Komodo D7CH: “Made In Bekasi,” Inilah Senapan Sniper Kaliber 7,62mm
|Nama senapan penembak runduk alias senapan sniper yang satu ini memang belum tersohor di jagad internasional, namun jangan salah, Komodo D7CH sudah mendapat apresiasi positif dari institusi penting di dalam negeri. Ya, inilah senapan sniper kaliber 7,62 x 51 mm produksi PT Komodo Armament Indonesia, manufaktur senjata asli dari kawasan Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Baca juga: Komodo D5 – Intip Dari Dekat Senapan Serbu PJD “Made In Bekasi”
Dilihat dari desainnya, maka tak sulit untuk menebak mekanisme senapan sniper ini, yakni mengadopsi mode bolt action dengan pola tembakan satu per satu yang lazim bagi senapan dengan presisi tinggi. Cita rasa senapan sniper jaman now amat kental dari desain D7, terkhusus pada desain popor lipat dan cover laras yang mengadopsi Rail Interface System (RIS), nampak picatinny rail memanjang dari pangkal receiver hingga ujung laras. Model picatinny rail khas senapan serbu memudahkan bagi sniper untuk memasang dan mengatur posisi scope.
Lebih dalam tentang D7CH (chassis), struktur utama senjata ini dibangun dari material T67075 billet alumunium. Sementara laras senjata ini ditawarkan dua pilihan yang dapat digonta ganti, yaitu laras heavy barrel (26 inchi) dan tactical barrel (18,5 inchi). Seperti halnya senapan sniper modern keluaran merek-merek ternama, Komodo D7 disiapkan dalam dua piluhan magasin, persisinya ada magasin yang berisi 5 munisi dan magasin dengan 10 munisi.

Dengan variasi magasin sudah barang tentu mempengaruhi bobot, menurut sumber dari PT Komodo Armament Indonesia, dengan konfigurasi magasin 5 munisi, maka bobot senapan mencapai 6 kg, sementara dengan magasin 10 munisi bobot senapan menjadi 6,5 kg.

Untuk memperlancar aksi sang sniper, Komodo D7 sudah dilengkapi dengan bipod di bawah laras dan monopod di bawah popor. Lantas berapa jarak tembak efektif senapan “Made In Bekasi” ini? Dengan menggunakan scope Meopta ZD 6-24x56RD, jarak tembak efektif senapan ini bisa mencapai 1.000 meter, sedangkan jarak tembak maksimumnya 1.200 meter.
Baca juga: Pindad SPR-3 – Jawaban Untuk Kemandirian Senjata Sniper di Kaliber 7,62 mm
Secara keseluruhan, Komodo D7 punya panjang keseluruhan 1.220 mm, dan uniknya senapan ini desainnya terlihat mirip dengan Remington MSR (Modular Sniper Rilfle), kemiripan terlihat dari jenis popornya yang mengadopsi right side foldable buttstock dan laras yang menggunakan jenis single point cut competition barrel. (Haryo Adjie)
Peredam itu suppressor, karena silencer itu sebenarnya ngak bikin suara nya ilang (silence), hanya meredam sedikit (suppress)
jadi namanya Suppressor bukan Silencer
Kok dibilang sedikit, coba telinga anda didekatkan kelaras saat peluru ditembakan, pd saat tanpa menggunakan silencer dan saat menggunakan biar tau bedanya.
Ancur duluan telinganya bank ruskye wkwkwkwk
sudah cukup snipernya
sekarang jaman rudal ya
jangan main diapi aja bosan tau
tapi sudah saatnya main diasap wus…….
Sekilas larasnya kayak melengkung
Bnyk yg berinovasi dgn senapan ttp saja amunisiny begitu2 sj. Apa gk ada pabrikan yg mengembangkan peluru kaliber kecil? Di bikin apa gitu kek biar gk konvensional. Btw, beneran jadi nato katany mau balik ke standart caliber 7,62?
Sebetulnya kita produksi amunisi kenapa tdk mengembangkan yg baru, supaya logistiknya mudah. Yg sudah ada kan amunisi standar NATO dan Russia. Kalau kita produksi versi kita sendiri, belum tentu baik. Contoh amunisi yg kita buat sendiri adalah 7.62×45 mm PINDAD, dan 5.56×21 mm PINDAD. Kalau NATO masih menggunakan 7.62×51 mm.
Logistik mudah gimana? Kita aja standarisasi se nasional masih ngos-ngosan, Kodam luar jawa masih pakai senjata unik kayak Madsen-Saetter.
Kalau mengenalkan peluru baru yang tidak standar dengan negara lain atau senjata lama, butuh waktu, uang, dan tenaga logistik. Memang selama ini peluru 5,56 Pindad cukup? Nggak kok kita banyak impor peluru, dari Brazil contohnya.
Yang amunisi anda sebutkan itu beda tujuan ya, 7,62×45 itu request Polri untuk amunisi long range tapi dengan penetrasi yang lebih rendah. Yang digunakan secara eksklusif buat senapan Sabhara.
Sedangkan 5,56×21 itu eksperimental. Dan proyeknya sudah mentok karena memang konsep tersebut sudah obsolete, PDW lebih baik semi otomatis dengan peluru intermidiate seperti 4,6 HK atau 5,7 FN.
NATO belum ada standarisasi untuk kembali ke 7,62. Yang ada memang pasus mulai kembali ke assault rifle dengan full size cartridge (7,62).
Untuk amunisi intermidiate pilihannya banyak dipasaran, salah satu yang populer adalah 6,8 Grendel.
Kenapa belum ada negara yang mengadopsi skala besar? Kendalanya adalah transisi logistik dan kesulitan apabila mengadakan latihan/operasi dengan negara lain.
Tinggal rudal jelajahnya kapan ni.. moga ilmuan kita bisa buat rudal jelajah…
Buat latihan tni di medan hutan kalimantan nembak tentara tetangga ehhh serangga
Kena rudal kan langsung lemes
Banyak lubang di bagian badan senapan apa kuat kemasukan air
Tentu saja lah, kan di dalamnya gak ada moving parts karena sistemnya bolt-action