Korps Marinir Gelar Uji Fungsi dan Pelatihan Awak Ranpur BTR-4M
|Setelah tiba di Indonesia pada 28 September lalu, hari ini (14/10/2016) Resimen Kavaleri (Menkav) -2 Marinir resmi membuka uji fungsi kendaraan tempur (ranpur) amfibi terbaru panser BTR-4M di Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta Selatan. Pada pelatihan dan uji fungsi BTR-4M diikuti 25 personel Resimen Kavaleri 2 Mar sebagai pelaku, serta 11 Personel pelatih yang dimulai dari tanggal 14 sampai dengan 24 Oktober 2016.
Baca juga: Gelombang Pertama BTR-4M Tiba di Indonesia
Dikutip dari siaran pers Dispen Korps Marinir, dalam amanatnya Komandan Korps Marinir yang dibacakan Aslog Dankormar Kolonel Marinir Suherlan mengatakan, “Dengan kehadiran lima unit ranpur amfibi BTR-4M yang baru di jajaran Korps Marinir merupakan realisasi upaya dalam pembangunan kekuatan korps Marinir Guna memenuhi standar kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force). Modernisasi Alutsista menjadi keharusan dan tuntunan sehingga akan lebih efektif dalam pencapaian tugas pokok.”
Baca juga: BTR-4M – Ranpur Amfibi Terbaru, Siap Memperkuat Resimen Kavaleri Marinir TNI AL
Penekanan yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelatihan. Pertama, pelaksanakan pelatihan dengan penuh motifasi keamanan baik personel maupun material. Kedua, memperhatikan dan pelajari segala hal yang mendasar baik tentang karateristik dan cara merawatnya. Ketiga, melaksanakan pelatihan sesuai dengan dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk menghindari terjadinya kerugian personel dan material.
Baca juga: BTR-80A – Monster Amfibi Korps Marinir
BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah jenis Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Utamanya adalah kanon otomatis 30mm ZTM-1/2A72 seperti yang terpasang pada ranpur BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korps Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali rudal antitank Baryer di sisi kanan kubah. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Baca juga: BT-3F APC – Dibangun dari Sasis BMP-3F, Siap Gantikan Pansam BTR-50P Marinir TNI AL
BTR-4M pesanan Korps Marinir mengadopsi mesin diesel Deutz EBPO III dengan empat langkah, performa mesin ini dapat menghasilkan tenaga hingga 598HP. Oleh pabrikannya, BTR-4 dirancang dengan sistem modular, dan sudah dipersiapkan untuk ‘ramah’ pada adopsi pilihan senjata yang diinginkan konsumen. (Haryo Adjie)
BTR 4M ini dikategorikan light tank / medium tank ato apa ya min? Apakah ini yg main terjun bebas di dermaga merak cilegon pada HUT NKRI ke-70 thn kemaren ya min ?
Seperti dijelaskan diatas, BTR-4 masuk kelas panser, bukan tank. Dan yang Anda maksud terjun bebas di HUT RI ke-70 adalah ini http://www.indomiliter.com/lvtp-7-monster-pendarat-korps-marinir-tni-al/ 🙂
lvtp-7 bro…
sama dengan BTR-80
Infantry Fighting Vehicle beroda ban karet, dengan kemampuan amfibi.
daya apungnya payah
iye sama kaya loe itu modelnya kalo ngapung juga payah, gaya batu langsung tenggelem wkwkwk
Bisa dijelasin detailnya ” daya apungnya payah ” agan @similikiti ? Maklum , ane newbie…. 🙂
pilihan yang tepat, baget terbatas dapat barang baru n tentunya fungsi utamanya jg dapet iatu sebagai ranpur amphibi….mau mengkritik yg sebelah nggak enak
kena tilang badan pers nasional
karena menyebarkan berita bohong, yang menyebabkan orang lain kena imbasnya, hampir dipecat dari pekerjaannya
mana yg bohong, sy bukan pemilik warung bung
Kenapa pindad ga pake propeller seperti bmp aja buat anoa versi amfibi y? Dari fungsi dan kemampuan sepertinya ud cukup.
saya kira Insinyur PINDAD pasti jenius jenius dan pasti sudah tahu akan hal itu.
Kemungkinan besar terjadi ketidak cocokan dengan Anoa
Bisa, tapi harus merombak total disain anoa, tentunya akan memakan biaya yg sangat besar dan merubah jalur produksi yang sudah ada.
Kemungkinan pindad akan mengeluarkan produksi dengan disain yang benar benar baru dari disain Anoa
mungkin mananya juga berubah
min mimin min kok vls nya kri 358 beda dgn NR class yg lain ya ?
gambarnya:
https://lancercell.files.wordpress.com/2016/09/kri-tni-al-armatim-2.jpg?w=863
udah prnah dibahas vls nya NR blm min ?
@tukang ngabul,phk
Wes rasah towo hoax ra jelas !!
Tapi menurut info yang beredar dikalangan terbatas, itu yang silo2 vls yang ditutupi kain mori berwarna putih sebenarnya sedang menjalani ritual “penggandaan rudal”, cuma pas esok hari selubung mori putihnya mau diangkat….ehhh dimas kanjengnya keburu ditangkap.
Ya batal deh ritualnya….
Benar, kemungkinan dalam waktu dekat ini akan ada pemasangan VLS -MICA, bersamaan dengan KRI R.E.Martadinata
Sejatinya TNI AL akan mengganti rudal Sea Wolf bawaan NR (Bung Tomo) dengan rudal Mica buatan MBDA, namun sampai saat ini Mica belum terpasang di Bung Tomo Class. Infonya bisa dilihat di http://www.indomiliter.com/mbda-mica-naval-generasi-sam-vls-pertama-untuk-tni-al/
@tukang ngabul,phk
Heheheheh…sampeyan memang jeli, itu salah satu “proyek gagal” saya…
Ngomong-ngomong, sampeyan punya referensi tukang nyepuh kuningan yang paten nggak?
Kalau komen yang serius mas, jangan memakai gaya komen seperti sebelah
Itu tumpukan tali bro, tali ditumpuknya dengan cara diputer, wes jgn ngehayal tinggi dlu
Sudah saatnya pindad mendisain suatu platform ranpur baru dgn kapabilitas amfibi dengan keluar dari sekedar redisain VAB series.. menggunakan water jet ato propeller tdk menyelesaikan masalah anoa, karena design nya sdh mentok utk land platform era 90an. Era sekarang mesti mengikuti kondisi ancaman dan medan. V hull shape, stanag level IV plus spall liner (anoa blm pake) punya kapasitas amphibi, dan mampu menampung platform senjata2 terkini, baik man turret maupun RCWS. Dan yg utama agar pindad mampu menyediakan platform ranpur yg dpt dipakai tidak saja TNI AD, tetapi TNI AL / Marinir jg dapat menggunakannya sehingga memperkecil masalah commonality part yg selama ini menjadi slh satu isu yg horor utk negara dgn bnyk ranpur sperti kita.
ANOA yang dikirim ke lebanon kalau tidak salah sudah pakai slat armor dari composhield (STANAG V), pesanan dari TNI sepertinya baru sebatas MG 12,7mm atau CIS 40 GL, belum ada pesanan diatas itu kecuali BTR-4M. mungkin ada baiknya pindad ToT Turret BTR-4M ini untuk dipasang di anoa, tapi pasti desainnya berubah menjadi 8×8
Teeesst…
Anoa sudah sangat bagus utk dikelasnya….6×6…hampir di tiap negara yg mempunyai tentara yang kuat dan lengkap pasti punya 6×6..utk divisi mekanisnya..dan anoa sekarang terbilang lengkap untuk variannya…seumpama negara mepet anggarannya dia akan mendapatkan 1 paket diivisi mekanis ringan dari produk anoa..anoa versi meriam 90 (badak)+anoa RCWS(sbg pelindung udara ringan)+anoa APC..untuk anti tank cukup panggul/manpad utk udara…nah…sudah siap berani tempur secara terpadu walaupun panser kelas ringan..jika terpaksa sekali..bisa ditambah yg versi mortar berat..tinggal tiap baterai diisi berapa2 tergantung user formasinya…itulah istimewanya anoa..murah,baru,lengkap…ini menurut saya…
Saya tambahi mengapa kita butuh BTR 4 ini…sekarang dilihat yg baru2 aja ya…seumpama kita menurunkan pasukan dr kapal..kita sudah ada BMP 3f sebagai pemukul+LVT 7 sebagai APC+BTR 4 sebagai pelindung udara ringan…nah…formasi divisi mekanis yg gahar…soalnya masuknya kelas IFV semua…kalo anoa panser ringan (disini pT 76,dan yg amphibilama+ btr 80 dianggap gak ada…padahal..hehehe)…
Meniru USMC…apakah mungkin marinir langsung dibawah kemenhan…mengingat urgensi dan kondisi geografis NKRI yg negara kepulauan…jd apabila ada gangguan dari luar langsung direspon ontime
incaran baru tni ad
rencana pesan 200 unit
http://angkasa.co.id/info/militer/tni-ad-akan-beli-kendaraan-angkut-arisgator-apa-hebatnya/
seharusnx lbh tpat dipake marinir
silaken ditulis artikelnya, admin!!!
terimakasih artikelnya bermanfaat dan sangat membantu 🙂