KRI Hiu 805 – Jejak Kapal Pemburu Kapal Selam yang Berakhir di Samudera Hindia
|
Sosok kapal perang ini menjadi menarik untuk dikupas, lantaran KRI Hiu dengan nomer lambung 805 menjadi eks kapal perang TNI AL yang riwayatnya ‘berakhir’ sebagai sasaran tembak rudal Harpoon dan Sidewinder pada Latihan Gabungan Laut (Latgabla) II di tahun 1989. Generasi masa kini, boleh jadi lebih mengenal sosok KRI Hiu 634 sebagai Kapal Cepat Rudal (KCR) dari kelompok FPB-57. Dan tanpa kegiatan di Latgabla tahun 1989, boleh jadi nama KRI Hiu 805 seolah terlupakan.
Baca juga: Kombinasi Serangan Rudal Harpoon dan Sidewinder Karamkan KRI Hiu
Seperti dituturkan dalam tulisan terdahulu, KRI Hiu karam dengan cepat setelah dihantam rudal anti kapal RGM-84 Harpoon dari KRI Yos Sudarso 352, lambung kapal terbelah menjadi dua akibat direct hit dari rudah yang melesat dengan kecepatan high subsonic. Ditambah lagi, KRI Hiu mendapat sengatan tambahan dari rudal AIM-9P2 Sidewinder yang dilepaskan oleh jet tempur F-5 E Tiger II yang diterbangkan Lettu M. Syaugi.
Meksi KRI Hiu 805 kini tinggal kenangan, namun sejarah kapal perang dari jenis submarine chaser ini, masih dapat digali. Merujuk informasi dari situs Navsource.org, disebutkan bahwa KRI Hiu didatangkan ke Indonesia lewat Military Assistance Program pada 17 Maret 1960. Nomer lambung awal KRI Hiu pada tahun 1960 adalah 317, namun berdasarkan informasi dari Navypedia.org, mungkin terkait reorganisasi pada armada kapal perang TNI AL, pada tahun 1975 nomer lambung KRI Hiu berubah menjadi 805. Nomer lambung 805 menjadi yang terakhir dipakai oleh KRI Hiu, yang resmi dipensiunkan dari armada kapal perang TNI AL pada tahun 1980.

KRI Hiu sebelumnya bernama USS Malvern (PC-580). Tugas pokok operasinya sebagai submarine chaser adalah untuk menghancurkan kapal selam lewat bom laut (depth charge). Setidaknya kapal perang ini dilengkapi four depth charge projectors dan two depth charge tracks. Lain dari itu, kapal perang ini dibekali persenjataan seperti satu pucuk meriam Bofors 40 mm, tiga pucuk kanon Oerlikon laras tunggal kaliber 20 mm dan peluncur roket.
Dilihat dari konfigurasi senjata yang terbatas, KRI Hiu memang kodratnya sebagai kapal bertonase kecil, mampu bergerak cepat dan lincah untuk memburu kapal selam. Bobot kosong kapal perang ini adalah 280 ton dan bobot maksimum mencapai 450 ton. Ditenagai dua mesin diesel General Motors yang masing-masing bertenaga 1.440 hp, KRI Hiu dapat melesat dengan kecepatan maksimum 20,2 knots dengan dua shafts. Sementara jarak jelajahnya mencapai 5.556 km pada kecepatan 12 knots.

Dari spesifikasi, KRI Hiu punya panjang lambung 53 meter, lebar 7 meter dan diawaki oleh 65 personel. Jika merujuk dari sejarahnya, kapal perang ini hadir dibangun di tengah kecamuk Perang Dunia Kedua. USS Malvern dibangun oleh Albina Engine and Machinery Works Inc di Portland, Oregon, Amerika Serikat. USS Malvern resmi dilumcurkan dair galangan pada 29 April 1942, dan baru resmi masuk armada AL AS pada 26 September 1942. Saat diterima AL AS, identitas adalah USS PC-580, baru kemudian diberi nama USS Malvern pada 15 Februari 1956.
Selang dua tahun setelah pemberian nama, USS Malvern pada 27 Maret 1958 resmi dipensiunkan dari kedinasan. Sejak pensiun, kapal perang ini ditempatkan pada Atlantic Reserve Fleet, Florida Group, hingga kemudian pada 17 Maret 1960 diakuisisi oleh Indonesia.
Dikutip dari situs soeharto.co, mantan KSAL Laksamana TNI Muhamad Arifin, disebutkan pernah menjabat sebagai perwira di KRI Hiu. Dan pada saat menjabat sebagai KSAL di periode 1989 – 1993, Laksamana TNI Muhamad Arifin beserta rombongan VIP ikut menyaksikan proses penembakan KRI Hiu dari atas LST KRI Teluk Banten 516.
Baca juga: KRI Teluk Banten 516 – Landing Ship Tank dengan Kemampuan Sebagai Kapal Markas
Dalam catatan sejarah, selain menerima KRI Hiu, TNI AL (d/h ALRI) juga menerima beberapa kapal sejenis, yaitu KRI Tenggiri 806, KRI Tjakalang 807, KRI Torani 808 dan KRI Alu-Alu 809. (Haryo Adjie)
Ukuran compact, low RCS, warhead gede dengan penetrator pula plus command guidance system yang melampaui jamannya bikin banyak negara lain kesulitan mencari penggantinya
Bismillah,semoga ditahun 2024 TNI.AL sudah dapatkan pengantinya,kasel kelas 214,kelas 212,kelas 218 selain 209,jangan terpaku pada satu kasel type 209,tetapi dengan varian variatif kombinasi tempur TNI.AL menjadi gaharradar kita tambah dengan mendatangkan radar terhertz china,irbis,aesa yang dibesut di jeep humvee amrik,tapi .jangan lupa kita selain penuhi alat tempurnya anggaran mendirikan perumahan buat TNI agar ditambah ptosentasenya,terutama yang tugas diperbatasan negara,pedalaman.Semoga dengan semakin banyak petumahan prajurit TNI yang dibangun akan membangun semsngat,kinerja TNI dilapangan bisa maksimal.ini harapan sebagai rakyat,pak prabowo… ke TNI.