KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 (Tripartite Class) Diretrofit oleh Hensoldt, Tuntas Tahun 2025
|Pada masanya di dekade 80-an, kapal pemburu ranjau TNI AL yang dibeli dari Belanda, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 – Tripartite class, adalah salah satu yang tercanggih di kelas kapal pemburu ranjau dunia. Namun, seiring perjalanan waktu, fitur dan teknologi pada Tripartite class telah usang dan ketinggilan zaman.
Baca juga: Adopsi Teknologi Eca Group, Latvia Modernisasi Tiga Unit Tripartite Class
Berangkat dari kebutuhan operasioanal, di mana kedua kapal buru ranjau tersebut masih menjadi andalan pada Satuan Kapal Ranjau (Satran) TNI AL, maka langkah modernisasi berupa retrofit multak dijalankan, sesuatu yang lazim diterapkan pada beberapa negara lain yang juga mengoperasikan Tripartite class.
Dikutip dari hensoldt.net (4/5/2023), disebutkan bahwa Hensoldt Nexeya France telah mendapatkan kontrak jutaan Euro dari integrator galangan kapal Indonesia Noahtu Shipyard. Kontak tersebut mencakup integrasi Lyncea Combat Management System (CMS) dan pemasangan sensor dan peralatan baru, termasuk Hensoldt UK Integrated Navigation Bridge System (INBS).
Noahtu Shipyard diketahui merupaka galangan kapal yang berlokasi di Bandar Lampung, yang kemungkinan akan menjadi lokasi galangan tempat retrofit dan integrasi sistem akan dijalankan.
Dalam modernisasi dua Tripartite class, TNI AL akan melengkapi dua pemburu ranjau dengan teknologi terbaru dalam hal deteksi dan intervensi bawah air serta pemantauan maritim, solusi Lyncea akan memberikan kemampuan lengkap kepada awak kapal untuk memeriksa, mendeteksi, dan menetralisir ranjau di area bawah air melalui integrasi sensor dan sistem AUV serta analisis dan pemrosesan data.
Retrofit akan dilakukan dengan komprehensif untuk kedua kapal, yang mencakup Lyncea CMS dan pemasangan INBS. INBS akan terhubung ke CMS melalui modul antarmuka taktis terintegrasi yang baru. Antarmuka baru yang dikembangkan dalam kemitraan antara entitas Inggris dan Perancis Hensoldt akan memungkinkan CMS dan INBS untuk bertukar dan menggabungkan informasi navigasi dan misi secara real time, memberikan keuntungan operasional dan taktis bagi awak kapal.
Dalam proyek ini, Hensoldt Nexeya France akan bertanggung jawab atas integrasi kapal, validasi (HAT) dan uji coba laut (SAT) dari CMS multi-konsol yang terhubung ke peralatan navigasi dan ke semua sensor. Ini termasuk integrasi radar SharpEye MK11 dan MK7, transponder LTR 400 IFF dan Tautan Data Taktis, serta sonar dan kendaraan bawah air tak berawak yang didedikasikan untuk peran berburu ranjau.
“Kontrak baru ini menunjukkan kepercayaan baru Angkatan Bersenjata Indonesia dan industri platform Indonesia pada Hensoldt dan kami bangga akan hal itu. Modernisasi kedua Tripartite class Indonesia merupakan kontrak yang sangat penting dan diharapkan selesai pada tahun 2025 untuk kedua kapal tersebut. Saya yakin kontrak ini akan membuka jalan untuk kolaborasi di masa depan,” kata Philippe Guibourg, Presiden Hensoldt France dan Head of Defence activities of Hensoldt Nexeya France.
Dari sejarahnya, KRI Pulau Rengat 711 mulai dibuat pada 19 Desember 1985 lalu diluncurkan pada 27 Agustus 1987 dan resmi memperkuat TNI AL pada 26 Maret 1988. Tripartite class dirancang pada tahun 70-an dan mulai dibangun pada tahun 1981 hingga 1989 untuk mengisi kebutuhan armada NATO akan kapal pemburu ranjau yang lincah namun berbekal alat sensor canggih.
Meski kapal buru ranjau ini adalah barang baru. Menurut informasi dari Wikipedia, awalnya kedua kapal ini dibangun untuk kebutuhan AL Belanda. KRI Pulau Rengat 711 dibuat untuk membangun M864 Willemstad dan KRI Pulau Rupat 712 untuk M863 Vlaardingen. Sesuai namanya ‘Tripartite,’ kapal ini merupakan hasil kerja kongsi antara 3 negara NATO, yakni Perancis, Belanda dan Belgia. (Haryo Adjie)
Terima kasih pak bowo…….