Ledakan Beirut: KRI Hasanuddin 366 Selamat, Tapi Korvet Bangladesh Mengalami Kerusakan
Ketika ledakan super dahsyat terjadi di kawasan Pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020), sebagian netizen akan teringat pada keberadaan kapal perang TNI AL yang ditugaskan dalam misi United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Dimana secara berotasi, TNI AL mengirimkan kapal perangnya untuk mendukung operasi Pasukan Perdamaian PBB. Meski ledakan disebut setara 1/5 bom atom Hiroshima, namun patut disyukuri posisi korvet KRI Sultan Hasanuddin 366 ternyata berada jauh dari TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Baca juga: Terkait Performa, TNI AL Hentikan Operasional NBO-105 dalam Misi UNIFIL
Dikutip dari Kumparan.com (5/8/2020), Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari mengatakan saat ledakan terjadi kapal tidak berada di pelabuhan. “Saat kejadian kemarin KRI Sultan Hasanuddin dengan 120 awak dan sebuah helikopter militer sedang melakukan patroli. Bahkan sampai ke luar perairan Lebanon yaitu menuju ke Pelabuhan Mersin di Turki,” kata Hajriyanto.
Namun, posisi Pelabuhan Beirut yang terbilang strategis, memang difungsikan sebagai pangkalan utama bagi armada kapal patroli UNIFIL. Selain Indonesia, Turki, Jerman, Brasil, Yunani dan Bangladesh, diketahui juga ikut mengirimkan kapal perangnya untuk misi UNIFIL. Bila KRI Hasanuddin 366 nasibnya beruntung karena sedang berlayar, lain halnya dengan korvet asal Bangladesh yang memang sedang sandar di Pelabuhan Beirut.
Lantaran efek ledakan yang begitu dahsyat dan jarak antara korvet Bangladesh sejatinya tidak terlalu jauh dari titik ledakan, maka korvet yang diketahui sebagai BNS Bijoy, dilaporkan mengalami kerusakan sedang. Tingkat kerusakan untungnya bisa diredam, karena efek ledakan yang tertahan oleh tumpukan gandum dan kontainer yang berada di sekitaran kapal. Pihak AL Bangladesh melaporkan 20 awak kapal mengalami luka-luka, dimana satu diantaranya cukup serius.
Sekilas tentang BNS Bijoy, korvet buatan Hall, Russell & Company (Inggris) ini diluncurkan pada 14 Mei 2010, dan masuk kedinasan AL Bangladesh pada 5 Maret 2011. Korvet dengan bobot 1.430 ton ini dibekali persenjataan berupa 1 × meriam AK-176, 4 × rudak anti kapal C-704 dan 2 × kanon Oerlikon 20 mm. Korvet dengan panjang 81 meter dan lebar 11,5 meter ini dilengkapi fasilitas deck helikopter, meski begitu BNS Bijoy tidak dibekali hanggar.
Baca juga: Gantikan Tugas NBO-105, TNI Kirim Helikopter AS 365N3+ Dauphin Ke Lebanon
Ditenagai mesin diesel 2 × Ruston 12RKC 5,640 bhp, korvet ini dapat berlayar dengan kecepatan maksimum 18 knot dan kecepatan jelajah 12 knot. BNS Bijoy diawaki oleh 45 personel. (Bayu Pamungkas)
Amonim nitrat ko bisa meledak yah, kn itu juga bahan pupuk dulu waktu saya masih kecil bahan itu biasa untuk obat petasan, sebelum di masak gk mungkin bisa menyala di bakar juga bakal nyala sebelum di masak dan di campur bahan lain, jangan jangan itu sabotase
Gk bakal nyala sebelum di masak
Dari yang saya baca sebenarnya aman kalau cara handling dan penyimpananya benar, ini bukan bahan yang bisa meledak dengan sendirinya, bahkan kena gesekan dan tekanan tidak menyebabkan meledak, tetapi memang bisa menjadi media untuk membantu terjadinya ledakan bagi bahan lain… tetapi karena merupakan bahan oxidasi, membuatnya menjadi berbahaya jika terkontaminasi atau tercampur bahan lain yang mudah terbakar, apalagi kalau di media yang terbatas dan tersulut maka akan bisa mengakibatkan terjadinya ledakan… dan penyimpanan dalam waku yang lama tidak dianjurkan karena kontaminasi bisa membuatnya menjadi bahan yang rawan
Amonium nitrat + tepung + israel di selatan = kembang api
udah banyak kejadian meledak begini kok… jadi ga terlalu melulu sabotase, human eror atau kelalaian bisa jadi penyebab juga….