KRI Frans Kaisiepo 368 Tuntaskan Perbaikan Sonar, Kini Kingklip Hull Mounted Sonar Kian Powerfull
|Setelah tiga tahun, akhirnya korvet KRI Frans Kaisiepo 368 telah merampungkan tahapan perbaikan dan upgrade pada perangkat sonarnya. Merujuk ke Januari 2015, KRI Frans Kaisiepo 368 mengalami kerusakan di APBS (Alur Pelayaran Barat Surabaya) saat dalam perjalanan menuju lokasi pencarian jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata. Dan kerusakan ternyata ada di bagian bawah lambung kapal, dimana terdapat hull mounted sonar.
Saat itu, korvet besutan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda tersebut berhasil ditarik ke dok kering milik PT PAL, menjadikan untuk sementara waktu KRI Frans Kaisiepo 368 harus dilakukan perbaikan. Dan dikutip dari defenseworld.net (27/6/2018), disebutkan bahwa proses perbaikan dan sekaligus upgrade pada KRI Frans Kaisiepo 368 telah tuntas dilakukan oleh Thales.
Tidak hanya diperbaiki, perangkat sonar yang diketahui mengusung jenis perangat sonar pencari Thales UMS 4132 Kingklip medium frequency active/passive ASW (Anti Submarine Warfare) juga ditingkatkan kemampuannya. Diantara yang mendapatkan upgrade adalah modernisasi konsol operator, sistem pemrosesan sinyal dan teknologi perangkat keras. Korvet dengan bobot 1.700 ton tersebut kini memiliki kemampuan komunikasi antara pengawak dan mesin melalui human machine interface (HMI), sistem yang sebelumnya sudah terpasang pada PKR (Perusak Kawal Rudal) RE Martadinata Class.
Sonar dengan desain hull mounted terletak di bawah lambung kapal dan dilindungi oleh dome (kubah). Secara umum, hull mounted sonar dirancang untuk mendeteksi keberadaan kapal selam lawan, dan menteksi ancaman yang berasal dari torpedo dan ranjau laut. Karena ditempatkan di bawah lambung, kemampuan deteksi hull mounted mencapai 360 derajat. Mengenai kemampuan dan spesifikasi teknis antar jenis hull mounted sonar tentu ada perbedaan. Soal kemampuan deteksi bergantung pada kemampuan frekuensi dan bandwidth yang digunakan.
Dalam operasinya, sonar dapat menjalankan mode multi beam untuk penyebaran sinyal sonar. Artinya, sinyal sonar yang dikirim dapat menjangkau permukaan atau objek di sekitar jalur kapal. Ini berbeda dengan single beam yang sinyal sonarnya hanya dapat menjangkau garis rute yang dilewati kapal, sehingga objek atau permukaan di sekitarnya tidak terdeteksi. Ketika dipakai untuk mencari benda di dalam air, sonar akan menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi serta menetapkan lokasi objek bawah laut. (Gilang Perdana)
3 taun baru diupgrade sekarang 😨😨😨😨😨😨😨😨😨
Mantap, jadi kapal paling canggih di kelas diponorogo
Musibah membawa berkah.
FKO 368 punya sonar yang paling canggih daripada 3 temannya yang lain sesama Diponegoro class.