Leonardo SADOC Mk.4 – Combat Management System (CMS) di Fregat KRI Brawijaya 320 dan KRI Prabu Siliwangi 321
|Banyak hal baru yang didapatkan TNI AL dari kedatangan fregat KRI Brawijaya 320 dan KRI Prabu Siliwangi 321- PPA (Pattugliatore Polivalente d’Altura) Paolo Thaon di Revel class. Selain TNI AL diperkenalkan jenis senjata baru, seperti meriam Leonardo (Otobreda) 127/64, Leonardo Strales Sovraponte 76/62 dan navigasi anjunga modern ‘Cockpit Nave’, maka TNI AL juga akan menyambut penggunaan sistem manajemen tempur (Combat Management System – CMS) baru.
Baca juga: Tuntas Upgrade CMS Mandhala, TNI AL dan Len Industri Uji Tembak Remote di KRI Ajak 653
CMS baru yang dimaksud adalah Leonardo SADOC Mk.4 yang digunakan pada fregat PPA. CMS ini dirancang untuk mengintegrasikan, mengelola, dan mengoordinasikan semua sensor, senjata, serta sistem komunikasi kapal dalam satu platform yang efisien.
SADOC (Sistema Automatico di Direzione delle Operazioni di Combattimento) yang dalam bahasa Inggris berarti “Automatic System for Combat Operations Management”, dikembangkan oleh Leonardo untuk digunakan sebagai Combat Management System (CMS) di kapal perang Angkatan Laut Italia. SADOC Mk.4 adalah versi terbaru yang memiliki arsitektur terbuka, kecerdasan buatan (AI), dan integrasi penuh dengan jaringan NATO.
Karakteristik utama SADOC Mk.4 yaitu dibangun dengan konsep modular dan scalable, memungkinkan integrasi berbagai subsistem dari vendor berbeda. Arsitektur terbuka (open architecture) memungkinkan pembaruan perangkat lunak di masa depan tanpa harus mengganti seluruh sistem.
SADOC Mk.4 menggunakan AI dan sensor fusion untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sensor kapal (radar, sonar, EO/IR, dll.). Menampilkan situational awareness real-time yang lebih akurat di layar komando.
CMS ini mendukung pengambilan keputusan taktis secara otomatis dengan algoritma berbasis AI dan machine learning. Operator bisa mendapatkan rekomendasi respons terbaik dalam situasi pertempuran atau patroli.
SADOC Mk.4 juga telah kompatibel dengan sistem jaringan pertempuran NATO, termasuk Link 11, Link 16, dan Link 22 untuk pertukaran data antar kapal perang, pesawat, dan markas komando. Termasuk bisa berbagi real-time tactical picture dengan kapal lain dan pusat operasi darat.

SADOC Mk.4 di fregat PPA berfungsi sebagai otak utama yang mengoordinasikan sensor dan sistem senjata, termasuk radar AESA Kronos Grand Naval – radar utama untuk deteksi udara dan permukaan, sistem perang elektronik (EW), sonar ATAS (Active Towed Array Sonar) dan sonar lambung.
Sementara senjata yang dalam koordinasi CMS SADOC Mk. 4 termasuk rudal hanud jarak sedang – jauh Aster 30 dan Aster 15, rudal jelajah anti kapal Teseo Mk2/E (Otomat), meriam 127mm dan 76 mm, serta torpedo MU90.
SADOC Mk.4 dikembangkan oleh Leonardo sejak awal 2010-an sebagai evolusi dari SADOC Mk.3, yang digunakan pada kapal perang Italia sebelumnya seperti kapal perusak Durand de la Penne class dan beberapa unit fregat Maestrale class.
Thales Tuntaskan Implementasi CMS Tacticos di KRI RE Martadinata 331
Pada 2015-2016, desain awal SADOC Mk.4 mulai diformulasikan dengan pendekatan arsitektur terbuka (open architecture) agar kompatibel dengan berbagai sistem tempur NATO. Pada 2017, SADOC Mk.4 mulai diintegrasikan dalam desain fregat PPA (Pattugliatore Polivalente d’Altura) sebagai CMS utama.
Pada tahun 2020, SADOC Mk.4 pertama kali diterapkan di kapal PPA pertama ITS Paolo Thaon di Revel (P 430), yang kemudian ITS Paolo Thaon di Revel diserahkan kepada Angkatan Laut Italia, menjadikannya kapal pertama yang secara operasional menggunakan SADOC Mk.4.
SADOC Mk.4 dirancang untuk efisiensi operasional tinggi, sehingga mengurangi jumlah operator yang diperlukan dibandingkan CMS generasi sebelumnya.
Sebagai contoh, di fregat PPA yang menggunakan SADOC Mk.4, jumlah operator sistem manajemen tempur di Combat Information Center (CIC) sekitar 6 – 10 operator untuk peran utama dalam operasi tempur dan situational awareness, 2 – 4 personel cadangan yang dapat dipanggil untuk misi intensif atau operasi multi-domain, dan Komandan kapal dan petugas taktis senior juga memiliki akses langsung ke sistem melalui display terintegrasi di anjungan dengan Cockpit Nave.
Dibandingkan dengan CMS lain seperti Thales TACTICOS (Belanda) atau BAE Systems CMS-1 (Inggris), SADOC Mk.4 diklaim memiliki keunggulan lebih seamless dalam mengendalikan sensor dan senjata buatan Italia, memungkinkan fregat PPA bekerja dalam formasi dengan kapal perang NATO, dan penggunaan AI untuk analisis taktis hingga mempercepat deteksi dan respons terhadap ancaman.
Saat ini, SADOC Mk.4 digunakan di kapal Angkatan Laut Italia, seperti fregat PPA, semua varian Light, Light+ dan Full, Fremm Italia (rencana upgrade) dan Future Destroyer DDX Italia. (Bayu Pamungkas)
Selain Dua OPV, Tiga Unit KCR-60M TNI AL Juga Akan Dipasangi CMS Advent dari Havelsan Turki
@Lapor Mas Gakperet
Cupet juga nalar nya “TERMUL” ini…..kenapa kita pusing mikirin 🤔
“Ubur-ubur ikan lele”…..karena gua bayar pajak le ☝️
harga yg kita bayarkan tidak sesuai spek yg kita dapatkan itu karena pengadaan frem ini lewat broker cukong sinarmas … silahkan di bantah pernyataan saya ini !!!
@Widya,
Itu karena kita hanya ingin kejar cepat jumlah kapal yang mau diganti dan juga kejar teknologi. Sekarang yang perlu diganti adalah fregat Van Speijk 5 unit dan Parchim 14 unit. Total 19 kombatan utama yang sudah uzur.
Pengganti yang 5 Van Speijk adalah fregat PPA 2 unit dan menurut kabar terbaru kemungkinan fregat FREMM 2 unit plus 1 destroyer Luyang class. Sangat gado-gado memang. Tapi ya mau bagaimana lagi. Inilah akibat dari haluan politik plin-plan 2 kaki yang kita jalani.
14 Parchim akan diganti kemungkinan oleh kapal -kapal sekelas OPV 98 KRI RHF class atau malah OPV 98 RHF ditambah unit campuran dengan kelas kapal lainnya (mungkin dari India dan Turki).
Penggantian seluruh 19 kapal ini mungkin akan makan waktu 10-15 tahun lagi. Itulah sebabnya 19 kapal yang sudah uzur tadi termasuk ke dalam 41 kapal yang sedang diretrofit sekarang ini.
Nanti kalo sudah terkejar semua target jumlah barulah akan dibenahi semuanya.
Lha user aja rileks, ngapain kita mikirin..🤣🤣😂😛
Lho di Markitung edisi sebelumnya kan 20 Absalon Class kok realita nya jadi PPA 😁
@Widya
Gambaran nya begini……disaat orde baru, jumlah rekanan penyuplai alutsista dan logistik ada 350-an perusahaan dan tiap perusahaan menampung minimal 4 purnawirawan.
Jadi kalo kita mau ketat merampingkan tipe alutsista seperti di negara yg angkatan perangnya sudah modern…..nanti banyak yg nggak kebagian kue 🤷🏻
saya ingat pernah nonton film kapal selam amerika memiliki teknologi CMS rahasia.. jd teknologi bisa diterapkan ke kapal selam buatan Indonesia dengan memanfaatkan ahli IT untuk pemasangan dan pemograman meja tablet.
Combat Management System (CMS) pada kapal KRI kok gado-gado ya, ada yang dari LEN, Thales, Havelsan, Kongsberg dan kini Leonardo. Apakah tak berpengaruh saat pengintegrasian jaringannya dalam sebuah Battlefield Management System (BMS) untuk koordinasi pertempuran sektor laut?