Lanjutkan Pengembangan Drone VTOL Flexrotor, Airbus Helicopters Akuisisi Aerovel
|Airbus Helicopters mengakuisisi Aerovel berikut sistem drone Flexrotor sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat portofolio solusi tak berawak taktisnya. Flexrotor adalah drone taktis berukan kecil yang dirancang untuk misi intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian (ISTAR) di laut dan di darat.
Baca juga: Penjaga Pantai Filipina Terima Hibah Drone Hybrid eVTOL Trinity F90+ dari Jerman
“Kami menyambut Aerovel ke dalam keluarga Airbus. Akuisisi strategis ini sejalan dengan visi kami untuk memperluas penawaran drone dan menanggapi permintaan pelanggan yang terus meningkat di seluruh dunia akan kemampuan misi tambahan seperti kerja sama berawak dan tak berawak. Keahlian Aerovel dalam teknologi penerbangan otonom akan melengkapi pengembangan drone copter VSR700,,” kata Bruno Even, CEO Airbus Helicopters, dalam siaran pers (15/1/2024).
Flexrotor adalah drone Vertical Takeoff and Landing (VTOL) modern dengan berat peluncuran maksimum 25 kg, dirancang untuk misi ISTAR dengan endurance dari 12-14 jam dalam konfigurasi operasional tipikal.
Desain Flexrotor bertumpu pada ekor yang terentang, dan menawarkan rotor yang kuat tepat di bawah leher pod kamera depan yang bulat. Dengan tampil laksana roket, menjadikan drone ini tak membutuhkan ruang dek yang besar untuk proses lepas landas atau mendarat. saat Flexrotor berada di langit, drone ini akan berputar dan terbang seperti pesawat sayap tetap pada umumnya.
Flexrotor punya diameter rotor 2,1 meter, dengan setidaknya satu bagian permukaan peluncuran cukup lebar untuk lebar sayap drone hampir 3,08 meter. Flexrotor menawarkan kecepatan jelajah 85,2 km per jam dan kecepatan tertinggi 140 km per jam, dan dalam mode fixed wing, berpotensi terbang dengan endurance 30 jam terus menerus.
Setelah lepas landas, Flexrotor berputar ke penerbangan sayap tetap, dan ekor yang terentang memendek menjadi bentuk ekor normal, memungkinkan pesawat beroperasi seperti pesawat sayap tetap biasa di langit. Drone dengan daya tahan lama seperti ini memungkinkan kru untuk mengemudikannya secara bergiliran, mengurangi kelelahan pilot drone tanpa harus mendaratkan drone untuk berganti operator.
Saat melesat dengan kecepatan jelajah, Flexrotor dapat menjelajah sejauh 2.035 km. Di udara, drone dapat berfungsi sebagai pengintai dengan kamera siang hari dan inframerah, dan juga dapat berfungsi sebagai node relai komunikasi, terutama jika armada tersebar dan komunikasi lainnya dibatasi.
Drone ini dapat mengintegrasikan berbagai jenis muatan termasuk sistem elektro-optik dan sensor canggih untuk memenuhi kebutuhan misi unik pelanggan. Dengan kemampuan peluncuran dan pemulihan secara mandiri baik dari darat maupun laut yang hanya memerlukan area seluas 12 kaki untuk peluncuran dan pemulihan, Flexrotor sangat ideal untuk misi ekspedisi yang memerlukan ukuran dek minimal.
Melalui dukungan Departemen Pertahanan AS dan pengerahan kontrak dalam berbagai latihan keamanan maritim, Flexrotor adalah pengganda kekuatan dalam misi untuk operasi di lingkungan yang keras, ancaman tinggi, dan tidak memiliki GPS.
Baca juga: AL AS Uji Aerovel Flexrotor di Lautan – Drone VTOL Hybrid Berdesain ala Roket
Flexrotor juga dapat digunakan untuk misi yang berkaitan dengan kebutuhan sipil, seperti pengawasan kebakaran hutan (memberikan gambar penting kepada petugas pemadam kebakaran siang atau malam) dan navigasi es (membantu memandu kapal angkatan laut melewati es di lautan Arktik).
Setelah diakuisisi oleh Airbus Helicopters, Aerovel, yang berbasis di Bingen, Washington, akan tetap menjadi perusahaan milik AS dan melanjutkan kolaborasi dengan Departemen Pertahanan AS berdasarkan Perjanjian Keamanan Khusus. (Bayu Pamungkas)
tni ngga perlu beli macam2 yang keperluannya ngga spesifik perlu semacam ini, perindustran drone lokal sudah banyak dan bertaburan prototip, kalau apapun beli kapan majunya inhan lokal
Tjotjok ini dipadankan dg sigma class, PKR dan MILF sebagai pendamping helikopter organik 👍