KSAU Tinjau Simulator Canggih Jet Tempur Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU – “Keep Them Flying”
|Konflik yang terjadi di Ukraina, ditambah pembatasan serta sanksi terhadap produk alusista asal Rusia, sedikit banyak berimbas pada eksistensi jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30 Skadron Udara 11 TNI AU. Meski begitu, dalam beberapa kesempatan, jet tempur yang berbasis di Lanud Hasanuddin Makassar, tetap mampu memperlihatkan taringnya, baik dalam penerbangan patroli dan flypass.
Guna menunjang eksistensi Sukhoi series di arsenal TNI AU, salah satunya adalah keberadaan fasilitas simulator jet tempur Sukhou Su-27/Su-30 TNI AU yang terbilang canggih dan modern. Dalam kunjungan kerja ke Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, selain meresmikan Base Ops dan DAAU, Lanud Hasanuddin, juga berkesempatan meninjau langsung fasilitas simulator SU-27 SKM dan Sukhoi SU-30 MK2 Wing Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Rabu (30/8/23).
Fasilitas simulator pesawat tempur Sukhoi yang ditinjau, meliputi FTD (Flight Training Device) Sukhoi Su-27 SKM dan FTD Sukhoi Su-30 MK. Lanud Sultan Hasanuddin, saat ini memiliki simulator yang terdiri dari empat unit FTD Simulator Su-27 SKM, empat unit FTD Simulator Su-30 MK2 dan satu unit FMS (Full Mission Simulator) Su-27 SKM, serta satu unit FMS (Full Mission Simulator) Su-30 MK2.
View this post on Instagram
Dikutip dari siaran pers Dispenau, KSAU meminta keberadaan fasilitas simulator Sukhoi dapat meningkatkan kemampuan tempur dan profesionalisme para penerbang Sukhoi 27/30 di Skadron Udara 11. Penerbang bisa berlatih semua jenis misi tempur dan kondisi darurat yang bisa dilakukan, udara ke udara atau udara ke permukaan, semua jenis senjata, baik secara sendiri atau dalam flight hingga sepuluh pesawat simulasi terbang bersama, selama ada sepuluh penerbang yang masuk kedalam kesepuluh cockpit simulator.
Sebelum adanya simulator, para penerbang Sukhoi TNI AU berlatih ke luar negeri, salah satunya ke Cina. Lantaran biaya terbang langsung dengan jet tempur Sukhoi terbilang mahal.
Mengutip sumber dari Tempo.co (2/1/2014), diungkapkan bahwa rencana pengadaan simulator Sukhoi untuk TNI AU telah dicanangkan sejak lama. Pagu anggaran yang ditetapkan, menurut Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis, sebesar US$45 juta atau sekitar Rp540 miliar.
”Pagu tersebut hanya untuk satu unit simulator Sukhoi,” ujar Rachmad kepada Tempo. Pengadaan simulator Sukhoi dilakukan setelah TNI AU genap mengoperasikan 16 unit Sukhoi Su-27/Su-30 series dari Rusia. (Gilang Perdana)
@Yufi: Percuma Sukhoi di Upgrade toh masih kalah jauh dari Rafale dan F-15EX. Lebih baik anggarannya buat beli alutsista yg sesuai aja dgn roadmap MEF.
Kayaknya sih ga bisa Su-30 MK & Su-30 MK2 yg ada di inventaris kita produksi KnAPPO kalau Su-30 SME itu varian ekspor Su-30 SM produksi Irkut, beda pabrik terus situasi finansial & politik Russia juga ga memungkinkan buat ngerjain order dari luar / ekspor / upgrade soalnya kebutuhan domestik konflik di Ukraina sama seandainya maksain diri dengan segala odd, apa nanti transaksi dsb pakai sistem perbankan barat nggak soalnya jelas susah kalau masih pake sistem perbankan barat, nggak mungkin terlaksana.
Para suhu dan admin mau nanya kalo sukhoi kita diupgrade bisa ga setara dengan SU 30 SME???
@agen berita
ngga bisa segampang itu mas, desain pesawat sukhoi dan f-15 itu berbeda, mesin juga iya, gado² instrumen di keluarga sukhoi 30 sejauh ini hanya ada pada elektronika instrumen, dan itupun juga sepertinya ngga terlalu dalam, ski india pun radarnya dibiarkan sama, skm malaysia yang mencolok cuma integrasi pod damocles
kalau dari us sendiri sih mungkin saja ngga terlalu sulit, karena “hanya” mesin
Transfer mesin ex F-15 Jepang buat F-16 aja perlu ijin kok (dan gak mudah), apalagi mo dipasang ke Flanker…😂😂😂
Usul ente itu namanya cari perkara..😂😂
kalau mahal sukhoi, apa coba pasang mesin F15 di pswt sukhoi itu? bikin adaptor dan software integrasi power dan instrument elektronik speed. kan US apakah tidak mempermasalahkan pemasangan mesin amerika di kendaraan perang non US?