LAPAN-A2: Satelit Mikro dengan Kemampuan Intai Maritim
Singapura yang luas wilayahnya hanya seukuran DKI Jakarta memang superior, keunggulan alutsistanya juga mencakup keberadaan satelit intai mata-mata yang konon berharga US$1 miliar. Siapakah negara yang diuendus Singapura? Mungkin Anda bisa mengira-ngira sendiri. Namun di kawasan Asia Tenggara, selain kompetisi kekuatan kapal selam, meski tak terang-terangan adu kemampuan satelit bisa jadi booming di masa depan. Indonesia memang belum punya satelit dedicated untuk militer, tapi untuk penguasaan teknologi rancang bangun satelit, Indonesia jelas punya taring.
Baca juga: BRIsat – Akankah Jadi Satelit Komunikasi Utama TNI?
Selain rencana pengembangan nano satelit yang sempat bikin heboh, Indonesia lewat LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) sudah berbuat banyak untuk kemandirian satelit. Melanjutkan keberhasilan peluncuran wahana LAPAN-Tubsat yang dibuat di Jerman. LAPAN pada 28 September 2015 berhasil meluncurkan satelit kedua ke orbit, satelit yang diberi label LAPAN-A2 menjadi satelit pertama yang sepenuhnya buatan Indonesia, meski tetap menggunakan konsultan dari Jerman. LAPAN-A2 diluncurkan dari di Sriharikota, India dengan menggunakan roket PSLV-C23.
Berbeda dengan Palapa dan BRIsat yang bobotnya ribuan kilogram, maka LAPAN-A2 punya bobot hanya 74 kg dengan dimensi 500 x 470 x 380 mm, dalam klasifikasinya masuk kategiori satelit mikro. Meski punya ukuran tak lebih besar dari kardus TV, LAPAN-A2 sudah disokong beragam teknologi sensor canggih. Oleh LAPAN, satelit ini disasar untuk misi utama memonitor lalu lintas maritim, operasi keamanan laut, high performance surveillance system, dan menunjang komunikasi radio amatir. Misi yang disebut terakhir dikedepankan guna mendukung mitigasi bencana, maka satelit ini pun bisa disebut LAPAN-Orari (Organisasi Amatir Radio Indonesia).
Baca juga: Motorola SLAMMR – Dibalik Kecanggihan Radar Airborne Boeing 737 Patmar TNI AU
Baca juga: BTS Sebagai Elemen Pengendali Drone, Mungkinkah?
Dengan misi-misi yang bermakna pengintaian, LAPAN dalam website resmi menjelaskan keberadaan perangkat Automatic Identification System (AIS). Dengan teknologi ini, LAPAN-A2 dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan. Pada orbitnya sensor AIS memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.
Sedangkan untuk misi high performance surveillance system, LAPAN-A2 mengadopsi kamera digital observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 x 12 km. Kamera utama dilengkapi lensa 1000 mm CCD (charge coupled device) 2000 x 2000 pixels. Kamera utama ini punya ground resolution hingga 3,5 meter. Lalu kamera kedua dengan lensa color CCD 1000 mm dengan resolusi 752 x 582 pixels. Kamera kedua punya ground resolution hingga 5 meter. Ground resolution adalah ukuran terkecil obyek di permukaan yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra foto.
Dilihat dari orbitnya di angkasa, LAPAN-A2 berbeda dengan BRIsat yang mengorbit secara geostasioner. LAPAN-A2 mengorbit secara ekuatorial pada ketinggian 650 km. Dilihat dari ketinggian orbit, satelit ini masuk kelas LEO (Low Earth Orbit). Karena mengorbit pada ekuator, maka satelit akan terus bergerak mengelilingi rotasi bumi. LAPAN-A2 melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya.
Dengan menggunakan orbit LEO, memang biaya nya akan lebih murah, untuk orbit LEO misalnya, namun paling tidak dibutuhkan 20 satelit yang membentuk suatu konstelasi, hal ini karena kecepatan satelit dalam mengelilingi bumi lebih cepat dari kecepatan rotasi bumi, sehingga dibutuhkan banyak satelit agar setidaknya ada 1-2 satelit yang standby beroperasi di atas Indonesia. Dengan begitu maka koneksi ke darat tidak terputus.
Baca juga: RX-550 LAPAN – Roket Balistik untuk Misi Militer dan Sipil
Attitude Control System
Meski tak dibekali tenaga pendorong, unit pengendali satelit di bumi dapat mengendalikan pergerakan arah posisi satelit. Untuk menunjang hal tersebut, pada LAPAN-A2 sudah disertakan 3 wheel/fiber optics laser gyros dalam 2 CCD star sensors, 3 magnetic coils, 6 single solar cells untuk sensor surya, dan 3 axis magnetic field sensor.
Sedangkan jalur komunikasi dari unit pengendali ke satelit mengusung 2 TTCs, frekuensi UHF 437,325 Mhz, 1200 bps, FFSK modulation, frekuensi radio 5W, S-band payload communication 2220 Mhz, RF output 3,5W. Untuk kinerja ‘otaknya,’ LAPAN-A2 juga ditunjang prosesor OBDH (On Board Data Handling) 32 bit RISC, kapasitas RAM (Random Access Memory) 1GB, dan flash memory eksternal 1MB.
Baca juga: WiMax, Teknologi Jaringan Dibalik Battlefield Management System TNI AD
Mendukung Tugas SAR
Satelit LAPAN-A2 juga akan dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Untuk hal ini, LAPAN bekerjasama dengan Orari. Hal memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubungung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern. (Bayu Pamungkas)
Wih Indonesia memang hebat udah bisa buat SATELIT, tapi kok gak ada berita nya di TV lokal ya ?
Kenapa informasi satelit ini dibuka lebar ya? Kan gak perlu juga kalo cuman publikasi sampai dicantumin jenis dan jalur frekuensi komunikasi segala? Itu harusnya kan classified … Tapi gak tahu juga saya bukan ahli IT atau telekomunikasi. Cuman heran aja…
Wah kalau soal dibuka lebar atau sempit mungkin pihak LAPAN yang bisa memberi komentar ya 🙂
Semenjak diluncurkan belum ada laporan bahwa sistem satelitnya bekerja atau setidaknya hasil Jepretan A2, katanya hrs nunggu 1 bln setelahnya. Tapi ga ada tuh beritanya suksesnya A2. Sy pernah tanyakan langsung ke Lapan via emai but no answer..
Smoga ini awal dr kemajuan dirgantara NKRI ya min amin,, 🙂
Min, Gue kok menangkap, satelit ini satu rangkaian dengan Roket -roket yg sedang di garap LAPAN, terlalu spele kalau urusannya dengan komunikasi ORARI
@Mas Tony: saya kira juga begitu, karena satelit LAPAN mengorbit dengan mengitarari rotasi bumi, maka memang diperlukan dukungan beberapa satelit agar bisa meng-cover secara penuh wilayah RI dalam satu periode putaran.
Diluncurkan di India maksutnya pake roket india kah min?
Yup betul sekali
Wah, berarti lapan juga harus mulai memikirkan teknologi roket antariksa pembawa satelit yah… biat semua aspek bisa dipenuhi dalam negeri. Btw min, kok india yah?
Kenapa India? Mungkin pertama terkait faktor biaya peluncuran. Juga lokasi India yang tidak terlampau jauh dari Indonesia, sehingga memudahkan shiping satelit ke lokasi perakitan roket. Lainnya juga terkait sebelumnya di generasi LAPAN-A1 juga diluncurkan dari India. Secara teknis, dudukan satelit LAPAN-A2 juga sudah dipersiapkan dengan roket Astrosat India. Semisal ingin mengganti roket dari pabrikan negara lain, diperkirakan perlu waktu yang lama untuk desain dan perancangan dudukan satelit.