Korps Marinir Thailand Akuisisi Panser Amfibi Produksi Lokal, Panus R600 8×8
|Pemerintah Thailand rupanya berniat betul untuk memberdayakan industri pertahanan di dalam negerinya, alih-alih menerima tawaran pengadaan ranpur amfibi dari luar negeri, Kementerian Pertahanan Negeri Gajah Putih itu justru memilih ranpur APC amfibi produksi perusahaan dalam negeri untuk kebutuhan Korps Marinir.
Baca juga: Panus R600 8×8 – Ranpur APC Amfibi Terbaru Produksi Negeri Gajah Putih
Mengutip sumber dari armyrecognition.com (3/9/2021), ranpur produksi dalam negeri yang dipilih Kementerian Pertahanan Thailand adalah Panus R600, yaitu ranpur lapis baja beroda ban 8×8 rancangan Panus Assembly Co Ltd, sementara diproduksi oleh Preecha Thavorn Industry. Pada 25 Maret 2021, Panus R600 telah meraih sertifiksi dari Armament Standard Committee of the Ministry of Defense.
Keputusan Kemhan Thailand tentu menjadi berita yang tidak mengenakan Cina, pasalnya Cina juga menawarkan solusinya di kelas ranpur amfibi beroda ban. Ukraina disebutkan sejak tahun 2010 telah memasok ranpur BTR-3 Marinir Thailand, dan Cina ingin menggantikan posisi BTR-3 dengan ranpur VN1 8×8. Kabarnya, pada awal tahun ini Cina sempat mengirimkan 38 unit VN1 ke Thailand, meskipun dari kontrak yang ditandatangani pada tahun 2017, berjummlah total 75 unit VN1.
Dari spesifikasi, Panus R600 punya berat 25 ton, panjang 8,4 meter, lebar 3,2 meter dan tinggi 2,75 meter. Ranpur ini punya ground clearance 500 mm. Sebagai sumber tenaga, dipercayakan pada mesin diesel Cummins bertenaga 600 hp yang dikombinasikan transmisi otomatis 6 percepatan Allison 4500. Dengan kapasitas bahan bakar penuh, Panus R600 dapat menjelajah hingga 800 km, sementara kecepatan maksimum di jalan raya 110 km per jam.
Panus R600 dapat di setting untuk berpenggerak dengan formula 8×8 dan 8×4. Sebagai ranpur amfibi, Panus R600 dengan dua propeller mampu melaju di air dengan kecepatan 14 km per jam. Dari kapasitas, Panus R600 dengan dua awak dapat membawa 20 personel. Level perlindungan balistik dibuat dengan standar Stanag 4569 level 2 atau level 3. Panus R600 dibekali dengan kanon kaliber 30 mm buatan Aselsan Turki. Namun untuk komponen bodi, kabarnya beberapa materialnya dibuat oleh Cina.
Baca juga: HMV-150 – Reinkarnasi Cadilage Cage V-150 Commando versi Thailand
Prototipe R600 pertama kali diuji di lokasi uji Korps Marinir Kerajaan Thailand di Provinsi Kanchanaburi pada Agustus 2019. Dengan spesifikasi yang disebutkan di atas, Panus R600 dijual per unit seharga 6o juta baht atau setara US$1,97 juta. (Bayu Pamungkas)
Bismillah tahun 2021 sampai 2035 genjot produksi pandur II CZ lebih banyak lagi.kembangkan produksi anoa amphibi yang berkualifikasi mampu membawa rudal spike buat tambahan serta yang memiliki Cannon 90 mm.Jika memungkinkan coba kembangkan juga anoa yang mampu mengusung rudal Brahmos II ,tzircon yang terintegrasi dengan radar.walaupun dalam masa pandemi Corona mengenjot produksi anoa serta pandur II CZ didalam negeri akan banyak menampung banyak tenaga kerja putera Puteri Indonesia.minimal dapat memasok kebutuhan Yon mekanis TNI serta kebutuhan satuan Brimob dilapangan.
@Koplit : Marinir kita sudah memiliki BTR-4M dan juga BTR-80A
Sebelum mempunyai kendaraan pintam BTR-80A Korps Marinir mengoperasikan kendaraan 4×4 jenis BRDM-1 dari Uni Sovyet.
Sebenarnya Korps Marinir juga telah ditawari Anoa amfibi 6×6 dan Pandur II 8×8 namun sebagai satuan yang telah terbiasa dengan produk blok Timur maka tidak mudah untuk pindah teknologi. Dalam pameran Army 2018 di Moscow rombongan Korps Marinir melakukan penjajakan intens pada produk BTR82A 8×8 dan kendaraan roda rantai BT3F.
Kabar terbaru, seiring dengan dibukanya pasar ekspor untuk kendaraan VPK-7829 Bumerang 8×8 (Boomerang), maka Korps Marinir beralih pilihannya pada kendaraan ini.
Kendaraan yang didesain VPK ini mempunyai bobot maksimal 34 ton dan mempunyai 2 propeler untuk berenang, dengan bobot seberat itu maka dipastikan lapisan bajanya lebih tebal dibandingkan BTR-80A yang mempunyai bobot belasan ton.
Dengan bobot 30an ton maka kendaraan ini ketika berenang akan mirip kendaraan ACV Marinir AS dimana bodi yang menyembul di permukaan air tinggal 20%. Bedanya ACV ini terlahir memang untuk pasukan amfibi, sedangkan Bumerang dipakai oleh Angkatan Darat Rusia yang bisa untuk fungsi amfibi.
Dari sisi kapasitas angkut Bumerang tidak jauh berbeda dengan BTR-80A, bila BTR-80A dapat mengangkut 3 crew dan 7 penumpang maka Bumerang dapat mengangkut 3 crew serta 7-8 penumpang.
Kita masih menunggu kemana pilihan Korps Marinir pada kendaraan panser intai amfibi untuk Batalyon Tank akan dijatuhkan.