Laporan SIPRI: “Kebanyakan Negara NATO di Eropa Masih Bergantung Pada Persenjataan dari AS”

F-35A Italia

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat di tangan Presiden Donald Trump telah membawa perubahan besar, termasuk pada aliansi pertahanan antara AS dan negara-negara NATO di Eropa, seperti dalam menyikapi konflik di Ukraina, yang mana AS kini menghentikan pasokan persenjataan, berbeda dengan kebanyakan kebijakan negara Eropa yang tetap menjadi donatur bagi Ukraina.

Baca juga: Rusia Disebut Turun Peringkat Sebagai Eksportir Senjata Global, Data SIPRI Langsung Direspon CAWAT

Perbedaan sikap pandang antara AS dan negara-negara NATO di Eropa, kemudian memantik isu lain, terutama pada pertanyaan, apakah Eropa akan mampu bertahan tanpa sokongan (militer) AS? Sebagai negara super power, sejak era perang dingin, kekuatan militer AS telah hadir di beberapa negara Eropa dalam wujud pangkalan militer, menjadi semacam jaminan keamanan dari bayang-bayang ancaman Rusia (d/h Uni Soviet).

Lain dari itu, postur alutsista kebanyakan negara-negara Eropa (baik NATO dan non NATO) rupanya masih sangat bergantung pada produk dari Negeri Paman Sam.

Belum lama ini, SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), yaitu lembaga riset internasional yang meneliti konflik, persenjataan, dan perdamaian, merilis temuan terbarunya pada 10 Maret 2025, yang menyebut bahwa negara anggota NATO Eropa menjadi semakin bergantung pada senjata AS daripada sebelumnya.

Negara-negara NATO di Eropa meningkatkan impor senjata mereka lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, lebih dari 60 persen di antaranya merupakan pembelian persenjataan AS

Impor senjata negara NATO di Eropa melonjak hingga 155 persen selama 2020-2024 dibandingkan dengan 2015-2019 — sebagai reaksi terhadap invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina tiga tahun lalu. Sementara AS memasok 52 persen peralatan militer anggota NATO Eropa antara 2015 dan 2019, pangsa tersebut naik menjadi 64 persen dalam periode lima tahun berikutnya.

E-3D Hawkeye

“Orang Eropa mengambil langkah untuk meningkatkan industri mereka sendiri,” kata Pieter Wezeman, peneliti senior di SIPRI, tetapi hubungan pasokan senjata transatlantik memiliki akar yang dalam. Impor dari AS telah meningkat dan negara-negara NATO di Eropa memiliki hampir 500 pesawat tempur dan banyak senjata lainnya yang masih dipesan dari AS.

Ilustrasi yang paling mudah dilihat adalah bagaimana negara-negara Eropa secara ‘berjamaah’ memesan jet tempur steatlh F-35 Lightning II, yang sebagai besar didorong karena kekhawatiran bakal berkonflik dengan Rusia di masa depan.

Rudal JSM pada pylon (eksternal) jet tempur F-35A.

Laporan SIPRI muncul saat negara-negara Eropa sedang mempersenjatai kembali persenjataan mereka secara besar-besaran, di tengah kekhawatiran bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sedang menyesuaikan diri dengan Rusia dan bahwa jaminan keamanan Amerika selama puluhan tahun untuk Eropa tidak lagi dapat diandalkan.

Hal ini telah menyebabkan seruan di negara-negara Eropa untuk membatasi ketergantungan pada senjata AS, misalnya ekonom Jerman baru-baru ini memperingatkan agar tidak membeli jet tempur F-35.

Menurut laporan SIPRI, penjual senjata utama lainnya untuk negara-negara NATO Eropa adalah Perancis, Korea Selatan, Jerman, dan Israel. Sementara, pada periode tahun 2020-2024, Ukraina telah menjadi importir senjata terbesar di dunia — dengan sebagian besar senjata berasal dari AS, Jerman, dan Polandia.

Negara pengimpor senjata terbesar di dunia selain Ukraina adalah India, Qatar, Arab Saudi, dan Pakistan, sedangkan negara pengekspor senjata terbesar adalah AS, Perancis, Rusia, Cina, dan Jerman. (Gilang Perdana)

Dimotori Penjualan Rafale dan Kapal Selam Scorpene, Ekspor Pertahanan Perancis Tembus 18 Miliar Euro di 2024

2 Comments