KSAL Hadiri Upacara Penggantian Nama Dua Fregat PPA TNI AL, Kini Resmi Menjadi KRI Brawijaya 320 dan KRI Prabu Siliwangi 321
|Setelah pendanaan tuntas, maka momen yang dinanti dari program akusisi dua unit kapal perang fregat PPA (Pattugliatore Polivalente d’Altura) Paolo Thaon di Revel class telah berjalan. Berlokasi di galangan kapal Fincantieri di Muggiano (La Spezia), Italia, pada 29 Januari 2025 dilangsungkan upacara penggantian nama (renaming ceremony) atas dua kapal perang yang sebelumnya adalah pesanan Angkatan Laut Italia.
Baca juga: Jelang Pengiriman OPV/Frigat PPA Paolo Thaon di Revel Class, Beredar Foto “KRI Brawijaya”
Dua unit kapal perang yang dijual ke Indonesia disebut juga sebagai MPCS (Multipurpose Combat Ship/PPA), yang merupakan bagian dari kontrak yang ditandatangani oleh Fincantieri pada tahun 2024 dengan nilai sekitar 1,18 miliar euro.
Upacara penggantian nama kapal perang dihadiri oleh KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali, pimpinan Fincantieri Biagio Mazzotta dan Wakil KSAL Italia Laksamana Giuseppe Berutti Bergotto.
View this post on Instagram
Kedua kapal yang dijual ke Indonesia, awalnya dibangun sebagai unit kelima dan keenam untuk Angkatan Laut Italia, kedua kapal tersebut sebelumnya bernama “Marcantonio Colonna” dan “Ruggiero di Lauria,” dan kini telah berganti nama menjadi KRI Brawijaya (BWJ) 320 dan KRI Prabu Siliwangi (PBS) 321.
PPA adalah kelas kapal perang dengan panjang 143 meter yang dapat dikonfigurasi untuk berbagai misi mulai dari operasi pengawasan maritim bertempo rendah yang ‘ringan’ hingga skenario pertempuran tingkat tinggi ‘pertempuran penuh’. Tergantung pada konfigurasinya, masing-masing kapal memiliki bobot antara 5.800 dan 6.300 ton.
Sejauh ini, Angkatan Laut Italia telah mengoperasikan tiga unit PPA Thaon di Revel, yang mulai dioperasikan mulai Maret 2022 dan September 2023. Untuk kontrak yang ditandatangani dengan Indonesia, PPA yang akan dipasok awalnya ditujukan untuk Angkatan Laut Italia, kata Fincantieri dalam pernyataannya, dan kemungkinan akan dipasok ke Indonesia dalam konfigurasi ‘light plus’
Kontrak pengadaan kapal perang ini bermula dari minat yang muncul selama kunjungan pelayaran MPCS/PPA “Francesco Morosini” dan “Raimondo Montecuccoli” di Indonesia, yaitu masing-masing pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini menandai tonggak penting dalam kemitraan strategis antara Fincantieri dan Kementerian Pertahanan Indonesia.
Leonardo (Otobreda) 127/64 – Bakal Jadi Meriam dengan Kaliber Terbesar di Armada Kapal Perang TNI AL
Dibangun di galangan kapal terpadu Fincantieri Riva Trigoso-Muggiano, kapal-kapal ini akan menjadi kapal kombatan terbesar di arsenal TNI AL, yang memperkuat stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan menjaga kepentingan nasional Indonesia.
MPCS/PPA adalah kelas kapal yang sangat serbaguna yang dirancang untuk melakukan berbagai misi, termasuk operasi tempur garis depan, patroli maritim, penyelamatan, dan kegiatan perlindungan sipil. Kedua kapal tersebut dijadwalkan akan diserahkan kepada TNI AL pada tahun ini. (Bayu Pamungkas)
Dengan dimensi seperti itu dan hanya membawa 16 VLS jelas sangat kurang. Bobot 4000-7000 ton keatas harusnya membawa 32-60 VLS.
Penggunaan gelar “Prabu” pada Prabu Siliwangi dan tidak pada Brawijaya berkaitan dengan tradisi dan kebiasaan penamaan raja di masing-masing kerajaan. Berikut alasannya:
1. Tradisi Kerajaan Pajajaran
Dalam tradisi Sunda, raja-raja Kerajaan Sunda dan Pajajaran umumnya menggunakan gelar “Prabu”, yang berarti raja atau pemimpin besar.
Prabu Siliwangi adalah nama populer dari Sri Baduga Maharaja, raja Pajajaran yang terkenal. Banyak raja Sunda lain juga memakai gelar Prabu, seperti Prabu Guru Darmasiksa dan Prabu Surawisesa.
2. Tradisi Kerajaan Majapahit
Di Majapahit, raja-rajanya lebih sering menggunakan gelar seperti “Sri Maharaja”, “Raja”, atau “Bhre” (penguasa daerah).
Gelar “Brawijaya” sendiri adalah nama yang diberikan secara retrospektif untuk raja-raja terakhir Majapahit (terutama yang ke-5 dan ke-6). Nama ini bukan nama asli mereka saat memerintah, melainkan sebutan yang diberikan dalam cerita rakyat dan babad.
Siliwangi memakai “Prabu” karena mengikuti tradisi Sunda, sedangkan Brawijaya tidak memakai “Prabu” karena mengikuti tradisi Majapahit yang berbeda.
Mengecewakan.. frigat ompong
Kenapa Siliwangi pakai Prabu, tapi Brawijaya tidak?
gak apa-apa, sudah tradisi kan di TNI beli kosongan dulu. ngisinya pelan-pelan kayak pengantin baru tahun depan baru beli sofa, lalu kulkas, TV, jemuran dll nyusul belakangan satu2 tunggu cicilan sebelumnya lunas dulu ;D
@Boby: anda dapat sumber dari mana? Dalam sebuah sumber menyebutkan, “Kapal ini memiliki panjang 143 m, lebar 16,5 m, draft 5,2 m, max speed 32 knots dengan pendorongan combine diesel, electric dan gas turbin. Selain itu senjata yang dimiliki yaitu SAM : 16 VL Sistem, SSM : 8 Teseo Mk-2E, Meriam 127 mm, Meriam 76 mm dan torpedo.”
Sayangnya kapal perang frigate PPA gk ada peluncur rudal anti kapal dan peluncur torpedo nya, alias downgrade kemampuannya gk bisa serang kapal perang dan kasel musuh😭
Karena menjadi kapal kombatan terbesar di arsenal TNI AL, akankah menjadi flagship sementara menunggu Frigate Merah Putih rampung? Walau secara teknis PPA sedikit lebih panjang yaitu 143 meter sedangkan Frigate Merah Putih (FMP) hanya 140 meter (kurang 3 meter) walau bobotnya masih lebih besar yaitu 6.626 ton sedangkan PPA dikisaran 6.300 ton