Lebih Cepat dari Jadwal, Produksi Batch Perdana FA-50M Fighting Eagle Malaysia Sudah 50 Persen

Bila pada akhir Juli 2024 disebut perakitan batch pertama (empat unit) jet tempur ringan FA-50M Fighting Eagle pesanan Malaysia telah mencapai 37 persen penyelesaian, maka ada kabar terbaru, bahwa proses perakitan saat ini telah mencapai 50 persen, yang menyiratkan penyelesaian pesanan lebih cepat dari jadwal, menyiratkan ketepatan waktu dalam jadwal pengiriman.

Baca juga: Setahun Pasca Kontrak, Produksi Batch Pertama FA-50M Fighting Eagle Malaysia Sudah 37 Persen

Seperti dikutip Defence Security Asia, FA-50M milik Angkatan Udara Malaysia (RMAF) mulai terbentuk dengan kecepatan yang mengesankan, dengan pengerjaan konstruksi oleh Korea Aerospace Industries (KAI) yang melampaui angka penyelesaian 50 persen.

Orang dalam industri mengungkapkan bahwa pengerjaan untuk membangun FA-50M milik RMAF melampaui ekspektasi, menghasilkan kemajuan yang lebih cepat dari yang direncanakan—bukti yang tidak dapat disangkal atas presisi, efisiensi, dan keahlian mutakhir perusahaan dalam bidang teknik kedirgantaraan.

“Program jet tempur FA-50M telah melampaui 50 persen penyelesaian, melampaui jadwal kontrak awal,” kata sumber tersebut, yang mengetahui bahwa KSAU Malaysia dan delegasi perwira senior saat ini berada di Korea Selatan.

Angkatan Udara Malaysia akan menerima gelombang pertama empat jet tempur FA-50M pada Oktober 2026, dengan jet yang tersisa akan dikirimkan secara bertahap, yang berpuncak pada pengiriman akhir pada tahun 2028. Nantinya seluruh 18 unit FA-50M akan ditempatkan di Pangkalan Udara RMAF Kuantan.

Selama kunjungannya ke Korea Selatan pada November tahun lalu, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim mendesak pengiriman yang dipercepat dari 18 unit FA-50M. “Kami meminta pengiriman yang dipercepat dari 18 jet tempur FA-50M, keputusan pembelian yang dibuat beberapa tahun lalu, yang awalnya dijadwalkan untuk tahun 2026. Jika memungkinkan, kami ingin pengirimannya lebih cepat,” katanya.

Pelatihan untuk pilot Malaysia diharapkan akan dimulai pada awal tahun 2026, yang melibatkan enam pilot selama tiga hingga enam bulan, termasuk pelatihan berbasis simulator. Program pelatihan intensif akan berlangsung di pangkalan udara ROKAF di Gwangju, Korea Selatan, menggunakan jet latih canggih T-50 Golden Eagle, yang dikembangkan bersama oleh KAI dan Lockheed Martin.

Kementerian Pertahanan Malaysia dan KAI menandatangani kontrak senilai RM4 miliar selama LIMA 2023 untuk pengadaan 18 jet tempur ringan FA-50M (FA-50 Block 20). FA-50M milik RMAF merupakan varian FA-50 yang paling modern dan berkemampuan, melampaui yang dioperasikan oleh negara lain, termasuk Korea Selatan dan beberapa negara Asia Tenggara.

Raytheon Technologies Pasok Radar AESA PhantomStrike untuk FA-50 Fighting Eagle

Hanya varian FA-50PL milik Polandia yang dianggap hampir identik dengan FA-50M milik Malaysia dalam hal kemampuan. Salah satu perbedaan utama antara FA-50M Malaysia dan varian FA-50 yang digunakan oleh angkatan udara lain adalah kemampuan radar Active Electronically Scanned Array (AESA).

Baik FA-50M Malaysia maupun FA-50PL Polandia akan dilengkapi dengan radar AESA PhantomStrike bersama dengan sistem elektronik mutakhir dan probe pengisian bahan bakar udara-ke-udara (air refueling).

Dipasangi Air Refueling Probe, Inilah Tampilan FA-50 Fighting Eagle

Varian FA-50M yang akan dioperasikan Malaysia juga akan memiliki kemampuan untuk meluncurkan rudal AIM-9X Sidewinder, serta bom berpemandu presisi.

Selain itu, FA-50M akan dilengkapi dengan kemampuan dipasangi Sniper Advanced Targeting Pod (ATP) yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan AS, Lockheed Martin. Sniper ATP yang beratnya sekitar 200 kg, menyediakan kemampuan deteksi dan identifikasi target yang ditingkatkan, serta pengawasan berkelanjutan untuk semua jenis misi, termasuk dukungan udara jarak dekat untuk pasukan darat. (Gilang Perdana)

‘Direstui’ AS, FA-50 Fighting Eagle Pesanan Polandia Dibekali Sniper Advanced Targeting Pod

 

One Comment