Laporan dari Perang Ukraina, Self Propelled Howitzer CAESAR Telah Digunakan Hingga Batas Maksimal
|Jika ingin mengetahui kinerja alutsista, maka paling ideal adalah melihat kemampuannya di medan perang, bahkan jika memungkinkan memantau penggunaan senjata tersebut sampai batas maksimal. Dan untuk yang satu ini, rupanya TNI AD tidak salah pilih dengan mengakuisisi self propelled howitzer CAESAR 6×6 buatan Perancis, pasalnya alutsista armed ini disebut punya kinerja tempur yang memuaskan.
Baca juga: Perancis Dirikan Klub Self Propelled Howitzer CAESAR, Indonesia Otomatis Jadi Member
Pujian atas kemampuan CAESAR 6×6 langsung diutarakan oleh militer Ukraina yang sejak awal telah menerima donasi howitzer swagerak ini dari pemerintah Perancis. Saking optimalnya penggunaan CAESAR, belakangan ada kabar bahwa penggunaan howitzer ini telah mencapai ambang batas kemampuannya, yang bila dipaksakan justru akan berdampak buruk pada kinerja dan keselamatan awaknya.
Ukraina terpaksa membuat pesanan rutin untuk suku cadang dan perawatan CAESAR, dan masalahnya bukan pada suku cadang itu sendiri, tetapi pada beban berat yang harus ditanggungnya. Hal ini terungkap dalam sidang di parlemen Perancis, yang menyoroti mengapa militer Ukraina terus-menerus membutuhkan pasokan baru untuk merawat sistem persenjataan ini.
“Penggunaan howitzer ini secara intensif oleh Angkatan Bersenjata Ukraina tidak hanya membutuhkan perawatan yang efektif tetapi juga pesanan rutin untuk peralatan, suku cadang, dan layanan dari KNDS France (d/h Nexter Systems),” kata seorang perwakilan Kementerian Pertahanan Ukraina dalam tanggapannya, yang dikutip oleh Opex360. Pasukan Ukraina benar-benar tidak berhenti memuat sistem ini, mendorongnya hingga ke ambang keausan.

Sementara disisi lain, militer Perancis menunjukkan efisiensi yang sangat baik selama pelatihan, tapi kenyataan di medan perang sama sekali berbeda. Ukraina tidak hanya menggunakan senjatanya secara intensif; tetapi juga membebani senjatanya hingga batas maksimal, yang menyebabkan masalah serius.
Amunisi berkualitas buruk dan laras yang mengalami tekanan berat merupakan penyebab utama banyaknya insiden penembakan. Meskipun isu-isu ini telah diangkat oleh Ukraina sejak tahun lalu, kini isu-isu tersebut tampak lebih relevan dari sebelumnya.

Tidak seperti Ukraina, di Perancis, persenjataan seperti CAESAR tidak digunakan dengan cara yang terlalu dipaksakan. Namun, Perancis menekankan sesuatu yang sangat penting, keamanan sistem, yang tidak mengalami ‘tekanan’ yang sama seperti di garis depan.
Selama sidang pada tanggal 12 Februari 2025, direktur kegiatan sistem di KNDS France, Alexandre Dupuy, menyoroti sesuatu yang jarang disebutkan, tetapi penting, yakni kepercayaan pada keamanan senjata.
“Saya baru-baru ini berbicara dengan seorang prajurit yang berpartisipasi dalam banyak kampanye dan latihan. Ia berbagi bahwa yang paling mengejutkannya adalah betapa banyak tentara tidak mempercayai peralatan mereka dalam hal keselamatan. Namun dengan CAESAR, masalah ini tidak ada,” kata Dupuy kepada anggota parlemen. Menurutnya, sistem CAESAR dirancang dengan sangat baik sehingga tidak ada insiden penembakan, tidak ada cedera atau kematian.
Sejak dimulainya perang di Ukraina, Perancis telah menjadi salah satu kontributor utama persenjataan militer Ukraina, khususnya dengan pasokan howitzer gerak sendiri CAESAR.
Pengiriman sistem artileri canggih ini dimulai pada Mei 2022, ketika gelombang pertama 6 unit howitzer CAESAR dikirim ke Ukraina, langsung dari persediaan Angkatan Darat Perancis. Ini dengan cepat diintegrasikan ke dalam strategi pertahanan Ukraina karena mereka menunjukkan keefektifannya di medan perang, dengan penembak Ukraina menguasai sistem dalam hitungan hari.
Pada Juni 2022, Perancis mengumumkan pengiriman 6 unit CAESAR lagi, sehingga totalnya menjadi 12. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Perancis yang lebih luas untuk mendukung Ukraina melawan agresi Rusia. Berlanjut pada Juli 2022, 6 unit lagi dipastikan sedang dalam perjalanan, sehingga jumlahnya menjadi 18. Sistem ini sangat efektif karena mobilitas dan presisinya, yang memungkinkan pasukan Ukraina menggunakan taktik “shoot and scoot” untuk menghindari tembakan balasan Rusia.
Memasuki tahun 2023, Perancis melanjutkan dukungannya dengan pengiriman 12 unit CAESAR tambahan pada bulan Januari, yang dibiayai melalui dana khusus sebesar €200 juta yang disiapkan oleh Perancis untuk bantuan militer Ukraina. Dengan demikian, jumlah total howitzer menjadi 30 unit
Pada Oktober 2023, laporan menunjukkan bahwa Perancis telah mengirimkan 6 howitzer CAESAR lagi yang dibeli langsung oleh Ukraina dari Nexter, produsen Prancis, sehingga jumlahnya meningkat menjadi 36.
Pada Maret 2024, Perancis telah berjanji untuk memasok 78 unit CAESAR lagi, dengan tujuan untuk memperkuat kekuatan artileri Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung. Janji ini merupakan bagian dari inisiatif yang lebih luas di mana Perancis, bersama Denmark dan Ukraina, sepakat untuk mendanai sistem ini.
Secara teoritis, jumlah total CAESAR di Ukraina akan menjadi 114 jika semuanya dikirimkan pada akhir tahun 2024, meskipun jumlah pengiriman aktual mungkin berbeda berdasarkan produksi dan logistik.
Selain itu, ada laporan tentang kerugian, dengan sedikitnya lima unit CAESAR hancur dan dua rusak pada bulan Oktober 2024, yang menyoroti kenyataan pahit peperangan meskipun sistem tersebut memiliki ketahanan dan nilai strategis.
CAESAR memiliki jangkauan hingga 40 kilometer dengan peluru standar dan hingga 55 kilometer dengan proyektil artileri jarak jauh. Sistem ini menggunakan sistem pemuatan yang sepenuhnya otomatis yang memungkinkan kru untuk memuat dan menembakkan proyektil dengan cepat, sehingga mengurangi waktu yang dihabiskan untuk memuat ulang dan meningkatkan laju tembakan.
Demi Ukraina, Perancis Rela Dongkrak Produksi CAESAR 6×6 Hingga Enam Kali Lipat per Bulan
Umur Pakai Laras
Laras Self-Propelled Howitzer (SPH) CAESAR 155 mm memiliki umur pakai yang bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis amunisi yang digunakan dan kondisi operasional.
Secara umum, umur laras meriam 155mm L52 seperti yang digunakan pada CAESAR diperkirakan sekitar 2.500 hingga 3.000 tembakan sebelum harus diganti. Namun, jika sering menembakkan munisi dengan propelan tinggi (high charge) atau Extended Range Full Bore (ERFB), umur laras bisa lebih pendek, sekitar 1.500–2.000 tembakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur laras seperti jenis amunisi, penggunaan amunisi dengan tekanan tinggi dan jarak jauh mempercepat keausan laras. Kemudian frekuensi tembakan, yang mana tembakan beruntun dengan kecepatan tinggi bisa meningkatkan erosi termal. Lalu perawatan dan inspeksi, pembersihan dan pemeliharaan rutin bisa memperpanjang umur laras.
Jika laras sudah menunjukkan tanda keausan seperti penurunan akurasi atau peningkatan tekanan di dalam laras, biasanya dilakukan penggantian atau re-lining. Jadi, walaupun angka standar berkisar 2.500–3.000 tembakan, dalam kondisi perang intensif, laras mungkin perlu diganti lebih cepat.
Penggantian laras 155mm L52 seperti yang digunakan pada CAESAR biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 jam, tergantung pada kondisi di lapangan dan kesiapan peralatan.
Penggantian laras bukan tugas operator biasa, tetapi dilakukan oleh personel teknisi artileri yang telah dilatih khusus. Dibutuhkan keahlian dalam pemasangan laras berat serta pemahaman tentang kalibrasi senjata. Penggatian laras biasanya dilakukan di bengkel pemeliharaan lapangan (field workshop) atau depot artileri, tetapi dalam situasi darurat, bisa dilakukan di medan perang dengan alat bantu yang tepat. (Gilang Perdana)