Korea Utara Pasok Rudal Balistik Jarak Pendek ke Rusia, Salah Satunya Ada Tandingan MGM-140 ATACMS
|Meski ada bantahan dari Korea Utara yang menyatakan tidak memasok persenjataan ke Rusia dalam kampanye mendukung perang di Ukraina. Namun, informasi yang disampaikan Badan intelijen militer Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah memasok berbagai sistem rudal balistik ke Rusia. Bahkan secara spesifik, informasi intelijen dari Seoul juga merinci jenis-jenis senjata balistik yang dimaksud.
Baca juga: Korea Utara Pamerkan “Haeil” – Torpedo Raksasa Bertenaga Nuklir yang Mirip Poseidon Rusia
The Korea Herald pada 2 November 2023 menyebut, Korea Utara diduga kuat memasok roket 122 mm dan amunis artileri 152 mm, yang keduanya kompatibel dengan peralatan militer yang digunakan militer Rusia.
Pernyataan resmi dari Seoul mengungkapkan bahwa sekitar 2.000 kontainer telah diangkut ke Rusia melalui Pelabuhan Rajin sejak Agustus 2023. Situs Armyrecognition.com mengatakan, volume amunisi yang dikirim cukup besar, jika kontainer diisi dengan roket 122 mm, maka totalnya akan melebihi 200.000 butir roket. Sementara jika diisi dengan amunisi artileri 152 mm, jumlahnya akan melampaui 1 juta amunisi.
Pengungkapan ini tidak hanya menimbulkan keheranan di kalangan internasional tetapi juga menimbulkan implikasi signifikan terhadap perimbangan kekuatan dalam konflik di Ukraina. Pengiriman amunisi dalam jumlah besar dapat menandakan semakin dalamnya kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia.
Selain jenis amunisi howitzer dan roket MLRS (Multiple Launch Rocket System), masih dari sumber yang sama dikatakan Korea Utara juga memasok Rusia dengan sistem senjata rudal balistik, dan berikut jenis yang akan dikirim atau mungkin sudah tiba di Rusia.
KN-23
KN-23 adalah rudal balistik jarak pendek – short-range ballistic missile (SRBM) yang dikembangkan oleh Korea Utara, yang bisa dibandingkan dengan rudal Iskander Rusia karena desain dan kemampuannya yang serupa. KN-23 dikenal karena kemampuannya melakukan manuver pull-up selama fase terminal penerbangannya, yang membuatnya lebih sulit untuk dicegat dengan sistem pertahanan anti rudal.
KN-23 dirancang untuk bergerak dan diluncurkan dari peluncur transporter erector – transporter erector launcher (TEL), sehingga meningkatkan kemampuan bertahan dan kemampuan meluncurkan dari berbagai lokasi.
Secara teknis, KN-23 disokong oleh solid-fuel propulsion yang memungkinkan persiapan peluncuran lebih cepat dibandingkan dengan rudal berbahan bakar cair. Rudal ini dilaporkan memiliki jangkauan sekitar 600 kilometer dan mampu membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.
Pola penerbangan rudal ini berbeda karena mengikuti lintasan kuasi-balistik, terbang pada ketinggian yang lebih rendah dan melakukan manuver yang tidak dapat diprediksi, sehingga mempersulit upaya pelacakan dan intersepsi. Kemampuan ini, dipadukan dengan akurasi dan jangkauannya, menjadikannya aset strategis dalam persenjataan militer Korea Utara.
KN-24
KN-24 juga masuk kategori SRBM produksi Korea Utara yang pertama kali diuji pada Agustus 2019. KN-24 memiliki kemiripan dengan MGM-140 ATACMS besutan AS dan diyakini memiliki peran serupa dalam memberikan dukungan taktis di medan perang. Rudal ini dilaporkan memiliki jangkauan operasional sekitar 410 kilometer dan mampu membawa muatan 400–500 kilogram, yang dapat mencakup hulu ledak konvensional atau nonkonvensional.
Desain rudal tersebut mencakup sirip aerodinamis yang dipasang di belakang dan dipasang dari tabung peluncuran persegi panjang, menunjukkan fokus pada penyebaran cepat dan kesiapan peluncuran.
Dalam hal fitur teknis, KN-24 terkenal karena kemampuannya terbang pada lintasan kuasi-balistik, termasuk terbang di ketinggian yang lebih rendah untuk mempertahankan kontrol aerodinamis di seluruh jalur penerbangannya dan berpotensi menghindari sistem pertahanan anti rudal.
Rudal ini juga mampu melakukan “manuver pull-up” selama penerbangan, sebuah karakteristik yang dapat digunakan untuk mengarahkan sistem penargetan di dalam pesawat atau untuk menghindari intersepsi. Sistem panduan KN-24 mencakup sistem navigasi inersia (INS), dan mungkin juga menggunakan navigasi satelit untuk meningkatkan akurasi.
Akurasi KN-24 diperkirakan berada dalam jarak 35 meter, dan telah menunjukkan kemampuan untuk menyerang sasaran dengan tepat, sebagaimana dibuktikan dalam satu pengujian yang berhasil mengenai sasaran di pulau kecil. KN-24 diharapkan menggantikan SRBM Korea Utara berbahan bakar cair yang lebih tua dan kurang akurat, yang mewakili kemajuan dalam teknologi rudal dan kemampuan taktis Korea Utara.
KN-25
KN-25 adalah MLRS kaliber 600 mm. Sistem armed kelas berat ini ditunjukkan dalam uji coba pada tahun 2019 dan 2020. Roket-roketnya, yang merupakan salah satu yang terbesar dari jenisnya, telah menunjukkan jangkauan 240 km dan diperkirakan berpotensi mencapai hingga 400 km, yang secara efektif menempatkan sebagian besar wilayah Korea Selatan dalam jarak serangan.
Roket-roket ini dipandu secara presisi, memanfaatkan navigasi inersia dan satelit, dan dikabarkan mampu membawa hulu ledak nuklir.
Dipasang pada sasis Tatra yang dimodifikasi dengan sistem suspensi independen yang unik, kendaraan peluncur KN-25 membawa empat roket dalam kontainer, mampu diluncurkan dengan interval 20 detik dan memuat ulang menggunakan derek. Kendaraan ini dirancang dengan kabin lapis baja untuk melindungi awaknya dari tembakan senjata ringan dan serpihan artileri. (Gilang Perdana)
Indonesia belom bisa bikin. Karena tidak ada duit untuk misi rahasia belajar ke KORUT. Seharusnya belajar di KORUT sampe bisa meluncurkan sendiri di KORUT nya. Bukan di Indonesia yang akan menimbulkan kecurigaan dari pihak AUKUS atau FPDA