkin dilengkapi panduan terminal.
Sementara amunisi DART untuk pertahanan jarak dekat dapat bermanuver hingga 20g dalam penerbangan. Amunisi DART dipandu oleh radar Strales (dengan radar Ka-band) yang terpasang pada turret atau masukan radar eksternal dari kapal. Kecepatan tembak Sovraponte masih dirahasiakan untuk saat ini. Perkiraan adalah 120 proyektil per menit, membuatnya punya performa yang sama dengan Super Rapid 76mm yang menjadi dasar Sovraponte.
Dari spesifikasi, turret Leonardo Sovraponte dalam kondisi tanpa amunisi punya berat 4,7 sampai 5,5 ton. Dengan sudut putar 360 derajat, laras meriam ini punya sudut elevasi -15° to +85°, sementara kecepatan luncur proyektil disebut mencapai 925 meter per detik.
Leonardo Sovraponte disebut meriam superfiring atau meriam buritan superfiring. Istilah “superfiring” merujuk pada penempatan meriam yang lebih tinggi dari meriam atau struktur lain di depannya, sehingga memiliki sudut tembak yang lebih luas dan tidak terhalang. Dalam konteks kapal perang, meriam buritan superfiring ditempatkan di posisi yang lebih tinggi di bagian belakang kapal, memungkinkan tembakan ke belakang kapal tanpa terganggu oleh struktur hanggar atau bagian lainnya.
Leonardo Sovraponte memang pertama kali diperkenalkan ke dalam sistem senjata di OPV PPA Thaon di Revel Angkatan Laut Italia. Kemudian Sovraponte juga terpilih sebagai senjata untuk Anti-Submarine Warfare Frigate (ASWF) Belanda-Belgia. Selain itu Sovraponte akan digunakan oleh Belanda untuk mengganti beberapa sistem senjata jarak dekat CIWS Goalkeeper pada tahun 2025 pada dua fregat De Zeven Provinciën class dan kapal pendarat LPD Rotterdam class. (Bayu Pamungkas)
@Lunar
Pengisian amo nya manual, tapi magazine penyimpanan amo memiliki kapasitas yg besar shg nggak merepotkan operatornya .
Keuntungannya, lebih flexible dalam penempatan kanon Krn tidak bergantung pd keberadaan sistim otoloader, bobotnya juga lebih ringan tanpa otloader
mantap min, selama ini saya selalu penasaran dengan meriam yang dipasang di atas hanggar Heli kapal PPA, kalo pernah baca pun itu saya juga lupa lagi
Min, utk reload amunisi dari luar atau dari bawah seperti canon 76 otobreda sebelum nya?
Yang jelas bukan di bawah deck :-), beda konsep dengan OTO Melara standar.
Boleh juga tuh meriam Leonardo starles RCWS 76mm stelth diakusisi TNI AL di pasang di beberapa kapal perang menggantikan meriam yg ujur misalnya Corvette parchim meriam utama zur 23mm di depan anjungan kapal, kapal perang Corvette sigma class di belakang dek kapal menggantikan RCWS rudal sam mistral tetral, kapal perang Ligh frigate Usman harun series di belakang dek, bekas dudukan radar di copot, ganti di pasang meriam Leonardo starles 76mm stelth sebagai senjata CIWS, beberapa kapal LPD, LST TNI AL
Drpd SINGLE GUN diatas hangar mending 2 RAPID FIRE plus NAVALIZED HPM Epirus di tengah nya….
https://youtu.be/sOZe6QthwHk?si=lKYRni0Dp35c6svw
ini munisinya dah sepaket kan ya? masalanya sovraponte ini kan pake guided Shell, masak mau kopongan kayak agsnya zumwalth?