KRI Albakora 867 Resmi Perkuat Arsenal Satrol TNI AL
|Setelah diluncurkan pada 26 Maret 2018, kapal patroli KRI Albakora 867 akhirnya diresmikan keberadaannya sebagai bagian dari arsenal Satrol (Satuan Kapal Patroli). Bertempat di Dermaga Sunda Kelapa, Batavia, Marina Ancol, Jakarta Utara, Senin (9/7/2018), KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji memimpin jalannya upacara peresmian KRI Albakora 867, sekaligus mengukuhkan komandan kapal pertama, Mayor Laut (P) Sony Sartantyo.
Baca juga: KRI Albakora 867 Meluncur, Langsung Diperkuat Kanon Marlin WS
Keberadaan KRI Albakora 867 akan memperkuat Satrol Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) X Jayapura. Kapal patrol cepat PC-40 yang diresmikan ini memiliki spesifikasi Panjang 44,95 meter, lebar 7,9 meter, bobot 220 ton, dengan kecepatan maksimal 24 knot, kecepatan jelajah 18 knot dan kecepatan ekonomis 15 knot. Kapal ini dilengkapi dengan dua unit radar (JRC JMR-9225-6XN dan JRC JMA-9122-6XA) serta memiliki ketahanan kemampuan layar selama enam hari.
Sebagai senjata utama, KRI Albakora 867 telah dipasangi kanon Marlin WS kaliber 30 mm pada haluan. Marlin WS (Modular Advanced Remotely controlled Lightweight Naval Weapon Station) menggunakan basis senjata Oto Melara 30 mm.
Ciri khas Marlin WS, kanon ini dapat dioperasikan stand alone dengan remote control consol yang terdapat di PIT (Pusat Informasi Tempur). Namun Oto Melara 30 mm dapat pula diintegrasikan dengan CMS, menjadikan sistem senjata ini terkonfigurasi utuh dalam FCS (Fire Control System) yang melibatkan peran radar penjejak dan video tracking. Jalur yang digunakan dari terminal senjata ke CMS/FCS memakai teknologi LAN (Local Area Netwotk).
Baca juga: KRI Badau 841 – Kapal Perang Tercanggih Armada Satrol TNI AL
Meski berupa senjata dengan laras tunggal, pasokan amunisi ke laras Marlin WS berasal dari dua kantong magasin, di kiri dan kanan. Dari sisi performa, Oto Melara 30 mm dapat menjangkau sasaran sejauh 3.000 meter. Kecepatan tembaknya 160 peluru per menit.
Pemberian nama “Albakora” diambil dari nama jenis ikan Tuna Putih yang memilki karakteristik kecepatan dan ketahanan dalam berenang, tentunya nama Albakora ini memberi makna mendalam yang diharapkan bahwa kapal bisa bergerak dengan cepat sesuai dengan fungsi asasinya sebagai kapal patroli yang mampu bermanuver cepat. (Gilang Perdana)
Yup, bikin terus sampai 42 unit untuk mencukupi MEF.
Sesudah itu ditambah bertahap sampai 98 unit.
Bung admin http://defense-studies.blogspot.com/2009/03/transfer-persenjataan-ke-indonesia-1991.html?m=0#comment-form saya liat dan teliti indonesia membeli uav dari tahun 2000an berjenis uav fox bisa di teliti lebih lanjut bung admin dari data di atas kita membeli 4 unit sementara saat itu tni belum memiliki skuadron pesawat uav seperti sekarang atau dinas perhubungan dan dinas topogorafi ad belum memiliki satuan uav bahkan tni al belum punya team uav sendiri seperti sekarang seperti nya ada yang jangal mungkin bisa di jadikan bahan artikel baru 🙂
Lbh gahar lg kl ada shorad dan gatling gun 6 laras 30mm buat self defence dr helikopter atau drone. Trs machine gun 12.7 mm buat nembak kapal perompak
kurang itu, lbh gahar lg kl ada 4xPhalanx CIWSs ditambah 24 × RIM-7 Sea Sparrow buat anti udara. Trs dipakein tenaga nuklir biar tdk terkendala bahan bakar dan panjangnya ditambah smpe 333meter dan bobotnya dinaikan jadi 100.000 ton dan atapnya dibikin rata biar bisa nampung helikopter smpe 90 unit yg bukan hanya buat nembak perompak tp biar bisa nyerbu markas perompak
Kok gak sekalian di jadiin Kcr 40 seperti Kri clurit ya? Kalo kayak gini kan serba nanggung
Ini untuk satrol (satuan kapal patroli).
Satrol tugasnya hanya patroli dan tidak punya Sewaco.
Jadi nggak perlu rudal karena nggak bisa luncurin rudal.
Kalau KCR untuk kapal pemukul.
KCR punya Sewaco, bisa luncurkan rudal.