KRI Tanjung Nusanive 973: eks Kapal Pelni dengan Kanon PSU Rheinmetall 20mm
Seperti halnya penumpang sipil, prajurit juga butuh rasa nyaman selama operasi pergeseran, apalagi jika sasaran operasi berada nuh jauh di seberang lautan, yang artinya jika ditempuh menggunakan kapal laut akan makan waktu panjang. Sebagai ilustrasi, Inggris di tahun 1982 menggeser ribuan pasukannya dalam Perang Falkland (Malvinas) dengan menggunakan kapal pesiar jarak jauh legendaris Queen Elizabeth II.
Baca juga: KRI Tanjung Kambani 971: Ini Dia! Kapal Feri Yang Dipersenjatai
Bentang jarak yang teramat jauh, dari daratan Inggris di Eropa menuju medan di Atlantik Selatan, pastinya bukan perkara mudah untuk melakukan mobilisasi perangkat tempur, logistik dan personel. Dalam pelayaran berbulan-bulan, plus ditrerpa ganasnya gelombang Samudera Atlantik, menjadikan ribuan prajurit tidak layak bila harus menumpangi kapal-kapal sekelas LST (Landing Ship Tank) atau kapal kargo. Singkat cerita, Queen Elizabeth II yang berbobot 70.327 ton dapat disulap sebagai kapal angkut dan logistik. Di tahun 1982, kapal yang meluncur perdana tahun 1965 ini mampu membawa 3.000 prajurit dan 650 relawan melintas Atlantik. Agar mobilisasi lancar, Queen Elizabeth II bahkan di install dua helikopter deck.
Baca juga: KRI Dewa Kembar 932 – Perjalanan dari Perang Malvinas Hingga Laut Nusantara
Gambaran diatas menyiratkan bahwa menunjang pergeseran pasukan dalam jumlah besar harus ditunjang prasarana yang memadai. Nah, menyesuaikan kebutuhan seperti diatas, TNI AL juga tidak ketinggalan, lewat Satuan Kapal Bantu (Satban), TNI AL punya punya beberapa kapal BAP (Bantu Angkut Personel). Meski masuk dalam etalase kapal perang dengan label KRI, namun karena asasinya untuk misi angkut dan pergeseran pasukan, jenis kapal BAP aslinya adalah kapal angkut sipil yang akhirnya terkena “wajib militer.”
Baca juga: KRI Karang Pilang 981 – Nasib Kapal Angkut Sipil yang Terkena “Wajib Militer”
Beberapa kapal TNI AL yang aslinya adalah kapal angkut sipil seperti KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung Fatagar 974, keduanya adalah kapal penumpang eks PT Pelni. Lain dari itu, ada lagi satu kapal BAP yang punya ciri khas berbeda, yakni KRI Tanjung Kambani 971. Disebut beda dari yang lain karena KRI Tanjung Kambani 971 diciptakan dari platform kapal feri (ferry).
KRI Tanjung Nusanive 973
Merujuk ke sejarahnya, kapal berbobot 14.000 ton ini awalnya adalah KM (Kapal Motor) Kambuna. Kapal dengan kapasitas 1.556 penumpang ini resmi digunakan oleh PT Pelni sejak 25 Maret 1984. Berdasarkan catatan, KM Kambuna dibangun oleh galangan Jos L Meyer GmbH yang berlokasi di Papenburg, Jerman.
Baca juga: KRI Bima Samudera – Kisah Jetfoil TNI AL Yang Terlupakan
Dari spesifikasi, KM Kambuna punya panjang 144 meter, lebar 23 meter, tinggi 40 meter, 9 level deck dan draft 5,9 meter. Dan sejak 13 Mei 2005, KM Kambuna resmi beralih nama menjadi KRI Tanjung Nusanive 973 dengan upacara penyerahan saat itu di Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok. Dengan nama KRI Tanjung Nusanive 973, kapal penumpang ini mendapat sentuhan upgrade, diantaranya disematkannya dua pucuk kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) Rheinmetall Rh202 laras tunggal kaliber 20 mm buatan Jerman.
Baca juga: Rheinmetall Rh202 20mm – Kanon PSU Yang Ditakuti Perompak
Tentang Rheinmetall 20 mm mampu mengenai target hingga jarak maksimum 7.000 meter. Namun untuk efektivitas daya hancur hitungannya lain lagi, untuk mengenai sasaran udara, jarak tembak efektif hanya 1.600 meter, sedangkan untuk efektivitas sasaran di permukaan, jarak tembak efektifnya mencapai 2.500 meter. Untuk kecepatan memuntahkan amunisi, Rheinmetall 20mm sanggup menembakkan mulai dari 880 hingga 1.030 peluru per menit. Lebih dalam lagi, kecepatan luncur peluru sanggup mencapai 1.044 meter per detik dengan amunisi tipe HEI, dan 1.100 meter per detik dengan amunisi tipe AP.
Selain dioperasikan untuk misi pergeseran pasukan, KRI Tanjung Nusanive 972 juga dilengkapi fasilitas sekelas hotel bintang lima. Pasalnya kapal ini kerap digunakan pejabat tinggi, seperti presiden dalam melakukan inspeksi. Maka wajar di kapal ini ada kamar VVIP dan VIP dengan fasilitas mewah dan lengkap.
Dalam kondisi pertempuran maka posisi kapal ini akan berada di tengah dengan kawalan masing-masing dua kapal eskorta di bagian kiri, kanan, haluan, dan buritan. Selain KRI Tanjung Nusanive 973, kapal KRI Tanjung Fatagar 974 juga berasal dari hibah PT Pelni, kedua kapal dibangun di galangan yang sama dengan spesifikasi yang serupa. (Haryo Adjie)
sejati kapal ini selama bertugas di pelni merupakan kapal type 2000 yg berarti bs memuat 2000 orang penumpang ditambah dng crew sebanyak 200 orng !dan klo dipaksakan betul seperti ketika musim mudik kapal ini bs memuat sekitar 11rb orng
min buatin artikel KRI NUSA TELU kalau nggak salah buatan 1955
Dulu saya pernah menaiki kapal ini sewaktu masih berbendera pelni. Cukup besar dan kalau dipaksakan bisa muat 2000 penumpang .
@Admin
Apakah kapal ini masih memakai mesin Steam, seperti Fregat Van Speijk KRI Ahmad Yani dulu ?
tentunya sangat boros sekali kan ?
Dari awal nampaknya sudah pakai diesel mas.
Trims infonya @admin
ternyata pakai man engine
min kapal ini buatan thn brp ya ?
Mulai dibangun tahun 1983.