Kontrak Efektif 6 Unit Jet Tempur Rafale F3R Telah Berjalan, Selanjutnya Airbus A400M Atlas
|Dengan mengandalkan pinjaman luar negeri yang menjadi beban hutang negara, membuat pengadaan alutsista strategis tak bisa dilakukan dalam waktu cepat, lantaran memerlukan persetujuan beberapa pihak sebagai pemangku kebijakan perencanaan keuangan. Dan terkait hal tersebut, beban target Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mungkin sedikit berkurang, pasalnya ada kabar bahwa Indonesia telah melakukan pembayaran (cicilan) tahap pertama untuk pengadaan enam unit jet tempur Rafale F3R, yang dalam kata lain, kontrak efektif sudah resmi berjalan.
Dengan kontrak resmi telah berjalan, maka pihak manufaktur, yaitu Dassault Aviation sudah bisa mempersiapkan jalur produksi untuk Rafale pesanan Indonesia, dan bisa diperkirakan waktu peluncuran sampai tahap penyerahannya nanti. Kabar pembayaran cicilan Rafale oleh Indonesia, pertama kali diwartakan portal berita Perancis LaTribune – latribune.fr (20/9/2022).
Untuk pembayaran pengadaan enam unit Rafale F3R telah disepakati senilai US$1,3 miliar. Sementara bila mengacu pada kontrak kesepakatan pembelian (MoU) yang ditandatangani di Jakarta pada 10 Februari 2022, secara keseluruhan yang dipesan Indonesia mencakup 42 unit Rafale dengan nilai US$8,1 miliar. Sejauh ini belum terdapat anggaran real yang dipersiapkan untuk sisa pesanan – 36 unit Rafale.
Mengapa hanya enam dari 42 pesawat yang dibayarkan? Kontrak Rafale yang dibuat Pemerintah Indonesia dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama pembayaran enam unit Rafale sekitar US$1,3 miliar, yang diikuti kontrak 36 pesawat dengan anggaran yang belum tersedia. Meski begitu, kontrak harga Rafale dimasukkan ke pesanan keseluruhan 42 pesawat.
Berdasarkan MoU pada 10 Februari 2022, disebutkan komposisi Rafale F3R yang akan diterima Indonesia terdiri dari 30 unit varian singlet seat dan 12 unit varian tandem seat. Dengan kontrak efektif yang telah berjalan untuk enam unit Rafale, maka sesuai perjanjian Dassault Aviation akan mengirim unit perdana Rafale tiga tahun setelah kontrak efektif berlaku, yang artinya unit perdana Rafale F3R dengan logo TNI AU akan tiba di Indonesia pada tahun 2025.
Masih dari Perancis, namun beda manufaktur, saat ini Airbus Defence and Space (ADS) juga tengah menanti kontrak efektif alias menunggu pembayaran pertama untuk pengadaan dua unit pesawat angkut berat A400M Atlas.
Sesuai MoU yang telah ditandatangani antara Kemhan RI dan Airbus pada 18 November 2021, jadwal kontrak efektif dua unit A400M akan dilakukan pada tahun 2022, yang artinya tinggal tersisa 3 bulan lagi bagi Indonesia untuk melalukan pembayaran cicilan. Bukan sebatas dua unit, dokumen Letter of Intent (LoI) juga telah ditandatangani untuk pembelian empat unit A400M tambahan.
Baca juga: Kemhan Pesan Dua Unit A400M Atlas, Airbus Buat Video Spesial A400 dengan Nuansa Indonesia
Bila Indonesia akan menjadi operator ke-10 A400M Atlas, maka untuk Rafale, Indonesia akan menjadi negara ketujuh pengguna jet tempur twin engine tersebut. (Gilang Perdana)
6 unit rafale itu varian single seat atau tandem seat?
Sebetulnya saya lebih mengharapkan Indonesia bisa mendapatkan varian F4 dari Rafale. Tapi apapun itu itu sudah lebih baik karena Rafale adalah salah satu Pespur generasi keempat plus yg memiliki kemampuan Situational awareness yg terbaik, memiliki RCS yg paling kecil dan yang paling utama yg diinginkan oleh Indonesia adalah kemampuan serang maritim dgn rudal Strom Shadow yg memiliki kemampuan setara dg AGM 158 JASSM. Kedatangan 6 unit mungkin belum memberikan dampak yg sangat signifikan terhadap kekuatan regional tapi mampu memberikan efek detteren terbatas bahkan terhadap kekuatan superior regional macam China untuk kemampuan serang maritim yg dimiliki oleh Rafale.
Disisi lain Indonesia beruntung tidak melanjutkan akuisisi SU-35. Selain senjata serang darat dan maritim yg dimiliki oleh Kh-59, Kh-35 dan Kh-31P yg memiliki kemampuan serang yg lebih rendah dari yg dimiliki oleh senjata sejenis yg dimiliki oleh Barat. Apalagi dg kasus banyak Flanker yg lebih maju yg dimiliki oleh Rusia berhasil ditembak jatuh di Ukraina termasuk Su-35 jelas memberikan efek negatif bagi customer dan calon customer alutsista buatan Rusia. Bahkan beberapa indikasi bahwa Su-35 ditembak jatuh oleh S-400 milik Rusia sendiri jelas mengindikasikan bahwa sistem indentifikasi teman atau musuh (IFF) yg dimiliki oleh sistem komputer alutsista Rusia cukup menghawatirkan dimana kesalahan tembak/friendly fire yg terjadi di barat sudah menurun drastis pada beberapa konflik terakhir. Jangan sampai Indonesia beli Su-35 tapi NASAMS yg dimiliki oleh Indonesia salah mengidentifikasinya sebagai musuh karena China sebagai lawan konflik Indonesia di Natuna juga memiliki alutsista sejenis.
Anyway apapun yg telah diambil oleh Indonesia sudah sangat tepat. Dan Welcome back Dhek Rukimin. Ente gak ikutan mobilisasi massal yg baru diumumkan lord Putin nih? Hhhhhhhhhh
At last…welcome aboard Rafale !!
@tukang ngitung
ups maap mase, hmm, bisa sih kalau kontrak A-400 buat gitu, tapi ya itu kalau beneran 6 yang jadi dipesan, tapi ya kalau untuk polri kayaknya cukup pake CN series deh, soalnya ya wilayah polri lebih merata timbang TNI kalau dari yang ane liat, dan ya secara teori ya polri butuhnya bukan pesawat kargo gede, tapi lebih ke perlengkapan yang lebih modern, kalau BUMN ini bisa sih, tergantung ke BUMNnya
Alhamdulillah aja dulu
Pinter sekali pemerintah negeri ini yg dikomandoi Pak Jokowi. Sebagai seorang mantan bussinessman sejati beliau paham betul taktik dan strategi bisnis: JANGAN BELI BURUNG DALAM SARUNG. Jangan! Jangan percaya 100% kepada pihak lain. Wong jelas2 dia butuhnya dagangannya laku. Pasti yg positif2 aja yg ditunjukkan. Minus2nya diumpetin rapi. Bayar dan coba dulu untuk 6 biji Rafale. Sesuai brosur nggak. Sampelnya dulu begitu, lho kok dikirim jadi begono.
@Periskop,
Kayaknya mase salah baca deh.
Aku nggak nyebut Rafale lho.
Coba baca baik2 ya :
Kalo susah 6 unit A400 ya bagi-bagi saja pengadaannya. Misal 2 unit kemhan, 2 unit polri, 2 unit Bumn.
Itu aku tulis A400 lho bukan Rafale.
Alasannya begini : itu anggaran polri khan banyak, mereka pasti bisa beli barang 2 unit A400 untuk mobilitas pasukan pelopor dan brimob secara cepat. Yang penting target 6 unit A400 bisa cepat diadakan walau dananya patungan dari 3 kementerian / lembaga.
beli buatan rusia kena katsaaaaa …
beli buatan amrik kena syarat ijin perang …
yg terbaik rafa perancis bebas gamparin musuh …